Suara langkah kaki itu kian menjauh. Kini aku bisa benapas lega, setidaknya aku tidak perlu menatap mata yang menyeramkan itu untuk beberapa menit ke depan.
Tapi aku tidak bisa bernapas bebas. Bagaimana bisa aku bernapas dengan bebas, ketika sebuah mayat yang sudah tidak berbentuk tergeletak tak berdaya di hadapanku?
Aku berjengit menatap mayat itu. Ingin muntah rasanya. Kepalaku pening. Rasanya ingin menangis, tapi aku sudah lelah menangis. Aku menatap kedua tanganku yang terikat ke belakang dengan seutas tali.
Terlintas sesuatu di pikiranku.
Kenapa aku tidak kabur saja?
Ah iya, itu benar. Kenapa aku bodoh sekali, sampai-sampai hal dasar seperti itu tidak terpikirkan. Entah orang itu bodoh atau bagaimana, ia hanya mengikat kedua tanganku saja, sedangkan kakiku terbebas.
Aku bangkit dari dudukku dan berjalan mendekati sebuah gergaji yang penuh dengan darah mayat tadi. Sebenarnya aku mau muntah ketika bau darah itu kembali menyeruak indra penciumanku.
Gila.
Dia sudah gila.
Dengan teganya dia membelah seseorang menjadi dua dengan menggunakan gergaji.
Aku pastikan. Setelah aku keluar dari sini, aku akan melaporkannya ke polisi. Lihat saja nanti.
Akhirnya aku berhasil membebaskan kedua tanganku. Kini mataku sibuk mencari celah untuk keluar dari sini, dan pandanganku tertuju pada sebuah ventilasi di atas lemari.
Lupakan soal pintu. Ia tidak akan sebodoh itu meninggalkanku dengan tanpa mengunci pintunya. Tidak ada pilihan lain lagi. Aku harus memanjat lemari itu dan keluar lewat ventilasi.
Aku tidak mau lagi melihat ada yang mati. Atau, malah jangan-jangan yang mati selanjutnya adalah aku.
Tidak.
Itu tidak akan terjadi.
Aku bersyukur karena aku ahli dalam memanjat. Jadi, memanjat ke atas lemari merupakan hal yang mudah.
Beruntung juga bagiku karena ventilasi ini cukup besar. Jadi, badanku yang mungil tentu saja bisa keluar lewat sana.
Tep!
Aku tersenyum lebar ketika kakiku berhasil mendarat di tanah, di luar ruangan sialan itu.
Baru saja aku hendak melangkah menjauh, tiba-tiba sebuah suara membuatku membeku.
"Ternyata kau pintar memanjat, ya."
•°•°•
Cerita ini dibuat oleh Gen Romance SempakBetmen.
Pembuat bagian ini : WhiteMouse9
KAMU SEDANG MEMBACA
Calamity [H I A T U S]
RomanceCover by @Snowman-kun TERBIT SETIAP SELASA DAN JUMAT. Bila gelap malam tak cukup menggambarkan betapa suram dan pekatnya mata itu, wajah tegap dengan bibir tipis kemerahan yang membuat seorang Gean Larasati di mabuk kup...