44

1.9K 71 0
                                    

Thanks yang masih stay sampai sejauh ini

Happy reading!!

***

Vania terbangun karena terasa kering ditenggorokannya. Vania haus karena itu dia bangun.

Matanya terbuka dan pertama yang ia lihat adalah Nathan. Nathan kekasihnya, yang masih tertidur pulas sambil menggenggam tangan Vania.

Perlahan Vania melepaskan genggaman mereka lalu beralih menuju nakas yang berisi air putih.
Vania mengambil gelas kaca pelan pelan.

Mengambil air perlahan agar Nathan tak terganggu karenanya. Agar Nathan tak terbangun dari tidur pulasnya.

Pyarrr

Gelas yang tersenggol Vania karena tidak tepat memegangnya pun jatuh dan pecah.

Nathan tersentak dan terbangun menoleh kearah gadisnya. Mengucek matanya lalu mengerjap beberapa kali memperjelas penglihatannya yang masih kabur.

"Kamu mau ngapain? Kok gelasnya sampe pecah gini?" tanya Nathan dengan suara seraknya.

"Vania menunduk, memainkan jarinya. Tidak berani menatap Nathan. Mungkin Vania takut dimarahi oleh Nathan.

Nathan memegang tangan Vania.
"Van?"

"Maaf."

Nathan mengernyitkan dahinya. Sedikit menunduk menoleh kearah Vania.

"Kamu mau minum?" Vania mengangguk lemah. Nathan tersenyum menepuk pucuk kepala Vania pelan.
"Kenapa nggak bilang sih kalo mau minum? Kan aku bisa ambilin. Kamu nggak perlu repot ambil sendiri, sekarang pecah kan." gerutu Nathan mengelus bahu Vania lembut.

"Aku lihat tidur kamu nyenyak banget. Aku tahu kamu capek banget kan nemenin aku dari kemarin. Anggak mau ganggu tidur kamu. Aku nggak mau ngerepotin kamu, nyusahin kamu. Makanya aku ambil sendiri minumnya." jawab Vania jujur.

"Dengerin aku. Aku nggak ngerasa repot atau terganggu kalau itu demi kamu. Aku bakal lakuin semuanya, biar kamu seneng. Asal kamu nyaman aku akan lakuin itu, Van." jelas Nathan tulus.

"Aku pengen jadi orang yang selalu kamu butuhin disetiap saat. Orang yang kamu panggil ketika kamu butuh apapun. Orang yang kamu jadiin sandaran ketika kamu sedih, terjatuh, dan berduka." lanjutnya.

Vania tersenyum mendengar penjelasan Nathan. Vania tahu, Nathan sangat menyayanginya, namun Vania cuman tidak ingin merepotkannya.

"Sekarang aku ambilin minumnya dulu ya. Aku bawa air putih kok." Nathan beranjak mengambil tasnya yang ia letakkan disofa.

"Nih."

Nathan memberikan botol berisikan air mineral kepada Vania agar diminum.
Vania langsung menerimanya dan meminumnya hingga 3 tegukan.

"Makasih ya." ucap Vania setelah selesai meminumnya.
"Sekarang kamu butuh apa? Biar aku yang ambilin." tawar Nathan. Vania hanya menggeleng.

"Aku cuman bosen. Pengen pulang." pinta Vania melirih.
"Kamu kan baru dua hari dirawat disini. Badan kamu belum fit bener," jawab Nathan.

Vania melengkungkan sudut bibirnya kebawah. "Aku nggak mau disini. Bosen nggak ada kerjaan." lirihnya.

"Yaudah gini deh. Besok aku tanyain dokter dulu, apa kamu boleh pulang besok, sekarang kamu istirahat lagi." bujuk Nathan.

"Kamu nggak kemana mana kan?" tanya Vania mencekal tangan Nathan.
"Enggak kok. Aku bakal nungguin kamu terus disini. Kamu tenang aja. Sekarang tidur ya."

Nathan dan Vania[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang