[23] In My Mind

2.9K 539 59
                                    

"Semalem kamu abis apa emang kok bisa sampe ngantuk gitu, begadang lagi ya?" Dion duduk di samping Azura sambil menyodorkan sebotol air mineral dingin dan sebuah roti coklat kesukaannya.

"Beres-beres rumah, eh kamar maksudnya," jawab Azura nyaris keceplosan. Diusapnya lagi dengan tissue lehernya yang sudah banjir keringat. Tadi Azura kepergok tidur oleh guru biologinya. Karena itulah ia dihukum berjemur di lapangan sampai jam pelajaran selesai.

Berjemur di tengah terik matahari yang menyengat dengan suhu mencapai 32 derajat celsius tentu membuat sekujur tubuhnya banjir keringat.

Azura bersumpah tidak akan melupakan peristiwa mengenaskan ini.

"Nggak ada yang bantuin emang?" tanya Dion lagi membuat Azura seketika teringat kembali dengan kekesalannya pada Langit tadi malam.

"Nggak ada." Azura menjawab ketus.

Malam tadi Azura terpaksa beres-beres sendirian karena Lintang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah dikejar deadline, sementara Langit pulang sangat larut. Ketika ia pulang pun ia hanya mampir ke apartemen baru Azura untuk melihat keadaan Alya dan Kalan yang saat itu sudah tertidur pulas. Begitu melihat Azura yang sangat kerepotan, bukannya membantu dia malah ikut tertidur di samping kedua bocah yang mengaku sebagai anaknya itu.

Dan yang paling membuat Azura kesal adalah saat Langit dengan tampang menyebalkannya berkata 'beresin semuanya ya Ma, Papa mau tidur dulu'.

Demi keripik Tuhan saat itu Azura rasanya ingin mencongkel kedua bola mata Langit jika tidak ingat kalau di sana ada Alya dan Kalan.

Lalu yang lebih menyebalkannya lagi setelah dua jam tertidur di apartemen barunya, Langit bangun dan kembali dengan gaya sok coolnya. Ia seolah lupa dengan apa yang sudah ia ucapkan sebelum tidur.

Padahal gara-gara sederet kalimat unfaedah itu Azura jadi tidak bisa tidur hingga memilih untuk membereskan semua barang-barangnya.

Saat berangkat sekolah pun Langit berangkat lebih dulu. Sama sekali tidak berinisiatif untuk mengajak Azura berangkat bersama.

Bukannya Azura mengharapkan atau apa, hanya saja sebagai tetangga baru sekaligus teman sekelas bukankah wajar jika mereka berangkat bersama, atau setidaknya hanya berbasa-basi juga tak apa.

Manusia semacam Langit memang tidak bisa diharapkan.

"Yaallah kasiannya pacar Dion!" Dion menatap Azura iba sambil mengacak-acak puncak kepala gadis itu. Sebenarnya ia masih kepikiran soal hubungan Azura dan keluarganya yang kurang baik, apalagi saat ia tahu kalau Azura sudah pindah ke sana.

"Kamu sama kakak tiri kamu gimana Ra, nggak berantem lagi kan?" tanyanya sesaat Azura menelan suapan rotinya.

"Berantem sih nggak, tapi ya gitu." Azura kembali menyuapkan rotinya. Terakhir bertemu dengan Manda adalah kemarin saat ia sedang bersama Langit dan ia belum sempat menanyakan ada urusan apa Manda datang ke rumahnya.

Ingin memberi sedikit masukan, tapi Dion tak tau harus berkata apa. Akhirnya ia hanya diam membiarkan Azura menghabiskan makanannya. Sampai Nafwa datang dan menepuk pelan bahunya dari belakang.

"Jangan pacaran mulu oy, ayo latihan!" celetuk Nafwa yang langsung dibalas cengiran oleh Dion.

"Ra sisa uang pensi masih banyak?" tanyanya kemudian.

"Masih Naf, masih ada sejuta lima ratusan."

"Kita yang masih kurang apa aja Yon?"

"Apa ya? Lupa gue, tapi kemarin udah gue list apa aja yang kurang." Nafwa mengangguk paham.

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang