PEKA

2 0 0
                                    

Hari ini Raya begitu sedih.
Hari-harinya hanya diisi dengan sebuah amarah yang tidak ada habisnya.

Sedih, marah, kecewa bercampur aduk jadi satu.

Orang yang diharapkan bisa meringankan beban hidupnya, tidak bisa lagi diandalkan.

Kerjaan setiap hari hanya menggerutu.
Seperti tidak ada senyuman yang menghiasi hari-harinya.
Yang terlihat hanya muka masam.

Ya, mungkin Raya lelah dengan kehidupannya yang terlalu monoton.
Hanya bergelut dengan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, yang tidak jauh dari dapur, sumur, kasur.

Raya lelah.

Hingga ia mulai malas menggerutu.

Diam.

Itulah yang bisa ia lakukan.

Sesekali butiran air mata jatuh membasahi pipinya.
Karena amarahnya telah berganti tangisan.
Bahkan, kepalanya mulai merasa sakit karena ia harus terus-terusan menangis.

Entah masalah apa yang membuatnya hingga meneteskan air mata.

Apa karena, orang yang dulunya bisa diharapkan meringankan beban hidupnya kini sudah tidak seperti dulu lagi.

Atau mungkin ada masalah lainnya yang membuatnya begitu sulit mengukir senyum manis di bibirnya.

Ahh!

Sepertinya Allah sedikit memberi sentilan untuknya.
Sentilan untuk apa?

Sentilan agar ia tidak mengharapkan bantuan kepada selain Allah.
Sentilan agar ia hanya mengharap pertolongan dan bantuannya.
Dan sentilan agar ia tidak pernah lelah mencari ridho-Nya.

Sekarang, biarlah orang yang kita harapkan bantuannya berlalu begitu saja.
Tidak usahlah berkeluh kesah hanya karena orang tersebut tidak peka dengan gerutuan kita, tidak peka dengan omelan-omelan kita.

Karena masih ada Allah yang selalu peka dengan hamba-Nya.

Karawang
06-11-17

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PEKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang