WESTLOVE

76 1 1
                                    



Story By : Rachma Feehily

Hampir setiap malam, aku di hantui oleh mimpi-mimpi buruk itu. Mimpi yang sama yang selalu membuat ku gelisah dan terbangun hingga pagi. Keringat ku mengucur deras membasahi tubuh ku. Tenaga dan batin ku seolah terkuras habis hanya karena mimpi itu.

Sligo, Kamis, 27 agustus

Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang dari tempat ku bekerja. Aku terus melamun sambil menatap kosong pepohonan yang jauh di ujung jalan sana. Desiran angin membuat daun – daun yang berguguran terhempas dan salah satu nya mendarat pelan di atas pundak ku. Jalanan terlihat sepi. Lampu – lampu jalan mulai menyala satu persatu. Ku lihat arloji masih menunjukan jam 5 lewat 20 menit. Namun cahaya matahari sudah bersembunyi di balik awan gelap. Seperti nya mau hujan. Masih 200 meter lagi menuju apartement ku. Letak nya tidak jauh dari tempat ku bekerja. Apartement yang ku tinggali tidak besar. Hanya apartement kecil yang memiliki tidak lebih dari 5 lantai. Kebanyakan yang tinggal di sana adalah para pekerja kantoran serta mahasiswa dari suatu kampus di kota Sligo ini.

Sebelum nya, aku dapat Beasiswa di salah satu universitas di Negeri Irlandia ini. Tepat nya di kota Dublin. Dan meninggalkan kota kelahiran ku di Bandung. Sudah lebih dari 3 tahun lama nya. Sebuah kerinduan yang menyesak kan hati mulai muncul saat itu. Tapi segera sirna ketika Titik – titik air hujan membasahi wajah. Segera ku percepat langkah ku. Bisa gawat kalo berkas – berkas pekerjaan ini basah semua. Dari arah belakang, terdengar suara klakson dan kelap kelip sinar lampu tembak mobil. Aku segera menoleh ke arah mobil itu. Sebuah Volkswagen berwarna silver itu menepi ke kanan beberapa langkah di depan ku dan menunggu ku berjalan sampai tepat disamping mobil itu. Di turunkan nya kaca mobil oleh sang supir dan perlahan terlihat wajah nya. Dan ternyata itu Marcus.

"Hey Maya, mau tumpangan?" Ia berseru pelan sambil tersenyum. Logat inggris Irlandia nya sangat kental. Saat pertama bertemu, aku sedikit tidak mengerti apa yang ia katakan meskipun berbahasa inggris. Logat Bahasa inggris Irlandia memang sedikit berbeda dengan bahasa inggris pada umum nya.

Ia lalu membukakan Pintu penumpang sebelah kanan untuk ku. "Ayo lah naik, nanti basah kuyup lho, hujannya mulai deras!" Aku menurut saja meskipun jarak Apartement ku tidak jauh lagi dari sini. Di dalam mobil, aku terdiam menatap pemandangan yang mulai berlalu pelan dan air hujan yang mulai banyak,  menyapu debu – debu di jalanan. Ekor mata ku menangkap Marcus tengah melirik ku sekilas. "kamu masih marah?" Ia sedikit bergumam. Tapi aku mengerti perkataannya. aku memilih tidak menjawab nya. "Hello..." dia mencolek lengan kiri ku. "Oke, Jadi cerita nya masih marah kah? Padahal tadi nya aku mau ajak ke Cliff of Mother." Aku langsung mendelik dan menoleh ke arah nya. Ia langsung menyunggingkan senyuman kemenangan hingga membentuk sebuah lesung panjang di pipi kanan dan kiri nya.

"apa?" kata ku singkat. aku langsung melirik nya tapi hanya sekilas. Ingin ku keluarkan semua rasa penasaran ku pada nya. Cliff of mother adalah tempat wisata yang dari dulu sangat ingin aku sambangi. tapi sekarang aku masih terlalu gengsi untuk menunjukan perasaan ku pada nya.

"Masih marah kan?" ia bertanya lagi sambil menepikan mobil nya disamping trotoar tepat di depan apartement ku.

"Yaa.. .... Hufff." Aku menghembus kan nafas sejenak. "Iya oke aku masih kesal. Kamu seenak ninggalin aku di acara kemarin dan pergi sama si... ahh. Udah lah." Ku kibaskan tangan ku dan terdiam sejenak. Marcus lalu menatap ku dan membuat ku menatap nya balik. Aku bisa melihat mata besar nya yang berwarna Biru .

"Kamu cemburu?" Tanya Marcus seraya memicingkan mata nya pada ku. pertanyaannya lumayan membuat jantung ku berdegub kencang. Spontan ku geleng kan kepala ku.

L MEANS LOVEWhere stories live. Discover now