Drunk

8.2K 634 16
                                    

🚨 WARNING! 2305 words.🚨

###

HR's POV.

Kalau boleh jujur sepertinya hari ini merupakan hari terbaikku dalam beberapa tahun terakhir ini.

Seperti yang kalian semua tahu.

Selama ini aku sama sekali tidak pernah bahagia atau lebih singkatnya bisa di bilang aku selalu menderita.

Aku selalu menderita jika cowok yang bernama Jeon Jungkook itu bersamaku.

Setiap hari ia selalu bersamaku layaknya permen karet yang hinggap di sepatu.

Yang kadang membuatku risih untuk mencabut permen karet itu di sepatu.

Saat aku berusaha mencabut permen karet itu dari sepatu kadang-kadang aku merasa sangat kesal karena permen karet itu sangat susah dicabut.

Saking kesalnya rasanya aku ingin membuang sepatu ini atau tidak ingin sekali aku melenyapkan sepatu ini dariku.

Tapi hari ini Jungkook tidak ada bersamaku jadi hari ini aku terbebas darinya.

Senang? Oh tentu saja.

Bagaimana mungkin aku tidak senang jika serigala itu tidak ada disekitarku.

Aku menyandarkan badanku ke punggung bangku halte.

Permen karet terlepas sendiri dari sepatu.. sangat tidak masuk akal bukan?

"Hyerin-ssi. Kau melamun?"

Lamunanku terbuyar sempurna berkat suara itu.

Mataku mengerjap bentar, berusaha menyadari kesadaranku sekarang yang belum terlalu sempurna.

Saat aku sudah sepenuhnya sadar dapat kulihat Jimin duduk di bangku sebelah.

Aku tidak tahu sejak kapan ia disana.

Seingatku tadi ia izin pulang duluan. Lalu.. kenapa tiba-tiba ia disini?

"Oh mian. Sejak kapan kau disini?"

"Astaga, kau tidak sadar kalau aku daritadi di sampingmu?"

Dengan bodohnya aku menggeleng.

"Makanya jangan melamun terus. Kurasa kalau maling masuk ke rumahmu kau tidak bakal mengetahuinya karena melamun terus."

Mataku memutar malas.

"Bukankah tadi kau izin pulang duluan? Kenapa masih ada disini?"

"Ah aku membatalkannya."

"Waeyo? Sepertinya kau mempunyai alasan untuk membatalkannya"

"Nothing. I'm just wanna with you." Katanya dengan nada sedikit ber-aegyo.

Lantas aku tertawa kecil.

"Waiting me? Why? Give me a reason."

"Hm i don't wanna give you a reason." Mukanya maju beberapa cm. "That secret."

Aku kembali tertawa, entah kenapa melihatnya berbicara dalam bahasa inggris.

Membuat selera humorku meningkat, rasanya lucu sekali tapi disaat bersamaan aku juga merasa dirinya keren.

Mengingat dulu ia paling bodoh dalam bahasa inggris rasanya sedikit tidak percaya jika ia berbicara menggunakan bahasa internasional.

Kurasa ia sudah belajar dengan sangat giat.

Bad Destiny [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang