New Rules

7.2K 646 17
                                    

"Arghh!"

Aku sedikit terlonjak kaget saat mendengar suara teriakan barusan.

Dalam sekejap aku merasa kedua indra pendengaranku menjadi pekak.

Suara teriakan tadi bukanlah main-main, serius suaranya kencang sekali.

Bahkan kurasa volume suara tadi melebihi suara orang-orang bermain roller coaster.

Aku menutup masing-masing kedua indra pendengaranku bentar lalu membukanya kembali.

Mencoba memastikan indra pendengaranku masih berfungsi.

Untung masih berfungsi. Batinku

Detik selanjutnya cowok itu keluar dari kamarnya dengan penampilan luar biasa berantakan.

Piyama tidurnya yang terlihat kacau lalu rambut hitamnya yang terlihat acak-acakkan ditambah mukanya yang masih sedikit bengkak.

Cuma sedikit. Sedikit saja!

Aku memandang cowok itu dari atas kepala sampai ke bawah kaki dengan gerakan mata yang cepat.

Takutnya jika aku menatapnya lama-lama cowok itu akan berpikiran aneh.

Oh ayolah, ia itu cowok mesum.

Aku membuka bibirku sendiri berniat mengatakan sesuatu kepadanya.

Tapi sebelum sebuah kata meluncur dari bibirku, ia langsung mengangkat sedikit tangannya kepadaku.

Matanya seolah memberi pesan untukku agar tidak berbicara.

Aku yang mengerti akan hal itu perlahan kembali menutup bibirku.

"Apa yang kulakukan kemarin? Kenapa aku bisa ada di kamar? Jelaskan kepadaku."

"Kemarin kau hanya menangis dan menanyakan hal yang aneh saja." Ucapku ringan sembari mengoles selai ke roti tawar.

"Memeluk? Aku ada memelukmu tidak?"

Dalam sekejap tanganku berhenti bergerak, aku menatap Jungkook lagi.

Melihat air muka cowok itu yang terlihat sedikit takut dengan jawabanku.

Jangankan ia, aku saja takut dengan jawabanku sendiri.

Karena sejujurnya jawaban dari pertanyaannya adalah sebuah fakta.

Jungkook emang memelukku kemarin. Dan itupun dalam keadaan mabuk.

Salahkan dirinya sendiri yang terlalu mabuk, jangan salahkan aku.

"Hei, aku bertanya kepadamu!"

Aku meletakkan roti tawar yang sudah kuberikan selai tadi ke piring.

Dan menutup kaleng selai coklat itu tanpa memperdulikan cowok itu yang sedang melotot.

Sejujurnya aku tidak ingin memberitahunya jawaban.

Lagipula aku tahu jika pelukan kemarin itu terjadi hanyalah dirinya yang sekedar mabuk.

Kalau ia waktu itu tidak mabuk kejadian ini juga tidak akan terjadi.

"Kenapa kau menghindari pertanyaanku? Yak, malhaeyo!" (Beritahu kepadaku)

Aku membanting pintu kulkas dengan geram lalu menoleh menatap cowok itu.

Entah kenapa tiba-tiba aku ingin memukulnya.

Jangan tanya kenapa. Karena sejujurnya aku juga tidak tahu kenapa.

Bad Destiny [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang