..

695 64 7
                                    

DUAR! DUAR!

"Hinata cepat bangun! Jepang diserang terrorist!"

Seseorang berteriak setelah dua suara ledakkan terdengar.

"Hah?! Hah?! Ayo cepat berlindung!"

Aku terduduk di atas ranjangku dengan sepasang tangan yang dengan cekatan melempar selimut yang menutupi tubuh, tak lupa kedua mataku melotot ke segala arah hingga akhirnya terpaku pada sebuah objek tampan yang mengenakan sebuah kaus putih dibalut kemeja santai berwarna hitam tak terkancing, dan celana jeans biru. Laki-laki itu berciri kulit tan, mata biru, rambut pirang terang, dan tiga garis di masing-masing pipinya. Ia tengah tertawa dengan sangat lepas bersama Hanabi, adikku.

Pirang?! Mata biru?! Garis di pipi?!

"Grrr~ NA-MI-KA-ZE NA-RU-TO!"

"Sadako mengamuk! Ayo kita lari, Hanabi-chan!"

Sial! Indahnya hari minggu tak seindah fanfiction Fluffy-Romance yang pernah kubaca. Kalian bisa bayangkan bila setiap hari minggu dibangunkan dari tidur cantik dengan aneh dan tergolong tidak manusiawi? Sungguh menyebalkan. Apalagi pelakunya bukan oleh keluarga tetapi oleh teman yang sudah dikenal sebelum hari di mana mengenal tulisan. Sungguh tidak kuat kokoro ini padahal aku tengah bermimpi dimanja oleh bias*ku.

Ahh! Bogoshipo*~ Oppa* Eunhy–

"Hinata! Oppa Kunyuk-mu tidak pernah melihatmu! Cepat mandi kita harus bergegas! Kau ingin kita ketinggalan bus?! Kau tahu pantai Suna itu sangat indah!"

Cih! Suara itu. Aku menoleh ke arah jam di atas nakas sebelah ranjangku.

Pukul tujuh? Masih ada waktu dua jam. Ketinggalan bus? Yang benar saja.

"Hina–"

"Berisik! Iya aku tahu!" ujarku memotong suara cempreng itu lalu segera bangkit dari ranjang kemudian bergegas membersihkan tubuhku. Keberisikan si pirang itu telah memukulku jatuh pada kesadaran karena tingkat kecemprengannya yang mampu membuat kelelawar pemilik telinga penerima gelombang ultrasonic harus menderita tuli seumur hidupnya.

Sungguh minggu pagi yang tak indah. Aku tahu hari ini adalah hari perpisahan kelas tiga dan aku juga tidak ingin terlambat, tetapi biaskah aku dibangunkan dengan cara yang normal? Maksudku tanpa ada cara aneh seperti meledakkan banyak balon berurutan, berteriak ada gempa, TELOLET, dan banyak hal aneh semacamnya.

Seni itu ledakkan!

Menyebalkan~ mengapa aku terngiang arti seni bagi Deidara-sensei?!

Aku Hyuga Hinata. 18 tahun. Banyak orang terutama laki-laki di sekolahku selalu memandangku dengan liur berjatuhan persis anjing rabies. Aku memiliki tinggi 161 cm, kulit putih yang membuat seluruh gadis di sekolah merasa iri, rambut gelap, hidung mancung yang sesuai dengan bentuk wajahku, bibir sewarna peach, dan sepasang manik amethyst khas keluarga Hyuga.

..

Seorang gadis dengan hanya mengenakan handuk tengah berdiri dengan tangan yang memilih pakaian apa yang akan ia kenakan. Beberapa lama memilih akhirnya pilihannya terjatuh pada kaus biru dengan aksen pola air dan sebuah celana jeans hitam ¾ yang kini sudah berada di atas ranjang.

DaisukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang