Sisi terdiam mengamati wajah laki2 di hadapannya, wajah ini yg dulu selalu ia impikan untuk tetap berada di hadapannya kala ia membuka mata di pagi hari, tetapi sekarang wajah ini terlihat pucat dan sayu.
Salahkah ia yg kini sudah berstatus sebagai istri masih berharap dengan lelaki lain? Ataukah ia harus membuka lembaran baru untuk kehidupannya?
Bukankah mertuanya menerimanya dengan tangan terbuka? Apalagi malik, bocah kecil yg sekarang berstatus sbg anak tirinya menerimanya dengan gembira? Memikirkan itu semua membuat kepalanya pusing.
"Ayo kita pulang",suara bariton laki2 yg ada di sampingnya membuat ia menoleh, seorang laki2 yg menatapnya sambil tersenyum, yg sekarang berstatus sebagai suaminya, digo.
Sisi hanya menganggukkan kepalanya, sekali lagi ia menatap wajah al, laki2 yg tengah terbaring tak berdaya dengan berbagai macam kabel, selang dan alat lainnya yg menempel di tubuh laki2 itu.
"Maafin aku al, aku pulang dulu, aku berjanji besok aku akan datang kemari untuk menjengukmu, dan ku harap esok kau akan membuka matamu",batin sisi sebelum ia beranjak pergi.
Saat mereka berjalan di koridor rumah sakit, banyak para suster bahkan staf rumah sakit yg mengucapkan selamat kepada mereka, karena mereka tau digo adalah dokter di rumah sakit ini sekaligus anak dari pemilik rumah sakit.
Tetapi ada juga yg membicarakan pernikahan mereka yg terkesan buru2 dan aneh menurut mereka, tetapi mereka tidak ada yg berani bertanya.
Sedangkan sisi yg berada di samping digo hanya mampu diam kadang sesekali tersenyum saat orang memberikan doa untuknya dan digo agar pernikahan mereka langgeng sampai maut memisahkan.
Didalam benak sisi, apakah semua doa yg ia terima akan terwujud sedangkan hati dan fikirannya masih memikirkan laki-laki lain.
Setelah ucapan selamat itu mereka langsung pulang, lebih tepatnya langsung pulang kerumah digo, sisi yg hanya memandang arah luar jendela pun tak luput dari pandangan digo.
Digo mengerti apa yg di rasakan sisi saat ini, tetapi ia tak ingin terlalu ikut campur, ia takut menyakiti perasaan sisi jadi digo hanya bisa ikut diam tanpa ingin mengganggu sisi.
"Mau kemana?",sisi bertanya tanpa melihat saat digo akan membuka pintu kamar.
"Aku akan tidur di kamar tamu",ucap digo yg masih d ambang pintu.
"Kenapa?",
"Aku pikir...",
"Kau merasa jijik tidur bersamaku? Bukankah dulu kita pernah tidur bersama?",ucap sisi tertawa sinis.
"Bukan.. Bukan itu maksudku, hanya saja aku takut mengganggumu?",
Sisi berbalik menghadap digo, menatap laki2 itu.
"Tidurlah disini, aku istrimu dan kau suamiku, bukankah suami istri seharusnya tidur bersama?"
"Tapi...",
"Aku hanya tidak ingin seisi rumah ini bertanya mengapa di malam pertama suami istri harus tidur terpisah".ucap sisi dengan nada datarnya.
Digo menatap sisi lama begitupun sisi, keheningan terjadi di dalam kamar ini, lalu tanpa mau banyak bicara digo langsung berjalan ke tempat tidur, sedangkan sisi langsung berjalan dan masuk kedalam kamar mandi.
Digo tidur terlentang sambil menatap langit-langit kamar dengan kedua tangannya yg menjadi tumpuan, tubuhnya lelah, fikirannya pun lelah.
