“Gimana? Puas mukulin gundukan tanah tadi?” ledek Gracia.
“Yah, gitu deh.”
DUAKK!!!
Kembali, tendangan yang dilepaskan Michelle masih dapat ditahan oleh Gracia dengan mudah. Namun, keadaan Gracia kini terlihat benar-benar kelelahan. Peluh membanjiri pelipisnya, begitu juga keadaan Shania. Stamina keduanya terkuras ketika mereka harus menjaga kecepatan serangan saat Devi membuat keadaan menjadi lebih gelap.
“Kenapa, Kak? Capek?” cibir Devi yang tiba-tiba berada di belakang Gracia untuk melanjutkan serangan yang dilepaskan rekannya.
DUASHH!!!
Shania yang dengan cepat berada di hadapan Devi, langsung menahan pukulan yang hendak lawannya lepaskan. Ia menutup kelengahan yang ditunjukkan oleh Gracia sekaligus menggagalkan serangan Devi.
“Ck! Masih aja, Kak.”
FWHUUSSHH!!!
Tekanan itu kembali terasa. Ketakutan yang membuat gerakannya semakin lambat, kembali ia rasakan. Dan kali ini, tekanan tersebut terasa lebih berat. Lebih menakutkan sehingga membuat Shania berlutut tidak berdaya. Dengan tubuh yang gemetar, ia berusaha kembali berdiri.
“Santai aja, Kak!!!” geram Devi sambil menghantamkan kedua tinjunya tepat di tengkuk Shania.
“Kak Sha---“
DUAKK!!!
Entah karena panik, atau karena khawatir ketika mendapati Shania yang dihajar oleh lawannya, Gracia memberikan celah untuk Michelle mendaratkan serangannya. Membuat Gracia tersungkur ke arah Shania yang masih belum bergerak.
“Ck. Aku kecewa. Udahan ah.” Ucap Devi yang masih memandang rendah kedua lawannya yang terluka.
Perlahan, kegelapan di sekitar mereka mulai memudar. Kondisi menjadi seperti semula. Cahaya pucat sang bulan, sedikitnya membantu penglihatan. Pohon, dedaunan, meski samar tapi masih dapat terlihat bentuknya.
“Jadi, mau diapain mereka?” tanya Michelle.
“Bunuh lah. Kapten kan bilangnya gitu.”“Oke!” seru Michelle dengan girang yang langsung menghampiri Gracia dan Shania.
“Nah, Kak. Coba kalau Ka---?! Devi! Awas!”
“Harusnya kamu yang awas.” Bisik Gracia yang tiba-tiba saja berada tepat di belakangnya seperti bayangan.
DUAAKK!!!
“Michelle!”
“Ckck… dimana-mana tuh…”
JRESSHH!!!
“Gak boleh remehin musuh.” Lanjut Shania setelah berhasil menusuk pundak Devi dengan tangannya yang kembali berpendar memancarkan cahaya.
“Sial! Bagaimana bisa?! Eh?! Tanah?!” gumam Michelle terkejut ketika mendapati apa yang ia sangka kedua lawannya, ternyata hanyalah seonggok tanah yang berbentuk tubuh mereka.
“Kurang ajar!” geram Devi.
“Eit! Gak akan ada gelap-gelapan lagi.” ucap Gracia yang dengan sigap mengunci kedua tangan Devi tepat di belakang punggungnya.
“Lepasin Devi!” seru Michelle yang segera bangkit untuk menyerbu Gracia.
“Sekarang, lawan kamu itu Aku.” Ujar Shania menyerbu menghadang.
“Minggir!”
SLASH!!!
Tebasan Shania hanya membelah angin. Tanpa diketahuinya, Michelle telah berada di belakangnya. Berlari ke arah Gracia dengan tekanan auranya yang mulai terasa berat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Season 2 Hunted (Completed)
Fiksi PenggemarCerita ini lanjutan dari season 1 nya yaitu "TOP HUNTER". Disarankan untuk membaca season 1 nya agar jalan ceritanya tidak membingungkan untuk anda.