Chapter 3:
Arhanitya new versi:
BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA.
Gracias.
***
Keesokan harinya, kelas XI IPA 3 sudah ramai tidak seperti biasanya. Padahal jam baru menunjukkan pukul 6 lebih 15 menit, tetapi mereka semua sudah datang dengan mengerubungi beberapa meja karena ada 2 buku yang pemiliknya sangat berbaik hati karena selalu memberikan contekan tugas-tugas.
"HANI!! VELLY!! GUE NYONTEK TUGAS FISIKA DONG, GUE GAK NGERTI." dari ambang pintu kelas, Latifa sudah mengeluarkan suaranya yang seperti toa Masjid.
Tanpa babibu, Latifa langsung bergabung bersama teman-temannya yang sedang menyalin jawaban fisika dari buku Hani.
10 menit lagi bel masuk berbunyi, bertepatan dengan itu ketiga most wanted boy SMA Bangsa Negara memasuki kelas dengan santai.
"Assalamualaikum!" salam Rozan kepada teman-temannya yang sibuk dengan bukunya masing-masing.
"Waalaikumsalam." hanya beberapa orang yang menjawab salam, sisanya masih fokus menyalin tugas.
"Ada tugas? Gue ikutan dong!" Rozan segera mengambil buku satu-satunya yang ia bawa, lalu bergabung dengan yang lain. Di susul oleh Arhan dan Raka.
"Ih Arhan! Bukunya taruh di tengah-tengah, jangan keenakan dong." protes Latifa karena Arhan tanpa permisi mengambil buku Hani.
"Gue mau liat." ucapnya sembari menarik buku milik Hani dari tangan gadis dihadapannya.
"Kita juga pingin liat, Ar." ucap Alfa, ketua kelas XI IPA 3.
"Gantian sekarang gue yang liat. Lo semua kan dari tadi." Arhan kekeh merebut buku milik Hani.
Karena Arhan, mereka semua segera beranjak lalu memilih menyalin tugas kepada teman yang sudah selesai menulis.
"Gue pinjem bentar, dua baris terakhir nih." Latifa merebut kembali buku sahabatnya itu lalu menaruhnya di kedua pahanya.
"Astaga Arhan! Lo kok rese banget?!" kesal Latifa, lagi-lagi cowok dihadapannya itu merebut buku fisika milik sahabatnya.
"Gue bilang, gue mau liat."
"Gue cuma mau liat dua baris terakhir, gak sabaran amat."
"Lo nulisnya kelamaan."
"Gue kalau nulis cepet kok! Mana, siniin!"
"Gak."
"Siniin!"
"Gak."
"Siniin gak?!"
"Gak."
"Sini--"
SREKK.
"ARHAN! LATIFA!" saking kesalnya melihat buku fisikanya robek, tanpa sadar Hani menggebrak meja membuat perhatian teman-temannya tertuju kepada dirinya.
"Lo berdua apaan sih! Kalau mau liat, ya liat aja. Gak usah rebutan, masih untung gue kasih liat. Tapi kelakuan lo berdua kayak bocah tau gak?!" Hani memungut beberapa robekan kertas yang berhamburan di lantai.
Sial. Satu kata yang tepat mewakilkan pagi ini. Dan mau tak mau dirinya harus melaksanakan hukuman dari Pak Budi, guru fisika.
Tak lama kemudian, Pak Budi beserta kumis tebalnya memasuki kelas dengan penggaris kayu yang berada di genggamannya.
"Anak-anak, sekarang kumpulkan tugas kemarin."
Satu persatu murid-murid mengumpulkan tugasnya dengan perasaan tidak enak, terutama Latifa.
"Jumlah murid semuanya berapa?" tanya Pak Budi dengan tampang serius.
"40 murid, Pak."
"Yang tidak mengumpulkan silahkan keluar dari kelas saya dan menyapu taman sekolah."
Dengan santai, Arhan bangkit dari duduknya lalu keluar kelas. Mau tak mau Hani pun berdiri dari bangkunya dan keluar kelas dengan kepala menunduk. Langkah kaki Arhan bukan berjalan ke arah taman sekolah, melainkan ke arah kantin membuat Hani melebarkan matanya.
"ARHAN! LO MAU KEMANA?!" teriaknya lalu mengejar Arhan untuk ikut bersamanya ke taman sekolah.
Arhan yang sadar dirinya dikejar oleh Hani, lantas segera berlari membuat keduanya berlarian di koridor yang sedang sepi karena kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
"EH LO JANGAN KABUR!" teriak Hani yang nyaring di sepanjang koridor.
"KANTIN!" balas cowok itu dengan teriak.
Sesampainya di kantin, Arhan merutuki dirinya sendiri karena dirinya tidak bisa kabur lagi. Kini posisinya, Arhan sudah di posisi paling ujung membuat Hani tersenyum menang.
"Mau kabur kemana, huh?!" tanya Hani dengan mengangkat dagunya menantang.
"Gara-gara lo, gue di hukum tau gak?! Dan lo dengan enaknya mau kabur ke kantin."
"Lah, suka-suka gue dong. Gue mau ke kantin atau enggak itu bukan urusan lo." balasnya yang masih mencoba untuk kabur.
"Ya jelas ini urusan gue!" cewek itu semakin sewot. Dengan kesal, dirinya mengambil dua buah sendok yang ada di atas meja kantin lalu melemparkannya ke arah Arhan.
"Eh, eh! Sakit, goblok." ringis Arhan sembari mengusapi kepalanya.
Karena belum puas, Hani maju mendekati Arhan lalu mencubit perutnya keras membuat yang dicubit menjerit kesakitan.
"ARGH!" jerit Arhan dengan memasang muka kesakitan.
"Lo tuh apaan sih! Tadi kepala gue kena lemparan sendok, dan sekarang perut gue lo cubit. Sakit tau gak?!" omelnya penuh kekesalan.
"Bodo. Amat. Gue. Gak. Peduli." balas Hani dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Jangan lupa vote comment!❤️
See you next part!Rabu, 06 Februari 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arhanitya
Fiksi RemajaHistory Ranking: #1 - bendahara (06- 08- 2018) #2 - bendahara (04- 08- 2018) #3 - bendahara (30- 06- 2018) #5 - fiksi remaja 2018 (30 - 06 - 2018) #947 - teen fiction (08- 03- 2018) [Masih belajar, masih banyak kekurangan] 🦄🦄 Start: 16 Januari 201...