"Ya tuhan, tidakkah dia tau bahwa aku mencintainya, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Apakah kejadian dulu akan terulang lagi? Apakah permintaanku terlalu berlebihan jika mengiinginkan sebuah kebahagiaan bersama org2 yg ku cintai?",
Digo langsung pura-pura tertidur dan menutup matanya saat pintu kamar mandi terbuka, aroma harum menguar di dalam kamar, digo merindukan aroma ini, aroma shampo strawberry kesukaan sisi.
Sisi ranjang berukuran king size sebelah kiri bergerak, digo tau sisi sedang ikut berbaring di sampingnya, tapi digo terlalu takut untuk membuka matanya, bahkan jas dan sepatu nya saja belum ia lepaskan dari tubuhnya.
Sisi memandang digo, ia melihat digo yg masih menggunakan pakaian lengkap, sisi turun dari ranjang dan berjalan ke arah digo, dengan gerakan perlahan ia membuka sepatu serta kaus kaki digo, setelah itu ia membuka jas serta kemeja yg digo pakai, sesaat ia menatap wajah digo, membelai rambut-rambut halus yg ada di wajah digo,
"Apakah aku bisa membuka hatiku untukmu? tetapi bukankah seorang istri wajib mencintai suaminya?, ku mohon bantu aku mencintaimu, digo"ucap sisi pelan namun masih bisa terdengar jelas di telinga digo.
"tentu saja sisi, aku akan membantumu, karena aku mencintaimu".
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Sisi memandang laki2 dihadapannya yg terbaring lemah, wajah laki2 itu pucat, hanya ada suara alat yg menggema d ruangan ini. Sisi berfikir kapan laki2 ini akan terbangun dari tidur panjangnya.
Sisi mengusap perutnya yg sudah membulat, di dalam hati, sisi masih ragu akan kehamilannya, ia pun bingung tentang janin yg ada di dalam kandungannya, bahkan hatinya kini tidak bisa menebak dimana dia berada kini.
"Kapan kamu bangun al? aku merindukanmu"ucap sisi menggenggam erat tangan al.
Air mata menetes di pelupuk matanya, di setiap sendi darah yg mengalir di tubuhnya, selalu bereaksi cepat takkala al membalas genggaman tangannya.
"Al,, kamu... kamu udh sadar?"ucapnya panik..
"Dokter... dokter...",
Al semakin menggenggam erat tangannya, sisi menatap al yg mulai meneteskan air mata,
"Si..si"ucap al tanpa suara.
Tak lama dokter masuk di iringin dengan dua orang perawat. Dokter segera memeriksa kondisi al terkini.
Dokterpun bernafas lega kala melihat bahwa kondisi al sudah membaik, al sudah berhasil melewati masa2 kritisnya, sedangkan di ujung sana ada sisi yg masih dilanda kebingungan.
"Bagaimana keadaannya dok?",
"kondisi bapak al saat ini sudah normal kembali, bapak al sudah berhasil melewati masa kritisnya",dokter berkata dengan wajah berbinar bahagia.
Sisi menutup mulutnya tak percaya. Al, lelaki itu membuka matanya, tetapi bagaimana jika al tau dia sudah menikah dengan digo?
"Te..terima kasih dokter"
"sebaiknya bapak al jgn mendengar berita yg buruk, karena saya takut itu akan mengganggu kesehatannya, karena itu tidak baik untuk kesehatan bapak al kedepannya, dan sebaiknya bapak al diajak berbincang yg ringan2 saja, baiklah saya permisi dulu"ucap dokter itu lagi
"Baik dok, terima kasih"ucap sisi sambil mengulurkan tangannya, dokterpun membalasnya dan berlalu pergi dari hadapan sisi.
Aku tidak tahu kemana arah langkah kaki ini melangkah, dilema yg kurasakan seperti ruang kosong yg tak berujung.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Ayu Story's
jambi, 08 desember 2018
20.50wib
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA SIMPANAN
ChickLitJika di katakan, adakah yg ingin menjadi wanita simpanan? Sudah pasti jawabannya adalah tidak. Tapi bagaimana kalau di beri kekayaan dan hidup enak, sudah pasti aku jawab iya, apalagi saat itu aku butuh banyak sekali uang, lalu setelah menjadi wanit...