8: BIAR AKU YANG PERGI

2.1K 135 3
                                    

Anggep aja yang di mulmed Ody.
Play ya:))

r e p i t i e n d o

Hari ini ada ulangan matematika mendadak dari bu Siti. Selalu saja ulangan mendadak. Melody sedari tadi sibuk menghapal rumus-rumus agar bisa menjawab saat ulangan nanti karena setiap ulangan dengan bu Siti tidak ada remedial. Berbeda dengan Melody, pria yang duduk tepat di sebelahnya tampak bersenandung kecil sambil mengetuk pulpennya sesuai irama dengan pelan. Melody tidak habis fikir dengan pria di sebelahnya ini.

"Hanya ada pulpen dan buku ulangan diatas meja. Seperti biasa putar tempat duduk. Ayna bagikan."

Melody memutar kedua bola matanya malas. Bu Siti memang selalu saja punya cara agar para muridnya tidak mencontek. Melody yang duduk di pinggir kiri langsung mengangkat kursinya ke luar lalu menghadap ke meja. Kini ia agak jauh dari Aldi sehingga pria itu tidak bisa mencontek.

Melody mengambil kertas yang diletakkan Ayna ke mejanya lalu mulai menatap soal itu. Untung saja yang dia hapal semuanya masuk. Aldi menatap soal itu dengan tatapan jijik, "Ini apa sih. Males dah." pria itu langsung meletakkan lembar soalnya. Demi apapun ia sangat tidak peduli dengan soal di depannya.

Handphone di saku rok milik bu Siti bergetar. Ia segera mengambil handphone nya dan mengangkat telepon. Dia berbicara dengan sangat serius membuat Aldi yang melihatnya bawaannya ingin mengusir.

"Oke pak. Iya, terimakasih." Bu Siti mematikan panggilannya lalu menatap kearah para muridnya. Pandangannya sempat bertemu dengan pandangan Aldi lalu ia memutuskannya sepihak.

"Ayna kumpulin kertas soal dan jawabannya. Ujian jadinya minggu depan, ibu ada urusan sebentar." ujar bu Siti.

Ekspresi para murid dikelas ini yang tadinya merengut langsung berubah menjadi sangat segar. Akhirnya ulangan mendadak ini batal. Aldi hampir saja berteriak saking senangnya.

Ayna berjalan mengumpulkan kertas ulangan. Melody cepat-cepat mencatat soal yang diberikan agar bisa dikerjakan dirumah. Setelah mengumpulkan semuanya Ayna langsung memberikan kertas itu pada Bu Siti. Tanpa salam atau apapun itu bu Siti langsung pergi meninggalkan ruangan. Tampaknya ia buru-buru.

Setelah kepergian bu Siti semuanya kembali bernafas lega. Viola dan Ayna langsung memerintahkan Oji dan Dino yang duduk di depan meja Melody agar pindah. Mereka berdua memutar kursi lalu duduk menghadap Melody.

Aldi yang merasa terganggu akan kehadiran dua wanita itu langsung mengambil headset dan menidurkan diri. Dia ingin ke rooftoop tapi mager. Tidur di kelas tidak terlalu buruk.

"Eh, kalian mau tau gak? Kak Arkan ngajak gue jalan." ujar Viola.

Hati Melody sedikit berdenyut kala Viola mengatakan kata-kata yang baru saja ia katakan. Ayna kini menatap kearah Melody yang sudah tersenyum lalu menatap Viola.

"Ohya. Kapan?" tanya Melody dengan senyum yang sudah sedikit memudar.

"Hari ini. Dia sampe batalin latihan padus hari ini demi jalan sama gue. Sweet banget gak sih." Viola sudah senang sendiri. Gadis itu tidak sadar bahwa ada yang hatinya menangis dibalik kesenangannya.

"Wah pantes di grup padus dia bilang kalo hari ini ga latihan." ucap Melody.

Viola hanya tersenyum senang sambil mengangguk-angguk. Dia kembali bercerita tentang Arkan. Mulai dari rencana mereka kencan, isi chat, bahkan sampai Arkan menelponnya saat malam lalu menyanyikannya agar ia tidur dengan nyenyak.

Melody hanya bisa senyum-senyum sendiri mendengar hal itu. Walaupun bukan senyuman yang tulus tapi ia ikut senang melihat Viola senang. Arkan romantis tapi sayang Melody tidak bisa menikmati rasanya dinyanyikan oleh Arkan. Coba saja ia gerak cepat mungkin pria idamannya itu akan membuka hati untuknya. Tapi di hidup Melody sudah tercatat bahwa kebahagiaan Viola lebih penting daripada kebahagiannya. Viola butuh Arkan untuk menemani hari-harinya. Melody juga butuh tapi ah sudahlah.

r e p i t i e n d o

Sudah hampir beberapa hari Melody tidak duduk di kursi ini. Tangannya kini mengambil gitar lalu mulai memetik senar-senarnya. Melody teringat akan satu lagu yang pas dengan isi hatinya.

"Tak kusangka semua seperti ini.." suara miliknya mulai berpadu dengan suara petikan gitarnya. Melody sangat menghayati lagu yang ia nyanyikan sekarang. Suaranya ia keluarkan semampunya karena ruangan musik yang kedap suara.

Karena perasaan yang sakit Melody sampai lupa menutup pintu dengan rapat. Suaranya sedikit terdengar keluar. Kini banyak pasang mata yang mengintip kearah ruangan musik tanpa sepengetahuan gadis itu sendiri.

Aldi dan keempat temannya penasaran dengan ramainya para siswa siswi didepan ruang musik. Aldi dengan mudahnya menerobos kumpulan yang tengah memegang handphone sambil merekam di depan sana.

"Melody?"

Aldi melihat gadis itu bernyanyi membelakangi pintu. Dia masih belum sadar apa terlalu bawa perasaan hingga tidak tau bahwa ia sudah memicu keramaian.

"Woi, cabut lo pada!" usir Aldi. Ia tau Melody tidak suka jadi pusat perhatian.

Tidak ada yang menghiraukan Aldi. Mereka masih asik merekam Melody yang tengah bernyanyi.

"Jika dia memang untukku. Oh tuhan kembalikan dia padaku.." Melody menyelesaikan petikannya lalu menyeka airmata yang sedikit tumpah dari tempatnya.

Suara tepuk tangan dan teriakan pujian mulai terdengar di telinga Melody. Gadis itu terkejut lalu langsung membalikkan badannya. Ia makin terkejut saat melihat pintu ruang musik sudah terbuka lebar dan sudah banyak orang di depan sana. Puji-pujian dari luar mulai terdengar di telinganya. Demi apapun Melody sangat malu sekarang.

"Wih bagus!"

"Lanjutkan!"

"Ih itu anak mana kok bagus suaranya."

Gadis itu hanya bisa menunduk. Ia ingin keluar namun tidak bisa karena keadaan diluar masih ramai.

Aldi yang mengerti kondisi langsung mengusir orang-orang di depan sini. "Woi cabut lo pada. Norak banget kaya ga pernah liat orang nyanyi. Cabut!" usirnya.

Orang-orang yang ada disana satu persatu cabut. Sebenarnya hal tadi banyak dimanfaatkan oleh siswi-siswi untuk modus kepada Aldi. Pria itu merasakan sedari tadi ada yang memegang-megang tubuhnya. Risih sekali.

Setelah semua bubar Aldi masuk kedalam ruang musik lalu berdiri di depan Melody dengan tangan yang menyangga pada piano. "Baper ya lo sama lagunya sampe ga nyadar daritadi diliatin?"

Melody menggeleng. "Sotoy lo!" gadis itu langsung beranjak dan keluar dari ruang musik.

Keempat pria yang ada di depan pintu langsung memberi jarak agar Melody bisa keluar. Mereka menatap kepergian gadis itu lalu menatap Aldi yang kini tertinggal sendirian di ruang musik.

"Baru kali ini gue liat Aldi ditinggalin cewe. HAHAHA." ejek Ares.

"Kampret!" Aldi menokok sedikit piano itu hingga menimbulkan bunyi lalu keluar dari ruang musik ini. Ia berjalan duluan meninggalkan keempat temannya.

"Woy mau kemane lo?" teriak Arnold.

"Menghilang dari muka bumi." jawab Aldi santai.

"Diaminin malaikat seneng gue." ceplos Adrian.

Aldi langsung menoleh kearah Adrian sejenak lalu melanjutkan perjalanannya menuju ke kelas.

•••

To be continued..

Yay! So,itu dia part 8 nya!
Jangan lupa votement💚
See you in nexy p

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang