Sang Mantan

150 14 3
                                    

Setahun yang lalu adalah tahun dimana ia jatuh hati untuk kali pertama pada seorang cewek. Itu tahun keduanya berada di bangku SMP. Hatinya berdebar cepat kala mata menangkap sosok siswi yang berbalut seragam SMA berjalan melewati gerbang sekolahnya. Rambut yang hitam bergelombang jatuh melewati punggung seperti menggoda ingin disentuh—namun yang lebih penting, si noona itu berjalan kearahnya. Dia yang sedari tadi bersandar pada dinding pun segera menegakan badan.

"Maaf, boleh tahu dimana gedung kelas 3?" tanya sang noona  ketika sudah berdiri dihadapannya.

Jinyoung waktu itu menahan napas beberapa detik, "Ya?"—respon macam apa itu! Bodoh!

Noona itu tersenyum manis (atau menahan tawa ya?) kemudian bicara lagi, "Aku mencari seseorang. Kau tahu Lee Nakyung? Dia adikku. Kau kenal?"

Jinyoung tidak ingin terlihat bodoh lagi, jadi dia jawab, "Aku tidak tahu, tapi aku bisa menemanimu mencarinya, Noona," sebuah kesempatan yang takkan pernah ia sesali.

"Kalau itu tidak merepotkan—"

"Tidak," jawab Jinyoung dengan senyum manis dan siap untuk mengantar Noona  dengan berdiri berdampingan. Entah kenapa saat itu Jinyoung yakin sekali kalau perasaan ini bukan hanya ia yang merasakannya, karena si Kakak Cantik menyetujui usulnya untuk berjalan bersama.

.

Love at First Sight...

Cinta pada pandangan pertama setahun lalu ia rasakan, tapi kini itu hanya seperti kenangan—kalian tahu, yang harus kita tinggal di belakang dan tak pantas untuk selalu diungkit. Cinta baginya hanya permainan menyakitkan. Dan semua itu ia rasakan karena seorang cewek—Sial! Aku tidak bisa terus membahas ini!

Kini Bae Jinyoung kembali pada aktivitasnya; tangan yang menekan leher siswi di depannya untuk menahan pergerakan, menekan bibirnya pada bibir itu dan membuat permainan makin menyenangkan.

Jangan salah sangka dulu. Jinyoung memang sedang berciuman, tapi kali ini ia lebih memilih siapa saja yang akan ia cium, jadi ia bukan seseorang yang kalian sebut Playboy. Peduli sialan pada orang-orang yang sekarang men-capnya sebagai anak tidak tahu malu; mencium cewek sana-sini—Hei! Ia juga pemilih dalam hal mencium, tidak semua cewek, dan ia tidak asal main sosor seperti bebek. Namun harus membenarkan pula kalau dia memang anak brengsek, pasalnya tidak ada satu pun cewek yang dicium itu menjadi pacarnya.

Sedang asik bermain-main dengan gaya ciuman kids jaman now, belakang kepalanya di hantam sesuatu hingga ia meringis sakit dan menghentikan ciumannya.

"Apa yang dilakukan ANAK SMP DI SINI!"

Jinyoung belum membalikan badan, tapi dilihat dari siswi di hadapannya yang ketakutan sudah menjadi bukti ia beroleh masalah. Lagi.

"Pak Guru...."

Jinyoung pun membalikan badan dan mendapati seorang guru yang sudah terlihat kesal padanya, tapi ia sudah terbiasa selama sebulan ini. Apalagi 'tujuannya' untuk terus melakukan ini hadir di kejauhan lorong di sana.

Haruskan aku menyombongkan diri? Pikir Jinyoung sinis.

"Bae Jinyoung. Kau lagi, kau lagi," guru itu menghentak-hentakan penggaris kayu panjang di lantai dengan kesal juga lelah. Jinyoung hanya memberikan senyum tanpa dosanya, membuat sang guru makin geram, "Aku berharap kau tidak masuk sekolah ini setelah lulus."

Jinyoung pun menanggapi dengan canda sindirian itu, "Entahlah, Pak. Aku pikir aku akan kesini setelah lulus SMP—"

"CEPAT KAU KELUAR ATAU AKU LAPORKAN PADA KEPALA YAYASAN AGAR KAU DIKELUARKAN!!!" perintah guru itu dengan keras karena sudah habis kesabarannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pretty Girl (Jinyoung x Pinky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang