Part 4

22 1 0
                                    

"Assalammualaikum aina pulang" kataku dengan lesu saat aku masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam" jawab kak nichol yang asyik menonton tv  dan duduk santai di sofa .
Akupun langsung melanjutkan langkahku menuju kamar. Sebelum aku melangkah tiba - tiba...
"Baru pulang? Naik apa? Kok gak nelpon minta jemput?" beberapa pertanyaan yang kakak ku lontarkan.

"Nanya nya satu - satu napa!" jawabku.

"Habisnya lo sih langsung mau nyelonong pergi aja"

"Habisnya kesel gua sama abang, aina tuh udah nelpon abang berulang kali tapi gak diangkat sama abang! Jadi gua pulang bareng temen " jawabku dengan nada sedikit meningggi.

"Emang iya?" jawabnya lagi sambil mengernyitkan dahinya dan segera mengecek ponselnya.

Ya tuhan kalau saja dia bukan abang gua udah gua tipuk pake botol kaca  batinku

"Oh iya maaf ya adek gua yang cantik tapi jutek dan galak ponsel gua habis baterai, jadi ya gak tau ada telpon atau enggak" sambungnya lagi.

Aku memutar bola mataku kesal dan langsung masuk kekamar dan mandi. Selesai mandi aku tidak lupa untuk menunaikan salat terlebih dahulu aku merebakan tubuhku diatas ranjangku. Tidak terasa mataku kini sudah terpejam seiring waktu terus berputar.

[...]

Aina POV

Hngghhh...tubuhku menggeliat dan mataku mulai terbuka. Aku melihat jam dinakas yang sudah menunjukan pukul empat lebih tiga puluh lima menit. Akupun segera masuk ke kamar mandi untuk mandi dan mengambil air wudhu. Setelah itu aku segera menunaikan salat subuh.

Kini sudah pukul enam aku keluar dari kamar untuk sarapan bersama keluarga.

"Pagi semua..."

"Pagi anak papa yang cantik kayak camila cabello, "balas rio papa aina.

"Haha kayak gitu camila cabello mirip darimana! pantesnya tuh dijjah yellow kali ah...." ledek nichole.

"Idihh...kamvret lo bang," sahutku.

"Eh...emang lo lebih cocok jadi pengikutnya dijjah yellow hahaha.... Mirip!!"

"Dasar abang gila, ogeb, sinting ,stresss!!!" kesalku.

"Udah udah abang sama adek berantem mulu masih pagi lo ini ayo di makan sarapannya," kata rio ayah aina.

Saat aku ingin memakan sarapanku tiba tiba...
"Eh kutil cepet berangkat sekarang gue hari ini ada kelas pagi  dosennya killer lagi."

"Iya iya jigong tunggu gue sarapan dulu kek."

"Buruan ketek ayam! Gue itung sampe tiga kalau gak lo gue tinggal."

"Eleh.... Ngatain gue ketek ayam tapi sendirinya suka banget sama ketek ayam," gerutuku.

"Apa lo bilang dugong!!!" sahutnya.

"Ya allah punya abang labil banget tadi kutil, ketek ayam dan sekarang ngatain dugong lagi dasar pantat ayam?!!!."

"Cepetan ngoceh mulu."

"Andai adek ngeracunin abangnya pake sianida nggak dosa udah gue lakuin dari dulu," lirihku yang masih bisa didengar oleh nichole.

"Dasar adek durhaka!".

" Udah udah sana berangkat nanti telat," lerai rio.

"Oke pa, ma, kami berangakat dulu ya, assalamualaikum,"  ucap mereka.

"Waalaikumsalam," sahut bonyok mereka.

[...]

Berapa menit kemudian aku sudah sampai di sekolah. Aku berjalan di koridor yg sepi sambil ngedumel.
"Dasar abang pantat ayam orang masih sepi gini dan gue sampe belum sarapan lagi dasar abang jahanam...!!."

Dear A & ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang