23. Cemburu

12.4K 522 110
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

.

.

.

Bau masakan yang tengah disiapkan membuat siapa saja menelan air liur, Ghazy yang tengah sibuk membuat isian untuk lumpia itu terlihat sangat focus pada wajan di depannya. Ia memasukkan bawang putih hingga tercium bau harum disusul dengan udang cincang dan ebi dan ia aduk hingga matang. Dengan cekatan ia menyisihkannya di pinggir wajan lalu mengocok telur dan kembali ia tuangkan ke dalam wajan tersebut dan diaduk lagi hingga mengumpal.

Setelah semua itu ia memasukkan rebung dan bahan lainnya dan kembali diaduk rata hingga kering dengan api kecil. Saat semua bahan isian siap ia mulai mengisi setiap kulit lumpia tersebut dengan takaran satu sendok makan penuh. Setelah terisi gulung sedikit lalu lipat sisi kiri dan kanannya dan ujungnya direkatkan dengan sedikit air.

Setelah semuanya telah selesai ia gulung, ia kembali memanaskan minyak yang banyak dengan api sedang. Lalu menggoreng lumpia tersebut hingga kuning kecoklatan. Tak lupa sambil menggoreng ia menyiapkan saus sebagai pelengkap.

Saat semuanya beres, ia yang sejak tadi berkutat dengan peralatan dapur akhirnya bisa bernapas lega juga. Tiga puluh menitnya akhirnya selesai membuatkan makanan kesukaan sang tuan putri yang masih saja setia merecoki dirinya.

"Ini kamu bisa diam dulu nggak, sih?" Alya yang terus saja mengekori dirinya membuat ruang geraknya terbatas.

"Nggak bisa, aku harus memanfaatkan waktu sama kamu, Mas."

Ghazy menghela napas lelah, "tapi gak gini juga Alya. Aku nggak kemana-mana. Mending kamu duduk, ini tinggal dipindahin ke piring aja."

"Nggak mau." Namun, kekeraskepalaan Alya rupanya masih saja terus mendominasi.

"Alyanra Lakeisha." Ghazy yang mengucapkan nama lengkap Alya dengan nada berat itu nyatanya berhasil membuat nyali Alya ciut. Ia paham benar, jika Ghazy telah mengucapkan nama lengkap seseorang berarti batas kesabarannya telah habis.

"Duduk, biar gue siapin. Jangan berani buat bertingkah atau nggak dengerin ucapan gue." Bahkan kata sapaan Ghazy berubah.

Alya diam ditempat, tak berani menatap mata Ghazy yang telah menyorot dengan dingin. Bahkan saat menyiapkan makanannya tak ada lagi wajah tengil ataupun sifat jahilnya.

"Nih, makan. Jangan sampai ada sisa. Gue masak itu selama dua jam." Ia memberikan Lumpia Semarang yang ia buat itu di hadapan Alya yang masih saja setia menundukkan kepalanya.

"Gue pergi dulu," ucapnya sambil mengelus kepala gadis itu.

Apa aku salah minta waktu kamu walau cuma dua jam, Mas?

Ingin rasanya ia mengatakan hal tersebut namun nyatanya saat tubuh Ghazy menghilang ia hanya mampu untuk menatap nanar Lumpia kesukaannya itu. "Apa artinya makan ini kalau yang special dari makanan ini nggak ada?"

Moodnya berantakan, ia tak lagi berminat pada makanan yang disediakan Ghazy. Tampilannya memang sangat menggoda bahkan rasanya ia bisa jamin itu lezat. Namun, semuanya terkalahkan dengan tak hadirnya orang yang membuatnya menyukain makanan itu untuk pertama kalinya.

Meninggalkan Alya dengan kerisauan hatinya, Ghazy dengan terburu-buru memeriksa segala ruangan yang sekiranya ia bisa menemukan Fia. Lebih dahulu ia mencarinya diruang tengah, dimana sang Mama dan neneknya tadi berada. Namun, nihil. Ia tak menemukan seorangpun disana bahkan mamanya juga neneknya tak lagi berada disana. Riska memang tadi sempat menghampirinya namun urung saat melihat bagaimana sibuknya Ghazy bertempur dengan alat dapur.

Crazy Ghazy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang