.
.
.© 2017, hoondestiny
Cover credit to Rookie Art***
Esok harinya, aku bersekolah seperti biasa. Tak ada yang berubah meskipun sekarang aku memiliki pacar.
Aku tersenyum dalam hati.
Aku benar-benar memiliki pacar lagi. Aku hampir tak percaya ini, mengingat bahwa aku susah move on dari Taehyung.
Aku melirik pada Jungkook yang duduk berhadapan denganku. Kami sedang berada di perpustakaan untuk sebuah tugas kelompok. Dia menulis dengan wajah yang serius.
"Jangan lihat-lihat, dong. Aku jadi malu."
Eh?
Aku hanya tertawa kecil mendengar ucapannya.
"Apakah yang ini juga jawabannya?" tanyanya sebagai sebuah pengalihan.
"Mana?"
Lalu dia mendekatkan buku catatannya padaku, "Ini."
"Iya, itu jawaban nomor tiga."
Jungkook melanjutkan aktivitas tulis-menulisnya.
Sedangkan aku kembali meliriknya.
Aku tidak bohong. Di mataku, Jungkook semakin terlihat manis. Dia lucu. Dia menarik. Dia imut. Dia menggemaskan. Dia segalanya.
Aku yakin, dia akan membantuku melupakan Taehyung.
"Kau tidak lapar, Jeon?" tanyaku.
"Lapar, sih."
"Kalau begitu, nanti lagi saja menulisnya. Aku juga ingin makan." kataku.
"Yuk!"
Dengan semangat, Jungkook merapikan alat tulisnya. Aku juga ikut merapikan buku yang dipakainya tadi. Jungkook mengambil alih buku itu dari tanganku. Kami bangkit dari tempat duduk dan mulai meninggalkan perpustakaan ini.
Saat langkah kami hampir mencapai pintu keluar, Jungkook menggenggam tanganku. Sekilas aku meliriknya. Dan dia tersenyum hangat.
Aku lemah.
Aku sangat suka caranya tersenyum.
Genggamannya semakin erat saat kami melewati koridor.
"Aku takkan hilang, kok." candaku.
"Kau itu kecil, rawan untuk diinjak." katanya. Wajahnya tetap lurus kedepan, meskipun seringai nakal itu menghiasnya.
"Aku tak sekecil itu, tahu!"
Aku merasakan langkah Jungkook tiba-tiba melambat. Aku menoleh lagi padanya. Tanpa khawatir menubruk apapun di depanku karena lelaki ini akan menuntunku dengan baik.
"Kenapa melambat?" tanyaku.
Dia berbicara dengan pelan, "Di depan sana ada Taehyung dan Ahreum. Kauingin tetap begini, atau kulepaskan saja?"
Jungkook terkadang tidak pintar, ya. Kalau dia tanya begini, aku 'kan jadi bingung ingin jawab apa.
"Jangan diam saja. Jadi, bagaimana?"
Aku menunduk, "Jangan dilepas."
"Kalau begitu, angkat kepalamu."
Aku ingin mengangkat kepalaku. Tapi aku takut. Tapi aku ingin. Tapi aku takut. Tapi aku ingin. Tapi—

KAMU SEDANG MEMBACA
[ Chaptered ] It Should be You
FanficBagaimanapun juga, dia adalah pria yang tidak memiliki imej baik di sekolah. Tak ada yang berani membantahnya. Apalagi, penampilannya terkesan agak berantakan. Dia dijuluki 'berandalan kesiangan' oleh guru konseling, yang kemudian julukan tersebut m...