Chapter 4

31 16 0
                                    

"Kim Lee Ein"

Dia masih bisa menyebut namaku setelah apa yang telah dia lakukan? Dia sangat berani.

"Park Jimin" ucapku tersenyum miring.

Aku menarik tanganku. Dan lari keluar dari kelas. Sekali lagi, air mataku turun.

Aku mendengar suara langkah kakinya mengikutiku.

"Ein! Ein-ah" teriak Jimin. Aku menghentikan langkahku dan dia berdiri didepanku.

"Tolong jangan lakukan itu" ucapku.

Dia menghapus air mataku

"Mianhabnida" ucapnya.

"Maaf?" Aku melihatnya. Dia menganggap hal ini sangat gampang. Aku tersenyum miring dan mendorongnya dari jalanku.

Jangan bersikap baik kepadaku. Kau akan membuatku ingin berteman lagi denganmu, Pikiranku berkata.

JIMIN POV
Itu dia? Perempuan yang tidak peduli tentang kelas dan yang mereka panggil 'Ice Princess' adalah dia?

Dia bersikap dingin? Apa dia begitu karena aku?

Tentu saja itu karena kau.

Kenapa aku meninggalkannya? Kenapa aku sangat pecundang? Kenapa aku tidak bisa mengalahkan orang-orang itu?

Tidak ada gunanya menyesalinya. Itu sudah terjadi.

"Mianhabnida" adalah semua yang dapat kukatakan. Aku menghapus air matanya. Pipinya masih terasa lembut.

"Maaf?" Dia tersenyum miring lalu mendorongku dan aku melihat dia menghindariku.

"Kau benar. Aku tidak bisa memutar balik waktu" ucapnya saat aku melihatnya berjalan pergi.
Setetes air mataku jatuh. Aku menghapusnya lalu menaruh tangan dalam kantong.

I'm hurt to see you hurt too

Aku memasuki kelas dan para member menarikku kekursiku.

"Sambutan yang bagus" ucapku dengan nada sarkastik. Untung saja kursiku bukan tepat disampingnya. Itu pasti akan menyiksanya.

"Hyung, kau mengenalnya?" tanya Jungkook. Yang lain melihatku dengan muka ingin tau.

"Yeah" Aku tidak menyangkalnya.
"Bagaimana bisa?" tanya V
"Sesuatu"

"Sesuatu? Ya ada 'sesuatu' diantara kalian berdua. Bagaimana bisa hanya sesuatu?" komentar Jhope.

"Kau bahkan mengetahui nama dia tanpa melihat papan namanya" sebut V.
"Bisakah kita bicarakan ini dirumah saja?" saranku.
" Baiklah" ucap Jin dan yang lain mengangguk.

" Tapi apa dia dulu sedingin itu?" V kembali bertanya.

"Yah!" Aku menatapnya.

"Oke, Oke" Ia mengangkat tangannya.

~~~~~~~

Kami sekarang sedang makan malam dirumah. Jin memasak seaweed soup dan fish stew yang kami nikmati. Sebenarnya, mereka nikmati. Aku bahkan tidak bisa memakan makanan didepanku. Aku hanya menatapnya dan tidak berhenti berpikir.

Apa dia sudah makan? Apa dia baik-baik saja?

"Aigoo, kenapa juga Bighit memilih sekolah itu?" keluhku. Aku lupa bahwa bukan hanya aku yang ada dimeja makan saat ini.

"Jinjja, kau menjadi aneh sejak kau mengejar gadis itu. Kau bahkan tidak makan" ucap Suga.

"Jimin-ah, makanlah. Nanti makananmu dingin" ucap RM.

"Aku tidak mau" jawabku.

"Park Jimin menolak untuk makan?" ucap V.

"Makanlah cepat jika kalian ingin mengenalnya. Aku akan berada diruang tamu" ucapku ke mereka. Mereka langsung mempercepat makan mereka.

Mereka sangat ingin tau tentang Ein. Aku duduk disofa. Didalam pikiranku cuma ada Ein.

Dalam pikiranku, semua tentangnya. Tentang bagaimana buruknya aku menyakitinya.

Tentang bagaimana aku meninggalkannya hari itu dan kabur dari Busan.

Tentang bagaimana kami dulu.

Tentang bagaimana aku kehilangannya sebagai seorang sahabat.

Tentang bagaimana pecundangnya aku.

"Yah Jimin-ah. Kau telah membiarkan kami mengamati wajahmu selama 5 menit" Jin mengeluh.

"Beritahu kami" ucap Suga

"Apa?" Akh bingung sebelum aku menyadarinya.
"Aish, anak ini, kau bilang kau akan menceritakan dia ke kami" ucap RM

"Ah, ne"

" Sebelum itu, apa dia sangat dingin saat kau mengenalnya?" ucap V tiba-tiba.

"Hmm, sebenarnya aku tidak tahu harus menjawab apa. Kami sudah berteman sejak kelas enam dan saat kami kelas delapan aku menghancurkannya"

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jungkook.

"Aku tidak sengaja bermasalah dengan segerombolan orang mabuk dan mereka memukulinya. Aku kabur darinya dan sampai kemarin.."

"Kemarin?" ucap mereka bersamaan.

"Yeah, kemarin, saat kami tidak sengaja bertemu di sekolah, aku menemuinya. Dia perempuan yang telah aku hancurkan hidupnya"

Para member melihatku kasihan. Aku berbicara setelah menghela napas berat.

"Membermu ini" aku menunjuk diriku "adalah pecundang dan tak ada yang bisa mengubah hal itu. Hidupnya saat itu sudah sedih dan aku hanya membuatnya lebih pahit"
.
.
.
tbc

Idols with One Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang