2

27K 1.3K 56
                                    

Hampir 2 bulan Manda tinggal di kediaman mewah Gerald Stevano. Malam-malam gadis itu selalu dibuat mendesah olehnya. Gadis itu sudah sangat pasrah akan nasibnya. Ia sangat ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga.

Pria itu benar-benar menyiksanya tanpa jeda. Dengan tubuh Manda yang sudah sangat lelah, Gerald tetap memompa tubuh kekarnya di atas gadis yang sudah tak berdaya bahkan sampai gadis itu pingsan karena harus melayani nafsu buas Gerald yang tak pernah puas menyetubuhinya.

Dendam dan amarah yang Gerald tumpahkan pada gadis itu membuatnya hilang kendali. Tubuh gadis itu benar-benar membuatnya tak bisa berhenti untuk menyentuhnya. Sungguh Gerald dibuat ketagihan oleh tubuhnya.

"Hhh, pingsan lagi, bitch!" maki Gerald setelah mendapat pelepasannya. Ia memandangi wajah yang kini terpejam. Wajah cantik gadis yang sudah sejak lama menjadi targetnya.

Gadis ini memang ada sangkut pautnya dengan masa lalu pria itu meski bukan sepenuhnya kesalahannya. Sayangnya gadis itu merupakan kunci terbesar untuk menghancurkan seseorang. Sisi egonya selalu menampik kenyataan untuk terus melanjutkan misi jahatnya. Meski ada rasa ketertarikan yang entah mengapa selalu membuat sisi iblisnya sedikit lebih manusiawi.

Pria itu keluar menemui Jordy yang sedang termenung di balkon kamarnya.

"Kau urus saja jalang yang kini tak berdaya di kamarku. Aku akan keluar kota selama satu minggu. Malam ini juga aku akan berangkat."

Ajudan berparas tak kalah tampan dengan sang majikan itu pun menganggukan kepala menerima perintah.

Gerald adalah seorang CEO yang sangat piawai dalam mengolah bisnisnya bahkan ia sering menjatuhkan lawan bisnisnya tanpa belas kasih hingga membuat dirinya memiliki banyak musuh.

Tak ayal Jordy lah yang selalu menjadi pelindung Gerald dimana pun ia berada. Ajudan itu begitu setia mengawal sang tuan dengan seluruh hidupnya. Pengabdian Jordy benar-benar tak diragukan lagi oleh Gerald.

Mereka sudah mengenal sejak usia Gerald 12 tahun. Saat itu tuan Stevano membawanya dan mengatakan bahwa Jordy baru saja kehilangan ayahnya yang tak lain adalah pegawai setia sang tuan. Maka di sinilah masa remaja hingga dewasa pria itu menghabiskan pengabdiannya meneruskan jejak sang ayah. Hubungan mereka sudah seperti sahabat sekaligus partner pelindung karena sudah dekat dari kecil. Bahkan Gerald meminta Jordy memanggilnya tanpa embel-embel tuan.

"Apa kau tidak ingin aku ikut denganmu?" Jordy memerhatikan Gerald yang sedang bersiap untuk keluar kota.

"Tidak perlu. Ini hanya urusan bisnis biasa. Kolega yang kutemui pun bukanlah rival kita. Jadi kau cukup disini saja menjaga jalang-ku" Gerald keluar begitu saja dan segera memasuki mobil.

Mobil Gerald sudah tak nampak di halaman mansion. Jordy segera memasuki kamar. Tampak seorang gadis tak berdaya dengan tubuh telanjang tak tertutup selimut.

Jordy menghampiri gadis itu menarik selimut menutupi tubuh sang gadis. Ia merapikan rambut panjang yang menutupi wajah cantiknya lalu terduduk cukup lama di pinggir ranjang. Menghela napas beratnya kemudian berlalu meninggalkan gadis itu dalam pingsannya. Semoga esok ia terbangun dengan senyum indahnya.

🌾🌾🌾

Pagi hari Jordy melihat gadis itu tampak termenung memandang suasana mansion. Ia menolak semua pelayan yang membawakan makanan untuknya. Bersyukur hari ini tidak ada sang iblis, karena bila ada dirinya tak akan bisa menolaknya karena sang pelayan-pelayan itu akan menerima murka sang iblis dengan pemecatan.

"Kenapa kau menolak semua makanan yang dibawakan pelayan? Lihatlah, tubuhmu jauh lebih kurus dibanding saat kau pertama kali disini." Jordy memandang sendu tubuh Manda.

"Biarkan saja. Aku malah berharap cepat mati. Kau menyuruhku makan agar tubuhku tetap terjaga dan bisa dengan puas melayani nafsu tuan iblismu itu, hah?" Manda berteriak lalu meniggalkan Jordy yang masih mematung mendengar makian sang gadis.

