"Pergi!" Bentak ku pada Cameron,lelaki itu menggeleng kuat kulihat darah di pelipisnya semakin banyak mengalir sementara aku sudah kehabisan cara untuk mengusirnya keluar dari mobil ini
Terdengar letupan kecil dari bagasi
Itu berarti sebentar lagi mobil ini meledak dan aku akan menjadi abu.
Jasadku mungkin akan tiba di Indonesia besok malam dan Mama akan menjadi orang yang paling histeris, aku juga akan mengganggu bulan madu Jeanie dengan Sthepen karena Jeanie yang akan mengantar jasadku ke Indonesia. Kedua kakaku akan berkumpul menemani mama,
dan Alex akan mengutuk dirinya sendiri karena belum sempat mengatakan apa yang dia janjikan padaku dia bilang dia akan mengatakanya ketika aku pulang ke Indonesia satu bulan lagi tapi dia sudah tidak bisa mengatakan nya karena aku sudah mati.
"okay" kata Cameron, dia melepaskan sabuk pengamanya hingga tubuhnya menindihi dirinya sendiri, lelaki itu berteriak dengan kaki menendang-nendang pintu
"Sial... ayolah" dia kembali mencoba dan pada akhirnya dia bisa keluar
Terdengar ledakan untuk kedua kalinya kali ini agak menyeramkan.
Asap hitam mengepul dari bagasi terhirup hingga kerongkongan membuatku terbatuk-batuk basah akupun menutup mata
aku sudah siap untuk mati
Cameron sudah selamat dan aku senang atas itu setidaknya lelaki itu tidak ikut mati denganku
dia bisa melanjutkan hidupnya dan bahagia selamanya
"Ayo kita bisa pergi dari sini" Cameron mendobrak Pintu mobilku,
"Kau tidak punya waktu lagi cepat pergi dari sini" teriakku
nampaknya Cameron tidak menggubris omonganku tanganya dengan cepat melepaskan sabuk pengaman yang sedaritadi menahan tubuhku, setelah sabuk pengamanku terlepas aku mencoba menarik tanganku yang tersangkut di Jok tapi aku gagal
"Ya Tuhan" desis Cameron lirih aku melihat airmata di pipinya, "ini mungkin akan sakit, tapi aku berjanji aku akan melakukanya sepelan mungkin" aku tidak tahu sepelan apapun dia mencoba menyelamatkan tanganku itu terasa sangat sakit tapi tidak ada waktu bagiku untuk berteriak
susah payah Cameron mengeluarkanku dari mobil dia langsung menggendong tubuhku dan berlari sekencang mungkin
Duwarrr!!!
Ledakan mobil mengekahkan telinga, asap hitam tebal mengepul lebih banyak tubuhku dan Cameron terpental sejauh 2 meter, dadaku terhempas ke aspal hingga mulutku mengeluarkan darah segar
"Anita!" Suara itu terdengar samar, aku tidak bisa menyahutinya aku hanya bisa terdiam mengatur nafas, karena dadaku terasa sangat sakit kurasa semuanya remuk, seluruh tubuhku juga terasa nyeri terutama tangan kananku yang terjepit tadi
"Ya Tuhan"
Cameron Dallas dia kembali menangis, kali ini wajahnya terlihat lebih menyedihkan, dia meletakan kepalaku di pangkuanya sementara tangan kiriku digenggam erat oleh tangan kanannya
"Pangil 911" bentak Cameron kepada pria berkepala plontos yang hendak menolong kami, lelaki itu langsung meroggoh ponsel dan berbicara jika kita butuh ambulance secepatnya
"Hey tatap mataku tetap aku disini kamu jangan takut aku disini" Cameron mencium tanganku matanya sudah penuh dengan airmata
"Please katakan sesuatu" katanya, airmatanya jatuh tepat di pipiku
"Ambulance akan datang 7menit lagi" lelaki berkepala plontos itu angkat bicara
"Thanks" Cameron menyahuti tp dia kembali menatapku, jika aku sanggup mengatakan sesuatu aku ingin berkata
KAMU SEDANG MEMBACA
Magcon Love Story 2
RomanceMenceritakan Kisah seorang Manager pengganti (Anita Ancanisa Abagail 18) type yang realistis Malah mendapat job untuk memenejeri 12 anggota konyol sekaligus dari famouse VINERS bernama MAGCON. Apakah dia sanggup?