Dikenal dengan nama Aria, anak perempuan berusia 16 tahun ini memang benar-benar seorang anak yang berjiwa patriotik. Dengan kepercayaan guru yang disandang di pundaknya, Aria berhasil mendapat peran sebagai salah satu petugas upacara pada hari pahlawan. Saking senangnya, ia berhari-hari di rumah berlatih melafalkan bacaan pembukaan UUD 1945 yang cukup panjang itu. Ketika ibunya mengetuk pintu, barulah ia tersadar akan waktu dan segera keluar dari kamarnya untuk makan, mandi, sesuai waktunya masing-masing.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Lapangan berlapis aspal keras lambat laun dipenuhi oleh siswa-siswi SMA 1 Nusantara, SMA Aria. Pada hari yang nasional ini, puji syukur kepada tuhan untuk hari yang cerah. Kelewat cerah malah. TV dirumah yang tadi disetelkan prakiraan cuaca memberi tahu suhu hari ini, yaitu 31°C. Seperti yang sudah diduga, karena teriknya hari ini banyak anak perempuan berbaju kebaya yang tersasar dari barisan dan berkipas-kipas ria mengusir panas. 'Dasar kids jaman now', kemungkinan besar itulah tanggapan yang tepat pada situasi ini. Masalah ini berlanjut bahkan hingga upacara tengah berlangsung. Kata-kata seakan berhembus lewat tak terdengar oleh anak-anak ini. Tidak ada yang menggubris arahan guru-guru, sampai-sampai guru-guru kewalahan dibuatnya. Aria melihat itu semua dari titik tempatnya bertugas didepan lapangan. Bahkan saat lagu nasional Indonesia Raya dinyanyikan, dan bendera merah putih nan suci gagah perwira dikerek perlahan-lahan menuju tempat spesialnya diujung tiang, tidak sedikit anak-anak menggunakan tangan mereka yang mulus bukan untuk hormat kepada bendera, namun mengipas-ngipas diri sendiri. Selain itu pun ada yang berjongkok berlindung kepada temannya yang tiggi dari panas terik, atau yang membuang jenuh dan panas dengan mengobrol ria. Benar-benar tidak menghargai usaha pahlawan terdahulu, pikir Aria. Seiring berakhirnya lagu Indonesia Raya, bendera merah putih pun telah sampai pada tempat spesialnya.
Giliran pembacaan pembukaan yang akan diwakili oleh Aria. Aria melangkah maju hingga berdiri didepan mik dan membuka buku bersampul batiknya. Segala latihan yang telah dia jalani dalam kurun waktu beberapa hari akan terkuak pada saat ini. Dengan lugas dan jelas, Aria membacakan pembukaan UUD 1945. Sedikit-sedikit Aria melirik kearah peserta upacara. Sudah lebih banyak yang jongkok pada saat itu. Suara cengkerama-cengkerama mereka bersahut-sahutan bising bagaikan lebah yang berdengung. Apakah bisa disebut barisan lagi, saat anak-anak sudah tercecer tak rapi seperti kumpulan bebek yang tak diatur. Terasa gumpalan pembuat sesak di hati Aria. Dikarenakan kesal yang memuncak, semua hasil latihan Aria bubar saat itu juga. "Hei kalian", katanya. Guru-guru menoleh heran. Instruktur petugas pun terkejut, disebabkan hal yang terjadi diluar rencana itu. Anak-anak masih sibuk dengan segala cengkeramanya. Aria mengulang, "kubilang, HEY KALIAN!". Seruannya yang terakhir mengambil perhatian seluruh peserta upacara. Seluruh mata sekarang memandang ke Aria, yang raut mukanya tertekuk menunjukkan kesal di hatinya saat ini. "Diam dong! Kenapa diam dan rapi saja tidak bisa sih?!". Salah seorang peserta upacara, yang berdiri didepan barisan, membalas. "Panas, tahu!". "Lagian kenapa harus upacara sih? Panas-panas begini, ibu bapak guru mau menyiksa kita dengan memanggang kita ya?", sebelahnya berkata sambil mengipas-ngipas dirinya. "make upku luntur nih gara-gara panasnya! Pakainya sampai satu jam loh!", seseorang menyahut sambil mengelap wajahnya dengan tisu,peralatan make up siap di tangan satunya. Aria menggigit bibir. Betapa egoisnya anak-anak ini. "Kita menyelenggarakan upacara hari pahlawan ini demi mengenang dan mensyukuri jasa para pahlawan yang dulu memperjuangkan kemerdekaan negara kita. Tanpa mereka, kita masih dijajah hingga sekarang. Apa kalian tidak merasa berterima kasih pada para pahlawan itu?", katanya lambat-lambat. Para peserta diam tak menjawab. Maka Aria melanjutkan membaca pembukaannya, dan sisa upacara pada hari itu pun bisa dilaksanakan tanpa kendala apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Pahlawan
Ficción GeneralMemperingati hari pahlawan, kuketik cerita ini... Masih amatir.