Kelima

27 1 0
                                    

Ah...Kamu...

Jefri dengan cepat menarik pelatuk pistolnya, dan Dor...Dor...Dor... peluru itu sudah terlempar jauh ke udara, sayangnya, tak satupun peluru itu yang mengenai si manusia kucing. Bahkan, si manusia kucing dengan cepat bisa menghindari semua peluru itu, dan dia hanya menggerakkan kepalanya.

"Ah, sial, kali ini tidak akan meleset!" DOR!

Si manusia kucing itu berhasil menebas peluru itu menjadi dua bagian, layaknya film hollywood, tetapi ini menandakan ketidakberuntungan dan ini asli. Peluru itu pun mengenai guci dan vas bunga yang berada di belakangnya—pecah dan hancur berkeping-keping.

"Sekali lagi !" DOR

Syet. "Hei, lihat, aku berhasil menangkapnya!" kata si manusia kucing dengan tawa yang besar dan senyum yang manis tapi tidak manis. Sama sekali.

Hahahahahahahaha...ha...ha...ha...ha...ha..........ha............ha......................ha...

"Sudah cukup omong kosongnya, tanganku sudah gatal mencabik usus dari perutmu." Dengan cepat, si manusia kucing itu, berlari menuju arah Jefri, dengan sekali kedipan, dia sudah berada tepat di depan Jefri. Dia lalu mencekik Jefri, mengangkatnya ke atas. Tubuhku tidak bisa berbuat apa-apa, mataku hanya bisa melihat, tidak mampu berkedip, tanganku melemas, kakiku serasa dilem pada lantai. Mulutku terbuka, si manusia kucing itu melihatku. Dia lalu tersenyum.

"Siapa di-ri-mu ?" Jefri menodongkan pistolnya ke arah kepala si manusia kucing, dia sudah sangat susah untuk berbicara, lehernya telah dicekik.

"Apakah kamu ingin aku membuka topengku ? hm, sepertinya tidak, aku tidak akan membukanya dulu, biarkan waktu yang membukanya." Kata si manusia kucing.

"Kalau begitu, sampai jumpa!" Jefri lalu mencoba menembakkan satu peluru ke arah kepala si manusia kucing tetapi tidak berhasil, pistol itu sudah kosong, semua pelurunya telah habis.

"Hei, nak. Pistol tipe anaconda itu hanya memiliki 6 slot peluru, kamu jangan ngaco deh, haha." Dia tertawa, dan seketika menatap Jefri dengan tatapan tajam. Tersenyum kecil, lalu menusukkan pisaunya tepat di perutnya, dan mengeluarkan usus yang ada di perutnya. Dia lalu melempar tubuh Jefri yang besar, bagi mantan TNI seperti dia, tubuh sebesar itu hanyalah sebuah yang diangkat.

Semua terdiam.

Aku tidak bisa berkata apa-apa.

"Hei, hei! Kenapa kalian tidak lari ? ini bukan film hollywood yang langsung mati semua, cepatlah, aku berikan waktu beberapa detik, haha! 1...,2...,hm..., membosankan, kalian lebih baik mati saja, yah." Si manusia kucing itu tiba-tiba menyiapkan pisau di jarinya. Bergaya layaknya ingin mencakar seseorang.

Shelo dengan cepat menggenggam tanganku, kami semua terpisah, hanya aku dan Shelo. Tadi, mereka semua lari tunggang langgang, pergi menjauh dari si manusia kucing. Aku bersama Shelo. Nicholas, Dilla, dan Ade terlihat menuju ke arah lorong lain. Mike dan Indah tidak berlari dari situ, tidak ada yang bisa menolongnya. Si Manusia Kucing melihat ke arah mereka. Tata, Surya, dan Rama mereka bersama menuju keluar rumah. Ketika aku terakhir melihat si manusia kucing itu, dia tersenyum kepadaku, mengisyaratkan, aku telah kehilangan tiga temanku dalam waktu lima menit.

Heong.

Bersambung...

Si Manusia KucingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang