The Rainy Day

42 6 4
                                    

Langit mendung pagi ini menemaniku saat berjalan menuju sekolah. Cahaya kilat menyilaukan membuatku mengangkat alisku, memompa jantungku lebih cepat ditengah perjalanan. Tetesan air hujanpun menyentuh kulitku, kacamata minus-ku dipenuhi titik titik air yang membuat pengelihatanku merasa tidak nyaman.
Aku berusaha mempercepat langkah, tapi kabut masih mengelilingi tubuhku dipagi hari ini, menciptakan suasana yang sangat khas.

Langkahku terhenti saat pandanganku tertuju pada halaman sekolah yang masih terlihat sepi. Aku melanjutkan langkahku melalui lorong dan melewati papan pengumuman, menaiki tangga dan berjalan menuju kelas 8F. Ya, itu kelasku.

Hujan semakin deras, seakan itu menambah wajah sinisku. Aku membuka pintu kelas, belum ada yang datang, hanya aku. Kulihat almari dan meja guru berantakkan dan berdebu, tapi aku menghiraukanya. Aku meletakkan ransel ku dikursi paling belakang, itu tempat favoritku.

Berjalan keluar dari kelas dan menikmati udara pagi. Jam pelajaran belum dimulai, aku melirik arloji yang aku kenakan, masih pukul 06.18 pagi.

Pandanganku mengarah ke seorang gadis berambut ikal dan membawa ransel berwarna biru memasuki kelas 8F.

itu Jenny.

...

"Aaaah, deras sekali hujan pagi ini," celetuknya.
Aku hanya meliriknya, dan kembali memandangi halaman sekolah yang basah karena hujan deras.

"Hai Kay, kau sudah mengerjakan PR yang diberi Bu Lina?" Tanya Jenny tanpa menatapku. Aku hanya mengangguk pelan, "Ooh," ucap Jenny singkat.
Kami berdua hening dan hanya memperhatikan area sekolah sedari tadi. Hujan masih sangat deras, diantara murid 8F baru aku dan Jenny yang sudah datang dan menunggu bel sekolah berbunyi.

"Baa!" Teriak Angelica berusaha mengageti kami berdua, "nggak kaget," ucapku dengan nada datar.
"Ehehe, maaf maaf," Angelica meringis, "kalian udah lama disini?" Tanya-nya.

"Sudah," jawabku dan Jenny kompak.

...

"Hei, itu Rose!" Angelica menunjuk seorang gadis yang mengenakkan sweater merah marun dengan gambar kelinci putih.

Kami bertigapun menghampiri Rose.

"Kau terlihat kering, tidak kehujanan?" Tanya Angelica yang memperhatikan Rose dari kepala sampai kaki. "Tidak, aku diantar orangtuaku menggunakan mobil," jawab Rose dengan senyum tipisnya.
"Sepatumu baru ya? Lucu banget," tanya Angelica lagi.
"Aah, tidak, ini sudah lama," Rose mengusap usap belakang kepalanya, "sepatu ini jarang aku pakai," lanjut gadis itu. Jenny, dan Angelica membulatkan mulutnya, aku sedari tadi hanya menyimak mereka bertiga.

Tak terasa, sudah banyak murid yang datang. Aku hanya duduk dan berpikir, berusaha untuk memenuhi buku sketsaku dengan gambar gambar yang menurutku bermakna. "Gambarmu bagus bagus, boleh aku lihat?" Jenny mengambil buku sketsaku, aku hanya menatapnya dan kembali berpikir. Bola mataku melirik ke kanan dan kiri, mencoba untuk mencari ide dan inspirasi.

Bel sekolah sama sekali belum berbunyi.

Saat Jenny terkagum-kagum melihat gambar gambarku, Aku berdiri dan melirik ke jendela. Banyak siswa yang  berlalu-lalang di sepanjang lorong sekolah, aku mengerutkan dahi dan membenarkan posisi kacamataku. Aku segera keluar dari kelas dan tidak mempedulikan Jenny. Langkahku dihentikan dengan lantai lorong yang kotor dan dipenuhi genangan air, "aargh, ramai sekali, pantas saja cleaning service belum membersihkannya," batinku. Aku mengurungkan niatku untuk keluar dari kelas. 

"Minggir!" Seru seorang laki-laki yang baru datang. Namanya Brien. Aku hanya meliriknya dan mencoba menepi. Dia melirikku dengan sinis sambil menggenggam tas ranselnya. Dia berpaling.

...

25 menit kemudian Bel sekolah berbunyi, semua murid kelas 7, 8, dan 9 memasuki kelasnya masing-masing. Jam pelajaran pertama itu Sains, wah, pelajaran kesukaanku.    Semua murid sudah duduk dikursinya masing-masing, Jenny duduk disebelahku. Tak lama kemudian, Marco ketua kelas 8F membawa tumpukan kertas dan buku dan dibelakangnya ada Pak Jason, guru Sains yang akan mengajar kami. Ditengah pelajaran, Pak Jason menerangkan pelajaran diiringi derasnya hujan dari luar.

...

"Ada yang bisa mengerjakan ini didepan?" Tanya pak Jason sambil mengangkat marker miliknya. Aku mengangkat tanganku, hampir semua murid menatapku. Jenny ternganga memandangku, walaupun dia sering melihatku mengerjakan tugas IPA dengan cepat. "Jen, ingat. Jangan panggil aku kutu buku," Aku tersenyum sinis kearah Jenny.
"Bagaimana dia bisa menjawab soal sesulit itu?" Bisik Angelica kepada teman sebangkunya. Aku mendengarnya karena dia duduk paling depan.
Beberapa menit kemudian, aku kembali duduk di bangkuku. Pak Jason mengoreksi apakah itu benar atau salah. "Benar!" Ucap Pak Jason. Wajahku biasa saja, Angelica menoleh kearahku, tapi tidak aku pedulikan.

...

Bel istirahat berbunyi, mengisi semua area sekolah. Sebagian murid ada yang sudah keluar dari kelas, dan ada yang masih belajar.
"Ayo Kay, kita jajan bareng," ajak Jenny, "eh, nanti aku susul, aku bawa bekal," tukasku. "Ooh, ya sudah," Jenny berjalan meninggalkan kelas dan menuju kantin.
Aku mengambil bekalku dari tas dan mengintip makanan didalamnya. Chicken Katsu.

Setelah selesai menikmati bekalku, aku berjalan menuju kantin sambil memeluk buku sketsa-ku. Aku harus menjaganya dengan ketat, aku tidak mau ada sembarang orang meminjamnya tanpa seizinku walaupun orang itu hanya melihat-lihat.
Rose melambaikan tanganya kepadaku sebagai tanda agar aku menghampiri mereka. "Hei kau mau pesan apa? Biar aku pesankan," bujuk Angelica yang sedang asik menikmati mie ayam nya. "Ah, tidak perlu, aku sudah makan, terimakasih," ucapku sambil melambai kecil.

Saat aku membalikan badan, tak sengaja aku menabrak seorang murid. Buku sketsa-ku jatuh dan semua kertas didalamnya berserakan dilantai.

Bersambung...

Maaf kalo ceritanya terlalu pendek dan ada yang freaks😄😅
Tolong comment and vote yaa... trimakasih.

Draw With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang