Di balik Sebuah Topeng

82 15 42
                                    

Mendung mulai menghiasi langit sore. Tampak seorang gadis dengan rambut sebahu tengah berjongkok di dekat sebuah makam. Dia nampak tidak menghiraukan jika sebentar lagi akan turun hujan. Pandangannya kosong menatap batu nisan yang berada di dekatnya. Tangannya mulai terulur mengusap batu nisan bertuliskan Tania Calista.

Entah, perasaan senang atau sedih yang sekarang tengah dirasakan Jelita. Ingatan tentang hari terakhir sebelum kematian Tania berputar di otaknya. Andai waktu itu dirinya lebih berhati-hati menjaga rahasia itu, mungkin dirinya tidak akan seperti ini.

Semua itu bermula dari tanggal 10 Maret 2016, siang itu udara lumayan panas. Jelita Mayang, dan dua orang sahabatnya yaitu Desy Risnawati dan Tania Calista tengah bersantai menikmati ice cream disebuah taman kota. Ini seperti rutinitas mereka setelah pulang sekolah. Mereka bertiga merupakan sahabat sejak SD, tak heran jika mereka sudah terlihat seperti saudara. Bahkan wajah Jelita dan Tania yang sangat mirip membuat banyak orang mengira mereka adalah saudara kembar.

"Jel, lo udah buat rangkuman materi sejarah belum?" Tanya Tania pada Jelita.

"Udah kok. Kalian belum buat?" Ucap Jelita sambil menatap dua sahabatnya secara bergantian.

Tania dan Desy tidak menjawab pertanyaan Jelita. Mereka hanya cengar-cengir nggak jelas. Jelita yang mengerti apa maksud dari cengiran mereka berdua langsung mengeluarkan sebuah buku catatan sejarah. Dengan segera mereka berdua langsung berebut buku catatan itu. Kali ini Desy kalah cepat dengan Tania. Alhasil Tania dulu akan menyalin hasil rangkuman itu. Tania yang berhasil mendapatkan buku itu tersenyum penuh kemenangan, berbeda dengan Desy yang menunjukan ekspresi kesal.

Namun, senyum kemenangan di wajah Tania tak berlangsung lama. Senyum itu berubah menjadi tatapan tajam yang diarahkan kepada Jelita. Kala dia melihat sebuah tulisan ungkapan perasaan cinta terhadap seorang lelaki yang kini berstatus sebagai kekasihnya.

"Tania, lo kenapa sih?" Tanya Desy sembari menepuk pundak Tania.

"Jelaskan ini!" Tania menyodorkan buku catatan sejarah yang terbuka kepada pemilik buku catatan itu.

"Ma...maaf gue nggak maksud. Gue bisa jelasin semuanya." Jawabnya sedikit gugup, bahkan Jelita tidak berani menatap Tania.

Tania sama sekali tidak menolak, dia membiarkan sahabatnya menceritakan apa maksud dari itu semua. Tania tahu bahwa Jelita tidak akan menghianati dirinya. Jelita akan jujur dengan apa yang dia katakan.

Dengan berurai air mata dia terus menceritakan hal itu. Tania sedari tadi hanya terdiam, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari bibir mungil Jelita. Dari pengakuan Jelita, Tania baru menyadari bahwa selama ini sahabatnya itu mencintai Ardhani Aryansyah yang tak lain kekasih Tania dalam diam. Bahkan perasaan itu ada sejak awal masuk SMP. Yang menandakan belum ada kedekatan antara Tania dengan Ardhani. Bahkan bisa dibilang Tania dan Ardhani belum saling mengenal.

Meski Jelita mencintai Ardhani namun tidak ada niatannya untuk menghacurkan hubungan sahabatnya itu. Justru dia sangat mendukung hal itu. Karena menurutnya mencintai itu tidak harus memiliki. Berulang kali permintaan maaf keluar dari mulut Jelita. Namun tak ada respon yang diberikan Tania maupun Desy. Jujur saja mereka berdiam benar-benar tidak menyangka. Hingga akhirnya Tania bangkit, melangkahkan kakinya ke arah Jelita, kemudian merangkul cewek bermata sipit itu. Mereka berdua hanyut dalam suasana haru. Sungguh, Tania tidak menyangka bahwa sahabatnya itu bisa memendam perasaan selama itu.

"Maafin gue Tan. Gue beneran nggak maksud."

"Harusnya gue yang minta maaf. Andai gue tahu lo suka sama dia udah dari dulu, mungkin gue akan pikir dua kali untuk nerima dia jadi pacar gue."

Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang mendengar pembicaraan mereka. Awalnya dia hanya ingin menemui seseorang namun hal itu ia urungkan kala mendengar pembicaraan mereka.

Di Balik Sebuah Topeng #TUGASEVALTHEWWG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang