1

18 0 0
                                    

Ada banyak hal yang tak di mengerti oleh akal manusia. Sebenarnya bukan diluar akal manusia namun sang manusia lebih memilih untuk tidak memperhatikan dan menutup mata dan telinga mereka serta saraf saraf tubuh mereka. Sehingga banyak manusia terkotak kotak oleh hal hal yang bagi mereka masuk akal dan bagi mereka mungkin hal tersebut terjadi. Pelajaran pelajaran yang anak anak pelajari membuat mereka kehilangan kemampuan berpikir akan terjadinya hal hal yang lebih diluar akal manusia. Sehingga milyaran sel sel otak yang membahas halo ini terpotong dan kehilangan jutaan potongan kehidupan yang berada di luar ambang batas kemampuan otak.

Terik matahari semakin cerah meneduhkan sang bumi. Awan pun sudah terbiasa menemani sang mentari agar tidak sendiri, sementara sang burung sudah mulai menghampiri satu sama lain. Mengingatkan temannya agar kembali mengisi angkasa luas. 'Tiiiiin Tiiiiin Tiiiin' suara angkot mulai memenuhi penuh sesaknya ekosistem udara melalui gelombang longitudinalnya.

Aku berjalan menyusuri trotoar kota untuk kembali mengisi otakku.Hari senin 21 Dessember 2005. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.54. aku memiliki cadangan waktu sekitar enam menit lagi agar tidak telat mengikuti upacara mingguan yang dilaksanakan di lapangan baswket sekolahku. Aku mulai berjalan cepat agar tidak terlambat.

"Anak anak yang masih di luar sekolah dan yang sudah di dalam kelas di harapkan berbaris di depan lapangan basket sekarang juga" suara bu Gita yang menggunakan toa berwarna putih.

Mungkin bu Gita harus mengeluarkan sedikit uratnya agar anak anak mau berbaris dengan cepat di lapangan sekolah, pikirku. Aku pun mulai bergegas menuju sekolah. Sekilas aku melihat teman temanku yang masih bermain HP di dalam kantin sekolah.

"Mir.. Ayo Mir..." tegurku. Ia masih meletakkan matanya di depan gadget berwarna hitam itu.

"Ya... siap siap... ntar gue sebentar lagi..",katanya.

Aku bersegera masuk kelasku di kelas 12 MIA 1 dan melemparkan ke bangkuku yang berada di paling belakang. Kelasku yang seluas 30 x 40 ini memang cukup luas untuk siswa yang hanya berjumlah 23 siswa, namun kelas yang berada di lantai 1 pojok ini menjadi ramai semenjak kantin di sekolah ini berpindah sejauh 13 meter dari depan gerbang sekolah. Selain itu juga banyak siswa kelasku dan kelas tetangga yang suka menghilangkan nafsu makan mereka ketika pergantian pelajaran. Memang hal ini telah dilarang oleh pihak sekolah, namun masih banyak siswa yang melanggar sepertiku.

Sebenarnya bukan hal yang melanggar bagiku namun itu merupakan hal manusiawi untuk menghiloangkan hajat mereka untuk menyantap makan. Bukan kah begitu?

" anak anak ayo cepat semakin lama kalian untuk hadir, semakin loama pula upacara berlangsung",bu Gita masih bersemangat pagi ini. Untuk kedua kalinya suara toa sekolah memasuki gendang telingaku. Teriakan suara bu Gita yang kini dilakukan bergantian dengan pak deni mulai membuatku berteriak agar para siswa cepat cepat hadir dalam upacara minggu ini.

Waktu pun tidak secepat yang kita pikirkan. Terkadang waktu pun bermalas malasan agar kita lebih tersiksa di bawah sombongnya sang mentari dengan panas yang ia miliki. Keringat mulai berkucur turun menuruni dri jambangku menuju leherku. Badanku yang tinggi ini menambah derita yang ku alami, melihat teman temanku yang pendek berteduh di belakang bayangan tubuh ku. Hal ini makin membuatku geram.

'Kepada pemimpin upacara... hormat... grak'

'Tegak... grak'

"upacara selesai semua siswa kembali ke kelas masing-masing", pembawa upacara mengakhiri seluruh susunan upacara dengan senyum sangat manis. Seluruh siswa berbahagia. Aku pun sangat bahagia. Namun aku masih memikirkan senyum itu. Ya senyum manis yang hanya di miliki seorang siswi yang akhir akhir ini membuat senyum senyum sendiri. Bunga. Mungkin ia menjadi incaran para cowok di sekolahku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 06, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WAKTUWhere stories live. Discover now