My Fault

7.3K 638 33
                                    

JK's POV.

Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.

Apakah aku harus bahagia saat melihat fansku bertambah atau aku harus sedih?

Maksudku, bukannya aku tidak suka melihat para fansku bertambah.

Hanya saja entah kenapa khusus hari ini aku sama sekali tidak senang akan hal tersebut.

Dulu sih aku paling senang jika fansku bertambah, jangankan dulu. Bahkan hari-hari biasa saja aku selalu senang akan hal tersebut.

Bukankah itu membuktikan bahwa aku populer? Hah, orang mana yang tidak suka menjadi populer.

Memiliki fans, menjadi kebanggaan sekolah, populer, idola sekolah.

Oh ayolah, semua orang menginginkannya.

"J-jungkook oppa."

Pengakuan lagi?

Sekilas aku berhenti mengunyah rotiku dan beralih menatap seorang gadis asing di depanku.

Kalau dilihat-lihat dari penampilannya 100% kutebak kalau ia itu hoobae. (Adik kelas)

Penampilan dan gestur gerakannya masih sangat kaku sekaligus seragamnya yang kelewatan rapi.

Emang ada kakak kelas yang berpakaian rapi?

Park Hyerin.

Entah kenapa nama 'Hyerin' sekilas terlintas di pikiranku tepat saat aku mengatakan hal tersebut.

Ah.. iya, aku lupa kalau bebek itu selalu berpakaian rapi. Batinku.

Ngomong-ngomong tentang bebek..

Mataku melebar. Badanku berbalik cepat, untuk sejarah pertama kalinya aku tidak dapat menemui gadis itu di belakangku.

'Kan biasanya ia selalu berdiri di belakangku!

Astaga, kenapa aku baru sadar kalau ia tidak ada disini?

"Aishh this stupid duck." Umpatku kecil.

"Oppa?"

Tanpa memperdulikannya aku memperhatikan jam tanganku.

"Mwoya? 25 menit?!" Kataku nyaris berteriak, persetan dengan gadis di depanku itu yang sedang terkejut.

Dia sudah pergi 25 menit dan aku sama sekali tidak mengetahuinya? Whuaa.. bebek itu pasti sedang bersenang-senang dengan kolamnya.

Bibirnya tersingkap hendak mengucapkan sesuatu tapi sebelum satu kata terjun dari bibirnya. Aku berbicara.

"Katakan sekarang. Apa yang kau mau katakan."

"A-aku—"

"Bisakah lebih cepat? Aku ingin pergi." Ucapku enggak sabaran.

"Tapi oppa, aku hanya mau bilang—"

"Aku tidak punya waktu, jadi kalau kau ingin mengungkapkan perasaanmu,"

Kepalaku menggeleng bentar. "Aku tidak bisa. Aku sudah punya orang lain. Berhentilah berfantasi bahwa aku akan menerimamu. Jadi, berhentilah sampai disini."

Setelah mengucapkannya aku langsung berbalik dan pergi berlari.

"Ah matta! Jangan memanggilku oppa. Aku bukan oppa-mu!" Ucapku mengingatkannya.

Bad Destiny [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang