Part 5ambisi

25 3 0
                                    

Calvin sendari kecil menyukai hal-hal yang berbau mistik, kecintaannya pada hal mistik sampai membuatnya bercita-cita untuk mencari dunia lain dan menjadi pahlawan di sana. Di suatu musim panas Calvin dan Flame yang tengah mencari serangga, kesana kemari mengumpulkan banyak, hingga masuk ke area hutan di belakang sekolahnya, terhenti pada rumah tua yang lapuk dan berantakan, lebih dari setengah dinding rumah itu nampak ambruk tak beraturan, mereka terdiam merasakan suasana gelap dan dinginnya, sembari mengingat dongeng kota bahwa itu dulunya adalah rumah seorang nenek sihir.

Sejenak menghentikan langkah mereka, namun hanya sejenak karena, mereka sudah kembali berjalan santai sambil mengobrak-abrik bangunan itu berharap bisa menemukan sesuatu yang berbau mistik. Di sinilah Flame menemukannya buku tanpa judul itu, di ruangan tersembunyi di bawah lantainya. Buku yang mengajarkan mereka segala hal tentang sihir dan pempraktekannya, dan menjadi satu-satunya kuci mereka untuk bisa membuka gerbang portal menuju dunia lain.

Jika itu keinginan Calvin aku tak masalah mengikutinya, hanya saja aku ragu, jikapun kami sampai di sana, segalanya tidak akan sama seperti di komik, manga atau anime-anime yang pernah kami tonton, bagaimana jika itu hanya akan menyakitinya? Jika begitu maka aku harus lebih kuat dari hal yang bisa menyakitinya. Flame diam sambil membaca buku itu.

Di kelas 2 smp Calvin memutuskan untuk membentuk sebuah grup khusus untuk penelitian dunia gaibnya, gagasan itu berawal dari Flame yang tidak sengaja mendapati seseorang dengan kemampuan aneh, banyak orang menyebutnya anak indigo. Tepat kejadian saat itu, malam hari di rumah teman sekelasnya, rumah sederhana dengan gaya moderen. Flame sedang tugas kerja kelompok dua anggota, Duduk santai di sofa ruang tamu, dengan Laptop di pangkuan, memperhatikan seisi ruangan sembari menunggu temannya yang sedang membuatkan minuman, ruangan sederhana dinding bercatkan abu-abu putih. Flame sejenak memperhatikan sisi dinding di depannya, dinding berpajangkan lukisan pemandangan lanit, indah tumpukan tebal awan berwarna putih-emas, yang satu sisinya di tabrak angin dan sinar matahari. Lukisan itu seakan mencoba mewarnai lebih dinding abu-putih yang nampak sepi. Ruangan itupun berisikan dengan beberapa sofa hijau antik yang di susun membundari meja kayu oval di tengahnya.

"REZA... AKU MASUK!" teriak seseorang dengan nada datar dari depan rumah,

"MASUKLAH!" balas teriak santai teman sekelas Flame itu dari dapurnya, orang itu langsung masuk dengan cepat. Dia pemalas, kesan pertama Flame melihat orang itu. berwajah muram tak berekspresi, mata sayup setengah terbuka, berkantung mata dan rambut lebat mekar berantakan.

"A..." sontaknya terkejut melihat Flame, "kupikir tidak ada orang" sambungnya sambil berjalan kearah sofa di depan Flame.

"salam kenal, namaku Haku!" ucapnya setelah duduk

Semita in ExitiumWhere stories live. Discover now