24. Pulang

12.3K 451 244
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

.

.

.

Masih dengan kemarahan yang menguasai dirinya. Ia menarik tangan Fia kasar, tanpa mempedulikan bagaimana Nevan yang melihat sikapnya. Ia bahkan tak peduli jika Nevan akan mengadu pada mamanya. Saat langkahnya akan melewati ruang tengah, ia mulai memelankan langkahnya. Tak ingin telihat mencolok.

"Le, Nduk. Kalian mau kemana? Nggak makan dulu?" tegur neneknya yang hendak menuju ruang makan.

"Duluan saja Umiya, ada urusan dulu sama Fia. Biasa, pengantin baru." Ia berusaha untuk menampilkan raut wajah taka da masalah sedikitpun diantara mereka.

"Memang tak bisa ditunda, toh?"

"Nggak bisa Umiya, ini darurat." Ghazy menampilkan wajah memelas yang membuat neneknya itu menatapnya curiga.

"Ada-ada saja, sana." Akhirnya neneknya itu membiarkan mereka berlalu dan ia kembali melangkahkan kakinya menuju ruang makan.

"Masuk." Sesampainya di depan pintu kamar mereka dengan nada suara yang dingin Ghazy mempersilakan Fia masuk lebih dahulu. Tak lupa dengan membanting pintu setlah dirinya masuk.

"Lo bener-bener ya." Ghazy maju ke hadapan Fia, ingin sekali rasanya ia meraup wajah itu yang entah kenapa selalu membuatnya gemas sekaligus geregetan. Namun, karena rasa frustrasinya tangannya hanya terkepal di kedua sisi wajah Fia yang sudah menutup matanya rapat.

"Kenapa sih lo itu ngerepotin banget?" tanyanya masih dengan nada frustrasi.

"Lo itu ngerepotin, hati, jiwa dan raga gue, tahu nggak sih?" mendengar ucapan Ghazy, Fia memberanikan diri membuka matanya. Melihat kearah Ghazy yang masih saja terlihat uring-uringan.

"Kenapa?"

"Lo!" tunjuknya tepat di depan wajah Fia yang sudah menegang. "Mana tangan lo yang tadi dipegang sama si bangsat itu?!"

Menjulurkan tangan kirinya dengan takut-takut. Ia takut jika Ghazy akan berbuat kasar padanya. Melihat tangan Fia yang terulur di depannya dengan cepat Ghazy menarik tangan tersebut.

Cup!

Mata Fia membola, ia sungguh tak menyangka Ghazy akan kembali melakukan hal yang berada diluar ekspektasinya. Bagaimana Ghazy kini tengah mengecup segala sisi tanganya.

"Kak?"

"Bisa kan tangan ini cuma buat gue?" sungguh Fia tak tahu harus menjawab bagaimana, Ghazy ini benar-benar sesuatu. Selalu bisa membuatnya terpaku tanpa bisa membantah.

"Bisa kan, Fi?" dengan ragu Fia menganggukan kepalanya.

"Arghh, gimana sih lo itu gemesin banget. Tadinya gue pengen marah tahu!" Fia kembali mengeryit, Ghazy ini kenapa sebenarnya? Apakah ia memiliki penyakit bipolar? Suasana hatinya sangat mudah untuk berubah-ubah. Baru saja tadi ia memarahi Fia, sekarang bertingkah seolah tak terjadi hal apapun.

"Cium lo lagi boleh nggak sih?"

Dengan cepat Fia menutup mulutnya, memilih melangkah mundur. Namun, nyatanya Ghazy yang sekarang dihadapanya justru terlihat berbeda. Pandangan matanya bukan lagi sedang menahan amarah, atau jahil seperti tadi. Namun, lebih kearah gairah?

Ia terus saja mengambil langkah seiring dengan langkah Fia yang mundur ia justru melangkah mendekati Fia. Pandangannya jatuh pada satu titik, ia juga tak paham akan dirinya namun Ghazy menyukai hal ini. Dimana ekspresi ketakuatan itu tergambar jelas diwajah Fia.

Crazy Ghazy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang