Atlan tengah membantu Mandala dan Arif membawa kaca jendela. Tentu saja kaca jendela untuk kelas XII-AC, sebenarnya Mandala dan Arif malas untuk sekedar berjalan kearah gedung IPA, yang ada jiwa penantangnya malah muncul.
"Ini hasil dari uang patungankan?" Tanya Atlan.
"Iya Lan, tenang aja," jawab Mandala.
"Pinter! Ntar lu kudu traktir gue, oke?"
"Lah? Apa lu kata? Traktir? Yang ada lu yang nraktir kunyuk!" Dan mereka bertiga tertawa.
Sampailah mereka bertiga dikelas XII-AC. Banyak anak IPA yang memandang Atlan, Mandala dan Arif dari atas sampai bawah. Tak berkedip, sampai satu sosok muncul dengan berkacak pinggang.
"Bagus! Sekarang pasang!" Suruh Vira.
"Enak bener idup lu? Main nyuruh orang aja, kita bukan pembokat lo!"
"Pasang sekalian lah! Nanggung amat idup lo," Vira nyolot.
Mandala mulai geram dan telinga Atlan mulai panas, Atlan menahan bahu Mandala agar emosinya terkendali. "Mau lo apa? Kita udah tanggung jawab buat ngeganti kaca yang pecah, sekarang lo nyuruh kita buat masang sekalian? Kata lo tadi apa? Nanggung? Come girl! Dikelas lo kan juga ada anak cowok, masa mereka gak bisa masang beginian doang?" Ucapan Atlan membuat Vira bungkam.
Sebenarnya ini masih pagi untuk acara adu mulut, tapi mau bagaimana lagi kalau pemancing adu mulut saja sudah membuka mulutnya. Dari arah selatan, Alina berjalan santai sambil membawa sebotol air mineral. Langkahnya memelan saat matanya menangkap sosok Atlan tengah berdiri didepan kelasnya bersama Vira, Mandala dan Arif. Dapat dipastikan adu mulut akan kembali berkoar.
Alina segera berlari menghampiri Vira, "Ada apaan lagi?" Tanya Alina pada Vira, namun Vira masih diam. Merasa ada yang aneh, Alina bertanya pada Atlan, "Ada apaan lagi sih?".
"Jadi gini, gue, Mandala sama Arif kesini mau ngasih ini kaca ganti yang kemarin dipecahin sama anak IPS yang lagi main bola. Niat kita baik loh mau ngegantiin kaca dan nganter kacanya kesini juga. Tapi, temen lo gak terima, dia minta kita buat masang sekalian ini kaca. Kata dia sih nanggung, terus gue mikir, bukannya cowok dikelas lo itu ada banyak? Kenapa harus kita? Terus guna cowok dikelas lo buat apa? Pajangan doang? Lagian waktu kita juga bukan buat ngeladenin temen lo doang, waktu kita lebih berharga buat nyari nilai daripada nurutin hal yang diselimuti rasa dendam dan egois. Udah gitu aja," ucapan Atlan berhasil menampar hati Vira.
Menyadari atmosfer diantara mereka mulai menegang, Alina angkat bicara. "Sori kalau temen gue terkesan kayak nyuruh lo, maklumin aja, lagian masalah kayak gini gak perlu diperpanjang. Ntar biar gue minta tolong ke temen sekelas gue yang cowok buat masang. Thanks buat kacanya!" Atlan mengangguk lalu tersenyum. Sedangkan Vira masih diam memundukan kepalanya.
"Tuh dengerin!" Sahut Mandala.
"Eh koplak! Diem ae lu!" Atlan mengeplak pundak Mandala.
"Biarin, Lan, biar dia sadar aja. Tunjukin kalau anak IPA bisa aktif didalam ataupun diluar, tunjukin kalau anak IPA itu juga mikir dulu sebelum ngomong. Bukan asal ngomong tanpa dipikir, jangan ngira anak IPS gak pernah mikir dulu sebelum ngomong, anak IPS juga punya otak!" Jelas Mandala dengan suara yang cukup keras. Tak mau suasan kembali menegang, Atlan segera berpamitan untuk kembali ke gedung IPS.
Sedangkan Alina menatap Vira dengan tatap iba, sebenarnya Vira tak bermaksud seperti itu. Pasti Vira memiliki sebuah alasan.
***
🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
Science and Social
Teen FictionMenjadi orang yang disegani di salah satu jurusan membuat sosok Atlan menjadi orang pertama saat anak IPS membuat masalah atau terpancing masalah dengan anak jurusan IPA. Atlan Pramudya, anak IPS kelas XII-SC, selain punya tampang yang mempesona dia...