11. Pagi Yang Menggemparkan

11.1K 671 8
                                    

My Husband Is Student

📓📓📓

Pagi-pagi seperti biasa bunda Raya akan membangunkan Raka, anak semata wayangnya dikamarnya.

Tok! Tok! Tok!

Bunda Raya membuka pintu kamar Raka perlahan, "Ka, bang.....un," kata-kata bunda Raya terjeda sampai akhirnya tersusun kembali.

Bunda Raya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, ia shock melihat anaknya pagi-pagi dikamarnya.

Mata bunda Raya berkaca-kaca, bunda Maya langsung berlari menuruni tangga tergesa-gesa, ia berlari menuju rumah ibu Maya tetangga depan rumahnya, ibunya Kiara.

Tok! Tok! Tok!

Kreeet

"Eh bunda Raya, tumben pagi-pagi kemari, ada apa?" sapa ibu Maya dengan Ramah dengan tetangga depan rumahnya itu.

Bunda Raya berkaca-kaca dan menangis didepan ibu Maya, ibu Maya heran dan bingung melihat bunda Raya menangis, "bunda ada apa, ayo masuk dulu." ibu Maya memapah bunda Raya masuk kerumahnya.

"Maaf ibu Maya, maafkan saya, saya tak bisa mendidik anak saya dengan benar, maafkan saya bu Maya, maaf.." lirih bunda Maya dengan isak tangisnya.

Ibu Maya heran dan bingung, "maksud bunda Raya apa, saya tidak mengerti." kata ibu Maya dengan bingung.

Bunda Raya membuang nafas panjang dan menyeka air matanya dengan tangannya, "anak kita berbuat hal yang tak pantas, bu Maya." kata bunda Raya menatap mata ibu Maya.

Ibu Maya yang masih tak paham dengan kata-kata bunda Maya, "coba jelaskan dengan pelan bund, maksudnya bunda apa?" kata ibu Maya dengan penasaran.

"Anak kita bu, anak kita melakukan hubungan intim dirumahku." isak bunda Maya setelah selesai menjelaskan ucapannya.

"Apa, itu tidak mungkin." kata ibu Maya. Dengan menggelengkan kepalanya tidak percaya, ibu Maya menganggap bunda Raya hanya bercanda di pagi hari, mungkin seperti itu.

"APA!" teriak pak Heri, ayahnya Kiara.

Ibu Maya dan bunda Raya menoleh melihat ayahnya Kiara diambang pintu ruang keluarga.

"Jelaskan apa maksud kata-katamu barusan." kata pak Heri dengan tegas.

Ibu Maya memang kaget akan kata-kata bunda Raya, itu tidak mungkin, apa lagi kata-katanya mengenai anaknya, Kiara.

"Anak kita tidur bersama dikamar Raka, pak Heri, bu Maya." kata bunda Raya.

"Kalau tidur berdua, belum tentu mereka berhubungan intim bunda Raya." kata pak Heri lega.

"Tapi pak, kalau pak Heri dan bu Maya tidak percaya, ayo kita lihat bersama dan kita tanyakan bersama-sama, apa yang terjadi." kata bunda Maya langsung berdiri dan melenggang pergi.

Ibu Maya dan pak Heri saling berpandangan dan mengangguk, mereka berdua mengikuti bunda Raya.

Tepat dikamar Raka, Mereka bertiga tercengang karena Kiara dan Raka sama-sama polos saling berpelukan hanya ditutup selimut yang tersingkap dipunggung mereka.

"Kiara apa yang kau lakukan." teriak pak Heri marah karena anak satu-satunya kini telah mencoreng nama baik keluarganya.

Kiara menggeliat karena berisik dipendengaran telinganya, "Kiara." teriak kencang pak Heri.

Kiara reflek membuka matanya, alangkah terkejutnya Kiara melihat Raka yang sayup-sayup ingin membuka matanya.

Dengan cepat Kiara melepaskan pelukannya, "Arrrrrragh.... Aw," teriak Kiara dan menutupi tubuhnya dengan selimut sebatas dada, rasa sakit di daerah wanitaanya pun membuat Kiara meringis kesakitan, rasanya seluruh tubuhnya remuk redam.

Raka pun langsung terduduk dengan mata yang masih terpejam.

"Jelaskan apa yang kalian lakukan semalam." pak Heri teriak dengan marah, membuat keduanya menoleh diambang pintu kamar Raka.

Mata Kiara membulat sempurna dan mulai berkaca-kaca karena ia terkejut melihat ayah, ibu dan bunda berada didepan pintu, Kiara tak kuasa menahan isak tangisnya dan Raka yang tadinya masih mengantuk tiba-tiba membuka matanya sempurna karena suara pak Heri dengan cepat Raka menunduk ketakutan. "Jelaskan Raka, Kiara, apa yang kalian lakukan." isak bunda Raya.

Raka mengangkat pandangannya melihat bundanya yang menangis.

"Maafkan Raka bund, Raka yang salah." Raka menundukan kepalanya kembali.

Bunda Raya dan ibu Maya terisak menyesali perbuatan anak mereka, "minggu depan kalian nikah." tegas pak Heri.

Raka, Kiara, bunda Raya dan Ibu Maya terperangah akan ucapan pak Heri.

"Tapi pah, Raka masih sekolah." kata ibu Maya dengan menangis.

"Pah.." lirih Kiara dengan isakannya. Kiara takut jika melihat ayahnya hanya bersikap tenang dan mengintimidasi dengan tatapannya, pertanda buruk akan Kiara dapatkan, apa lagi ayahnya sudah berucap demikian, itu artinya tidak bisa diganggu gugat.

"Maaf om, maafin Raka." Raka ketakutan melihat tatapan marah pak Heri.

Bunda Maya hanya terisak dan tak berani berbicara apapun.

"Om harap kamu mau bertanggung jawab pada Kiara, jika tidak om akan laporkan kepolisi." tegas pak Heri.

Bunda Raya kaget dan langsung berlutut dihadapan pak Heri dan ibu Maya, "pak Heri, maafkan anak saya. Raka pasti akan menikahi putri bapak. Raka anak yang bertanggung jawab pak, maafin anak saya." kata bunda Raya dengan terisak.

"Minggu depan kalian harus nikah, titik." kata-kata pak Heri tak bisa diganggu gugat.

Pak Heripun pergi dari kamar Raka disusul ibu Maya yang mesih menangis.

📓📓📓

Sekian

(If you never try, than your never know. Jika kamu tak pernah berusaha, maka kamu tak pernah tau. Betul kan. termasuk Raka dan Kiara kedepannya bagaimana✌)

Kritik dan Saran
Terima kasih
.
.
.
Jangan lupa Vote & Comment

Salam Hangat

(Wanda Niel)

My Husband Is Student [Series #1]✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang