○ 06. Sebelum Berlanjut ○

303 56 7
                                    

Chandra, lelaki yang sebentar lagi akan menginjak usia kepala tiga itu masih saja berkutat dengan laptopnya di Jumat menjelang dini hari seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra, lelaki yang sebentar lagi akan menginjak usia kepala tiga itu masih saja berkutat dengan laptopnya di Jumat menjelang dini hari seperti ini. Padahal pria-pria lajang seumurannya kemungkinan akan lebih memilih menikmati momen TGIF ini di bar atau night club. Namun ia berada dalam kondisi yang sedikit berbeda belakangan. Dirinya harus sedikit berpusing-pusing mengecek ratusan pasal dalam rangka menyusun laporan tuntutan terhadap rival perusahaannya yang mencoba menyabotase pemasok mereka.

Pasca membereskan segala berkas yang harus dikirim ke pengadilan, ia membaringkan tubuh bongsornya di atas sofa divisi legal kantornya. Rasa lelah setelah berjam-jam bekerja lembur membuatnya ingin beristirahat sejenak sebelum kembali ke rumah kontrakannya. Sebetulnya ia bisa saja langsung pulang, namun matanya terlalu panas untuk bisa diajak kompromi. Lelaki itu tentu tidak ingin mencelakai orang akibat menyetir dalam keadaan mengantuk.

"Nih, bos! Udah beres punya gue." Kavi, rekan satu timnya yang ikut lembur mengejar deadline, meletakkan dua buah map berisi berkas-berkas tuntutan yang sudah dirapikannya di atas meja kerja Chandra.

"Thank you, ya, Vi."

"Kurang apa punya lo?" Tanya pria itu sambil melongok ke arah layar laptop Chandra.

"Udah beres, kok. Tinggal kirim aja."

"Lo nggak balik?" Pria berkulit sedikit eksotis itu memainkan ponselnya sambil duduk di kursi milik Chandra yang masih terasa panas.

"Bentar lagi, masih panas banget mata gue. Lumayan, kan, kalo bisa tidur sejam." Jawabnya sambil memejamkan matanya.

"Ga balik ke apartemen FWB-an lo aja? Biasanya kalo ngelembur gini lo balik ke sana?"

"Anjir lo. Itu temen gue, bangsat." Umpat Chandra yang sudah paham siapa yang disebutnya dengan FWB itu.

"Temen enak maksudnya?" Goda pria itu.

"Sialan!" Umpatnya.

Pria itu jadi teringat kembali saat dirinya 'tak sengaja' mengambil keperawanan Wendy. Walaupun mabuk, namun kesadarannya yang masih tersisa saat itu membuat sisa-sisa memorinya masih bisa terputar dengan jelas. Ia memang rutin mendapat 'jatah pacar' dari Irene dan dirinya menikmati itu. Tapi entah mengapa, tetap saja ada sesuatu yang berbeda dari Wendy hingga Chandra tak bisa melupakan malam itu. Ya, mungkin karena gadis itu adalah 'perawan' pertama yang tidur dengannya.

"Cewek lo nggak pernah marah apa lo punya FWB-an gitu?" Tanya Kavi penasaran.

"Dibilangin gue temenan doang. Dia tuh, sahabat gue, Vi. Irene juga tau kalo kita udah temenan lama." Jelasnya malas.

"Halah, telek! Mana ada cewek cowok jaman sekarang temenan, doang?!" Tuduhnya.

Chandra yang sudah terlalu malas menjawab rekannya, hanya menggeleng pelan dan terkekeh miris. "Terserahlah lo, Vi."

Last Night Story [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang