Mau Donat!

8 0 0
                                    

"Dek, besok cek gula jam berapa?" tanya Ardi pada Nisa, istrinya.
"Paling cepet jam tujuh pagi, Mas,' jawab Nisa

Malam kian larut dan rasa ngantuk semakin tak bisa Nisa tahan. Dia tinggalkan Ardi yang masih asyik dengan laptopnya.

Saat akan masuk kamar matanya terpaku pada sekotak kue kesukaannya. Langkahnya terhenti dan dengan sedikit berjinjit dia mendekati kotak yang menggiurkan itu.

"Ehm," Suara deheman mengejutkannya dan membuat tangannya terhenti.
"Dek, puasanya minimal sepuluh jam?" tegur Ardi.

Huh, Nisa mendengus kesal. Dan melanjutkan langkah mendekati kue donat itu. Tak dihiraukannya tatapan suaminya.

"Cuma mau simpan di lemari biar pas aku habis cek gula, donatnya belum menghilang,"
Penjelasannya membuat Ardi tersenyum. Lelaki itu mendekat dan melingkarkan lengan kokohnya ke pundak sang istri.

"Makasih, Sayang," kata Ardi sambil mencium kening Nisa lembut.

"Mungkin kamu lelah harus menahan keinginan saat ingin makan makanan yang kamu suka. Aku juga lihat sesekali kamu membiarkan segelas jus jambu kesukaanmu itu masuk ke perutmu saat aku tak ada."

"Tapi, Aku minta kala kamu lelah menjalani itu semua, Ingatlah aku dan anakmu. Kami butuh kamu. Kami ingin selalu bisa menikmati keceriaan kita bersama."

Kata-kata suaminya mampu menghadirkan titik air yang langsung dia hapus.
Di saat seperti inilah, pelukan hangat suaminya dan kata-kata penguat mampu membuatnya semangat lagi tuk mengatur pola makan. Ya, Nisa ingin bisa menjalani hidup sesehat orang lain yang tak menderita diabetes.

Food Flash FictionWhere stories live. Discover now