Ucapan Manda yang menohok hatinya membuat Jordy tersenyum kecut. Ia juga tak habis pikir kenapa Gerald menjadikan gadis ini tawanannya. Jordy tak berani bertanya sedalam itu. Yang ia tau hanya dendam. Ya, dendam masa lalu yang membuat Gerald begitu ingin menyiksa gadis itu.

🌾🌾🌾

Setelah mengurus urusan yang Gerald perintahkan ia segera pulang menemui Manda. Ia mencari di setiap ruangan dan menemukannya ada disebuah ruang perpustakaan. Gadis itu tertidur dengan buku di dadanya.

Jordy mengambil buku itu dan membacanya sekilas tentang kisah romantis. Ia tersenyum lalu membopong tubuh mungil itu kedalam kamar.

Pagi hari setelah sarapan Manda dikejutkan dengan kedatangan Jordy yang tiba-tiba.

"Apa kau mau kutunjukkan sesuatu yang indah di mansion ini?"

Manda mengernyit tak mengerti. Lalu dengan cepat pria itu menarik tangannya dan membawanya cepat sampai Manda kewalahan mengikuti langkah besar pria itu.

Gadis itu ingin memaki karena membawanya paksa namun semua sumpah serapah itu tertelan begitu saja tergantikan rasa kagum. Gadis itu menutup mulutnya yang terbuka karena begitu takjub dengan apa yang dilihat.

Manda menoleh sekilas ke pria disampingnya. Jordy hanya tersenyum dengan anggukan. "Kau suka?"

"Ini sungguh sangat indah." Perlahan Manda berjalan dengan senyum yang begitu cantik, menghampiri taman yang penuh dengan aneka bunga-bunga indah dan aneka kupu-kupu beterbangan.

Jordy tersenyum menyaksikan pemandangan di depannya. Semua gerak-gerik gadis itu tak luput dari perhatiannya.

Saking asyiknya Manda sampai tak mendengar Jordy menghampirinya. "Kau boleh sering mengunjunginya. Di sini memang indah dan menakjubkan."

"Aku lebih rela di sini, berapa lama pun walau hanya untuk merawat taman seluas ini meski hanya sendirian. Dari pada menjadi budak pemuas nafsu tuanmu"

Deg

Bukan jawaban itu yang Jordy inginkan. Sungguh itu adalah kalimat menyakitkan di indera pendengarannya.

"Setidaknya kau tidak merasa kesepian saat menatap tanaman cantik disini." hanya itu yang bisa Jordy ucapakan. Ia tidak tau jawaban seperti apa yang harus dilontarkan lagi.

Cukup lama Jordy menemani gadis itu hingga tak sadar hari sudah hampir petang. Mereka berjalan meninggalkan keindahan itu.

"Berapa lama iblis itu pergi?" tiba-tiba saja Manda memulai suara.

"Hanya seminggu."

"Hm, setidaknya selama itu aku bisa lebih tenang tanpa penyiksaannya," lirih Manda.

"Terima kasih sudah membawa dan menemaniku ketempat indah tadi." Manda tersenyum tulus.

Jordy membalas senyum manis sang gadis. "Kau istirahatlah dan jangan melupakan makan malammu."

Di dalam kamar Manda tersenyum mengingat hal tadi. Ia tak menyangka ajudan sang iblis begitu baik dengannya. Terlintas sebuah rencana di kepala cantiknya. Mungkin saja ia bisa meminta bantuan pria itu untuk mengelurkannya dari sarang sang iblis.

Jordy Nathan masih punya hati. Semoga pria itu mau membantunya dan hal itu membuat senyum Manda mengembang sempurna karena merasa ada sang malaikat yang akan menolongnya.

"Semoga dia mau membantuku, Tuhan..." bisiknya.

Sedangkan dikamar pria itu pun memikirkan hal yang sama. Namun ia kembali menggelengkan kepala. Tidak!dia tidak boleh mengeluarkan gadis itu dari sini. Dia tidak akan mengkhianati Gerald yang sudah begitu setia menerimanya sejak kecil.

Tidak akan ...

Jordy hanya akan mencoba menjadi sahabat sang gadis agar dirinya tak begitu larut dalam kerapuhan. Kali ini Jordy harus bertahan dengan kesetiaannya meski bertolak belakang dengan mata hatinya. Ia tidak akan mengabaikan kepercayaan Gerald selama ini.

Jordy tersenyum miris mengingat senyum indah Manda. Ia tak bisa melakukan apa-apa untuk gadis rapuh itu.

.

.

.

*14 November 2017

Slave Love Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang