9. Start It II

105 13 0
                                    

(Eun jie POV)

Pagi ini seperti biasa, aku bangun bersiap-siap dan langsung berangkat menuju kampus. Sarapan? Oh mungkin tidak perlu.
Bagaimana dengan Sohyun? Ia tidak ingin dibangunkan. Karena kelas kami berbeda. Hanya sesekali saja jadwal kelas kami berbarengan. Itupun hanya hari yang sama tapi, berbeda jam.

Pagi ini jalanan tidak terlalu macet.
Aku berangkat menggunakan bus. Keadaan di bus juga tidak terlalu ramai.
Saat sedang mencari bangku tiba-tiba,

Bugh!

Seseorang baru saja naik bus juga, menabrak bahu ku. Untung saja aku berpegangan pada salah satu bangku. Kalau tidak, aku sudah jatuh tersungkur

"Aish!"
Ucap ku dan orang itu bersamaan.

"Hei! Apa kau tidak bisa melihat ada orang di depan mu?!''

Orang itu hanya diam yang ku yakini seorang pria, karena perawakannya menunjukkan bahwa ia seorang pria.

"Kau ini tuli yah!"
Aku sengaja menaikkan satu oktaf suaraku.
Bukannya minta maaf dia malah duduk di bangku yang akan ku duduki.

"Daripada kau berisik disitu, lebih duduk."

Dia bicara seakan tidak punya salah. Haruskah aku meninju wajahnya yang bahkan tidak dapat ku lihat dengan jelas karena ia memakai topi, masker, juga kacamata hitam. Tidak, aku mengurungkan niat ku itu. Yang ada aku kena kasus. Itu sangat tidak elit ketika muncul di berita. 'Seorang wanita meninju wajah seorang pria hanya karena berebut bangku di bus' Tidak itu terlihat sangat konyol.

Aku hanya memutar bola mata dengan malas dan menjauh darinya.
"Tidak terimakasih."

Aku berniat mencari bangku lain, namun sialnya semua sudah terisi. Apa saking sibuknya aku berpikir, sampai tidak memperhatikan kalau beberapa orang sudah masuk lagi kedalam bis ini.

"Yakin tidak mau?"

Ia bicara seakan-akan mengejek ku.
Baiklah daripada harus berdiri. Dengan sangat terpaksa aku duduk disebelahnya.

Sepanjang perjalanan hening, sampai sebuah nada dering ponsel mengintrupsi.
Tentu saja itu bukan milikku, karena nyatanya pria yang disebelah ku lah yang sedang mengangkat teleponnya.

"....."

"Aku hanya berjalan-jalan sebentar."

"....."

"Baik hyung, aku sedang di perjalanan. Kau tidak usah khawatir."

Setelah itu tidak terdengar pembicaraan lagi. Perlu kalian ingat aku sama sekali tidak menoleh padanya, apalagi meliriknya.

"Hei, kau menguping pembicaraan ku yah?"

Seketika aku menoleh ke arahnya
Apa aku salah dengar?
Baik, sekarang dia terlihat semakin menyebalkan.

"Oh, jadi selain tidak tahu diri dan merasa bersalah. Ternyata kau orang yang suka menuduh yah,"
Aku tidak peduli apa tanggapannya. Yang pasti sekarang aku semakin sebal padanya.

"Apa maksud berkata seperti mu?"

Bus berhenti ditempat tujuan ku.
Aku tidak menghiraukannya, lalu berdiri, menginjak kakinya dan turun dari bus meninggalkannya. Aku masih sempat mendengar dia mengumpat. Aku hanya menyeringai. Hm, rasakan itu!

"Jadi, bagaimana kalian bisa memenangkan kasus, itu semua bisa dikarenakan beberapa faktor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, bagaimana kalian bisa memenangkan kasus, itu semua bisa dikarenakan beberapa faktor.....
.
.
.
"Kelas telah berakhir. Jangan lupa kumpulkan tugas kalian di pertemuan selanjutnya. Baik saya permisi."

Akhirnya kelas si Pak tua itu telah usai. Entahlah mendengarkan ia berbicara, seperti sedang berdongeng, membuat ku mengantuk. Untung kelasnya telah usai.

Siang ini setelah pulang dari kampus kegiatan baru ku pun mulai. Yah, menuju kediaman Shin Hye eonni.
Semalam aku sudah menghubunginya
sekaligus menanyakan perihal apa saja yang harus ku kerjakan hari ini.
Sampai di apartemennya ternyata dia ada, kupikir ia sedang syuting.

"Annyeong eonni."
Ucapku dengan senyuman manis
Aku masih agak canggung dengannya.

"Ah, ne annyeong. Sini masuk."

Lihatlah bahkan ia seperti sedang menyambut seorang tamu.
Aku masuk kedalam. Terlihat ada beberapa bunga dan vas. Sepertinya aku tau apa yang akan kulakukan.

"Aku senang kau datang cepat hari ini. Aku ingin menaruh pot-pot bunga untuk halaman dibelakang biar terlihat lebih berwarna dan indah. Bagaimana menurut mu?"

"Oh tentu saja itu ide yang bagus. Aku siap membantu."

Aku cukup suka dengan bunga walaupun tidak terlalu mengetahui jenis-jenisnya.
Kami mengerjakannya dari siang hingga menjelang sore. Sayangnya Shin Hye eonni tidak bisa menemani lama. Ia ditelepon managernya. Katanya, ia akan pulang pukul 7. Padahal aku masih ingin berbincang dengannya.

Shin Hye eonni orang yang tidak terlalu terbuka. Tapi akan bercerita ketika dia benar-benar ingin. Setidaknya dia orang yang menyenangkan.

Setelah selesai dengan urusan halaman belakang aku berniat menyiapkan makanan untuknya.
Kulihat lemari pendinginnya cukup banyak bahan makanan yang tersedia. Aku pun berniat membuatkannya kimbap dan sup ayam. Karena terbiasa mandiri jadi aku sering memasak dan yah, aku bisa menyombongkan diri dalam hal itu.

Hari sudah gelap. Aku melihat dari jendela.
Bel apartemen berbunyi. Aku pun membukakan pintu, ternyata Shin Hye eonni bersama manager nya.

"Aku pamit dulu, tidak bisa mampir. Sampai nanti."
Managernya pun pamit lalu pergi.

"Kau memasak?"

"Ah itu, i-iyah. Tidak apa-apa kan dapurnya ku pakai?"
Aku sedikit gugup saat menjawabnya.

"Yah ampun, tentu saja tidak apa-apa. Bahkan aku sangat senang hari ini bisa makan dirumah. Kau ini pandai memasak yah?"
Ucapnya dengan antusias.

"Ah tidak juga, hanya makanan rumahan saja."
Ucap ku merendah. Tapi itu benar, kalau masakan luar negeri aku belum terlalu bisa

"Kalau begitu, ayo makan bersama."

"Tunggu sebentar lagi yah eonni, sampai sup-nya benar-benar matang."

Aku kembali mengaduk sup yang didalam panci.
Kami berdua sedang di dapur sampai beberapa saat kemudian bel apartemen berbunyi lagi.

"Itu pasti dia."

Ucap Shin Hye eonni. Aku tidak tau siapa yang ia maksud. Aku berniat membuka pintu tapi dia bilang tidak usah. Aku pun melanjutkan pekerjaan ku, menyiapkan makanan yang telah matang.

To be continue~






Thank you for coming here
See you!

-Truth_M-

Published: 5-11-2017

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang