back to you

131 9 0
                                    

Ohh iya aku lupa bilang. Cerita ini beda sama back to you yang kemaren. Mulai dari tokoh, sifat, alur,  semuanya bener bener beda.  Tapi ini sama kayak apa yang aku bayangin waktu buat story back to you. 
I hope you enjoy.  Jangan lupa vote dan comment yaw

2213 words

⭕⭕⭕

Aku ingin bercerita, semua hal yang ada pada Dia. Dia yang membuatku jatuh sejatuh jatuhnya. Dia yang membuatku tetap setia walau aku tahu itu sia sia.

Konyol memang. Kita sudah tidak pernah berjumpa tapi rasa ini selalu tumbuh semakin liar di dalam hati. Memenuhi setiap ruang di dalamnya. Bolehkah ku bertanya? Apa yang telah kau lakukan padaku?

Rasa ini ada saat mimpi itu datang, mimpi yang terasa begitu nyata, mimpi yang membuatku melayang setinggi-tingginya. Bahkan apa yang ada di mimpi itu aku masih sangat ingat dengan jelas hingga sekarang. Saat kau tersenyum padaku, menatapku dengan mata indahmu, dan meraih tanganku, membiarkan kedua tangan cucu adam ini saling bertaut menjadi satu.
Namun sekali lagi harus ku ingatkan kepada diriku sendiri kalau itu hanya mimpi.

Aku merasa seperti seorang gadis menyedihkan. Mengharap cinta kepada orang yang lama tak pernah ku jumpa. Memikirkan seseorang tanpa peduli bahwa orang itu tidak pernah memikirkanmu barang sedetik pun.

Mungkin kalian heran, bagaimana bisa aku menjadi baper hanya karena sebuah mimpi. Tenang. Tokoh di mimpi itu bukan tokoh khayalan. Dia benar-benar ada, di dunia ini, dan di dunia masa laluku. Dulu.

Akan ku beri gambaran tentang sosoknya. Dia misterius, orang tidak akan pernah bisa menebak jalan pikirannya. Dia cuek, tapi di balik sikap cueknya, percayalah dia peka terhadap sekitar. Dia luar biasa, kalau kau tanya apa pendapatku.

Semua kenangan masa lalu berlarian di pikiranku. Sejenak melupakan keadaan yang ada di taman komplek ini. Kupandangi sebuah kotak musik pemberiannya dulu. Kado ulang tahunku saat aku menginjak 15 tahun. Senyum tipis tercetak di bibir ku.

Aku masih ingat, saat kita menghabiskan waktu jam kosong di sekolah dengan permainan sederhana namun terasa sangat menyenangkan. Permainan batu gunting kertas. Kala itu senang rasanya disaat aku menang dan mendapatkan kesempatan menjepit hidung mancungmu, memukul kepalamu, atau menampar pipimu. Dan diakhir permainan disaat kita sudah bosan, kita akan tertawa memandang wajah satu sama lain karena hidung kita berwarna merah kebiruan. Ingin rasanya mengulang semua itu. Aku tersenyum dalam lamunanku.

Ingatkah kau pemilik hatiku? Saat pelajaran Pak Ari guru matematika tergalak kala itu. Aku lupa membawa buku tugasku dan kau merobek hasil pekerjaanmu agar aku tidak sendirian di hukum oleh beliau. Padahal aku tahu kau telah bersusah payah mengerjakannya, dan aku sangat tahu kau membenci matematika. Tapi kau rela melakukannya demi aku. Aku. Yang sekarang masih setia menunggumu tanpa peduli berapa lama waktu yang berlalu sia sia dalam penantian ini.

Semua kenangan itu adalah sebagian kenangan yang pernah kita lalui dulu. Kenangan yang tak akan pernah ku hapus dalam pikiranku, kenangan yang akan selalu ku simpan dalam benakku.

Tahukah kau penghuni hatiku? Banyak dari teman-temanku yang menganggapku bodoh. Bodoh karena mengharapkan ketidakpastian. Bodoh karena aku tidak mau memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menjadi penghuni hatiku dan menggantikan posisimu. Bodoh karena aku selalu percaya bahwa usaha tidak pernah menghianati hasil. Penantian ini tidak akan sia sia.

Tapi apakah itu salah? Tidak kan? Karena aku percaya proses selalu ada di hidup ini. Bahkan saat kita ingin mendapatkan sebuah makanan kita harus memasaknya dulu, membeli bahan-bahannya jika bahan itu tidak tersedia, dan banyak lagi langkah-langkah yang harus kita lakukan agar kita dapat merasakan rasa enak dari makanan itu. Jadi untuk apa aku harus menyerah di tengah-tengah proses ini? Bukankah kalau aku menyerah justru itu lebih sia-sia?

Back to You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang