Boulevard

Naruto's Characters © Masashi Kishimoto sensei
Written © CharLene Choi
Story © CharLene Choi
Warning: AU, (maybe) OOC, abal, gaje, typo, etc.
Genre: Drama, Romance, Hurt/Comfort/Family.
Beta Reader : Moonlight-1222
Silahkan mampir ke akun beliau ya^^
Soalnya cerita ShikaTema Lene akan diadaptasi dengan karakter berbeda, dengan beberapa perubahan. Lene sengaja ngeksis di akun beliau soalnya untuk memisahkan cerita ShikaTema dengan yang bukan FFn.

•｡... Boulevard ... ｡•

.

.

.

Sepasang mata kelamnya yang sayu menatap lekat pada sesosok gadis berambut pirang yang baru saja turun dari sebuah bus, sepasang kaki jenjangnya yang dibalut jins ketat berwarna blue navy melangkah terburu-buru menjauhi halte. Melihat lebih dekat arah yang dituju si gadis, sepertinya dia merupakan salah satu pekerja di cafe bertema klasik yang saat ini berada tepat di seberang jalan tempat dimana mobil hitamnya terparkir.

Saat sosok pirang sebahu itu menghilang dibalik pintu kaca cafe, barulah ia keluar dari mobilnya, setelah terlebih dahulu memerintahkan supirnya untuk tak usah menunggunya. Kakinya melangkah pasti saat menuju tangga untuk pejalan kaki, meninggalkan sang supir dengan wajah pias tak terkendali—bersama seonggok bisu jas dan dasi di kursi belakang.

Tubuhnya sampai di halte dimana pertama kali sosok gadis itu tampak. Ia diam duduk di salah satu bangku halte, wajahnya tertunduk, sesekali mata sayunya mengerling pada bangunan cafe yang berada tidak jauh dari posisinya. Menit demi menit berlalu, ia masih dalam posisi yang sama. Ia bukannya meragu, hanya saja ia takut pada kenyataan. Tapi kemudian, ia sudah bangkit dan berdiri tegak. Dengan pasti kakinya melangkah menuju cafe. Ia datang bukan untuk terkurung dalam spekulasi.

##

Temari tengah mencatat pesanan dari sepasang kekasih yang duduk di sudut cafe saat lagu Sail Over Seven Seas yang dilantunkan oleh Gina T berhenti di tengah jalan. Ia tidak terlalu memusingkan hal yang biasa terjadi, kesalahan teknis adalah penyebabnya.

"Lihat, ada yang akan bernyanyi dengan piano," seruan dari pengunjung cafe di tengah ruangan yang terhalang oleh lemari kayu berisi puluhan botol anggur sedikit menyita perhatian Temari. Ia ingin secepatnya menyelesaikan pekerjaannya dan menonton permainan piano dari ruang koki.

Cafe bertema klasik yang terletak di tengah-tengah pusat distrik Ginza ini terkenal dengan arsitekturnya yang indah, makanan dan minuman yang lezat juga pelayanan yang ramah. Di tengah-tengah ruangan cafe terdapat sebuah panggung kecil dengan sebuah piano putih, sengaja disediakan untuk para pengunjung cafe yang ingin menyumbangkan suara mereka sambil bermain piano. Sudah terdapat tiga pria yang melamar pasangan mereka di atas piano tersebut sejak Temari mulai bekerja di cafe ini seminggu yang lalu, belum dihitung dengan lamaran-lamaran yang dulu pernah terjadi. Banyak juga pasangan yang merayakan ulang tahun pernikahan mereka, atau hanya sekedar menyumbangkan lagu. Cafe klasik ini menawarkan suasana yang romantis, jadi sangat sesuai untuk mendukung momen-momen indah tersebut.

Temari selalu penasaran dengan kejutan dibalik piano itu. Kali ini kejutan apa yang akan memanjakan sepasang jade-nya? Tak ada perkenalan seperti biasanya, dan itu semakin membuatnya penasaran. Setelah selesai dengan pekerjaannya dan pamit dari pasangan kekasih yang merupakan pengunjung ketujuh yang dilayaninya malam ini, ia bergegas menuju ruang koki. Tapi baru saja melintasi beberapa meja yang berada di tengah ruangan, keterkejutan sontak menyapanya.

Di atas panggung, dibalik piano putih itu, duduk seorang pria berambut hitam yang dikuncir tinggi. Sepasang mata kelamnya yang meski terlihat sayu, terbaca sorot penuh tuntutan disana saat bertatapan langsung dengan sepasang jade-nya. Ia memerintahkan kakinya untuk segera melangkah, secepatnya meninggalkan situasi yang tak menyenangkan ini, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Seorang pengunjung yang tak jauh dari tempatnya berdiri memanggilnya, beruntung, setidaknya ia bisa terhindar dari belenggu sepasang mata itu.