"Yang namanya cinta ya begini. Kalo gak disakitin ya nyakitin."
※※※※※
Sudah sejak sejam yang lalu Kailasha duduk sendirian di atas tribun sembari terus memandangi objek sejak tadi selalu mencuri perhatiannya.
"Yang namanya cinta ya begini. Kalo gak disakitin ya nyakitin."
Kailasha menolehkan kepalanya ke arah Diego yang secara ajaib sudah duduk di sebelahnya. Tak berniat untuk membalas perkataan Diego, Kailasha kembali memandangi objek perhatiannya selama sejam yang lalu.
"Berhenti berharap kalo lo gak mau semakin sakit."
Kini tatapan Kailasha benar-benar terarah pada Diego yang memandang lurus ke arahnya.
"Hal ini bukan sesuatu yang gue mau."
"Lo bukannya gak bisa, tapi lo nya yang gak mau."
"Gue gak bisa ngontrol hati gue, Go. Gue gak bisa ngubah perasaan gue," ujar Kailasha.
Mendengar hal itu Diego menghela napasnya. Kemudian memberikan seulas senyumnya kepada Kailasha. "Lo bisa. Kalo lo mau."
"Lo gak tau rasanya jadi gue. Terjebak di perasaan dan situasi aneh ini. Lo gak ta—"
"Gue cukup dan sangat tau. Makanya gue bilang ini sama lo."
"M...maksud lo?"
"Gue ada janji sama koor sie perkap pensi." Diego berdiri kemudian kembali memberikan seulas senyumnya kepada Kailasha. "Gue pergi."
Dengan satu langkah kaki Diego yang tergerak menuju pintu keluar lapangan basket indoor itu, juga merupakan satu langkah hatinya untuk menyerah dari perasaannya terhadap Kailasha.
'Gue bahkan udah terjebak di perasaan bodoh ini jauh sebelum lo jatuh di lubang yang sama dengan gue,' gumam Diego sambil melenggang pergi.
Sepeninggal Diego, Kailasha kembali mengalihkan pandangannya ke objek yang masih sama. Seorang cowok yang masih saja hinggap di hatinya. Lamunan Kailasha kembali terganggu oleh getaran halus dari ponsel yang berada di dalam sakunya. Dengan gerakan yang cepat, ia segera menyalakan ponselnya dan membaca pesan yang baru saja masuk.
DavkaAdhi : Kai?
Melihat chat itu, Kailasha merasa geli sendiri. Pasalnya, ia dan Davka berada di dalma ruangan yang sama, yaitu lapangan basket indoor. Hanya saja Davka berada di bangku panjang yang berada di pinggir lapangan, sedangkan Kailasha berada di atas tribun. Mungkin Davka tak melihatnya, pikirnya.
Kai : Iya? Kenapa Dav?
DavkaAdhi : Anak sponsor udah lo tanyain masalah kemarin?
Membaca chat itu, Kailasha menghela napasnya pelan. Apakah harus tentang organisasi bila ingin chatting dengannya?
Kai : udah.
DavkaAdhi : kalo anak humas?
Kai : udah, Davka.
DavkaAdhi : kreatif udah setor design backdrop?
Kailasha mengernyit bingung pasalnya anak kreatif itu sudah menyerahkan designnya kemarin tepat di depan Davka. Bagaimana Davka bisa lupa?
Kailasha mengalihkan pendangannya ke arah Davka yang kini sedang melamun disana, pandangannya mengarah lurus ke arah Raehan serta Afreen yang tengah melakukan tanding basket di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seharusnya ✔
Roman pour Adolescents"Seharusnya lo gak begini. Seharusnya-" "Seharusnya seharusnya seharusnya. Berhenti bilang seharusnya karena gak semua hal berjalan sesuai logika lo." *** [Completed] Higest Rank #193 (5 Desember 2017)