8. Laper

1.9K 162 31
                                    

"Kekesalanmu adalah kebahagiaan tersendiri bagiku. Tetapi bukan berarti aku senang melihatmu kesal. Percayalah! aku hanya senang melihatmu kesal karena ulahku."

***

Ito tak kuasa menahan tawa. Apalagi melihat wajah gadis yang ada di depannya itu memerah dan berlagak tidak tahu apa-apa. Ingin sekali ia mencibir Nada yang sedang berusaha menahan rasa malunya.

"Nad, lo denger gak sih. Kaya ada suara-suara gitu tapi asalnya gak tau dari mana, jangan-jangan, itu suara dari makhluk-" Ito mendramatisir keadaan dan gadis di sampingnya berkeringat dingin dengan wajah yang semakin memerah.

"Lo gila ya To, lo pikir gue setan apa!" teriak Nada emosi dengan sindiran Ito.

Dan hal tersebut justru membuat Ito semakin merasa kegirangan hingga ia tidak bisa berhenti tertawa ngakak.

"Argh, rese lu To, nyebelin-nyebelin-nyebelin." Nada yang tak terima oleh cekakakan Ito, memukulinya dengan novel.

Jujur. Saat-saat seperti inilah yang sangat dirindukan Ito. Menjahili Nada, hingga membuat wajah gadis itu menjadi berwarna merah padam. Entah kenapa ia merasa sangat senang melihat Nada kesal dengan ulahnya. Seolahannya kekesalan Nada ada kebahagiaan tersendiri bagi Ito.

"Kenapa sih To kalau perut gue bunyi? gue kan manusia, jadi wajarlah kalau laper perutnya bunyi." Nada cemberut sambil melipat kedua tangannya.

Ito masih tertawa ketika menatap Nada. Namun, dilihatnya Nada yang sedang cemberut membuat ia berhenti.

"Makanya, kalau laper itu makan bukannya ditahan." Ito seraya melingkarkan tangannya di bahu Nada.

"Gue punya coklat, lo mau?" Ito menyodorkan sebatang coklat silverqueen.

Nada menatap kesal Ito sambil mencomot coklat dari tangannya. Lalu ia menghempaskan tangan Ito dari bahunya.

"Ini gue anggep jadi permintaan maaf lo ke gue gara-gara udah bikin gue kesel. Jadi gue gak perlu bilang makasih ke lo," ketus Nada sebelum laki-laki di sampingnya itu merasa menang.

Ito tersenyum miring melihat kejudesan Nada dengan sifat gengsinya. Sifat Nada dari dulu memang tidak berubah. Dan anggap saja kini Ito sedang melepas rasa rindunya pada gadis polos itu.

"Tapi kok tumben lo beli coklat. Biasanya juga, lo gak suka makan yang manis-manis." Nada sambil menggigit coklat.

"Masih inget aja kalau gue gak suka makan manis." Ito melirik genit Nada. "Itu gue dikasih sama cewek-cewek yang ngebet sama gue."

"Huhh.. emang dasar lo cowok buaya."

Bu Dinda menyuruh Sybil untuk mengambil napas lebih panjang. Tentu, karena lagu seriosa itu bernada tinggi. Sebenarnya Sybil tidak ahli dalam bernyanyi seriosa, tapi apa boleh buat Jessie--siswi yang akan dilombakan malah sedang terbaring sakit, padahal lomba tinggal 1 bulan lagi. Jadi mau-tidak-mau Bu Dinda meminta Sybil untuk menggantikan Jessie.

"Lalala....." Sybil bernyanyi. "Nggak bisa bu, suara saya mentok segini," ujar Sybil.

"Kamu pasti bisa Bil, coba kamu ambil napas lebih panjang lagi."

"Lalalala...." Sybil mencoba.

Nada terhenyak mendengar suara Sybil. Jelas ia tahu jika gadis itu tidak bisa bernyanyi seriosa. Suara Sybil memang bagus, Nada akui, tetapi napasnya tidak cukup panjang untuk menyanyikan lagu seriosa yang bernada tinggi.

"Napasnya itu nggak panjang Bu, kalau ibu paksain terus suaranya bisa hilang," ujar Nada dari deretan kursi penonton, membuat semua orang melihat ke arahnya. Tak terkecuali Sybil. Namun, ia juga melihat Ito ada di samping gadis itu, tentu hal tersebut membuatnya marah.

"Kamu, tolong turun sebentar!" pinta Bu Dinda sambil menunjuk ke arah Nada.

"Lah, Bu Dinda nyuruh gue To?" bisik Nada pada Ito.

"Iyalah, kan elo tadi yang ngomel," balasnya. "Udah turun sana!" perintah Ito.

Nada berdiri lalu menuruni anak tangga menuju ke panggung.

"Siapa nama kamu?"

"Nada, Bu," jawabnya gugup.

"Kamu bisa nyanyi kan? coba kamu nyanyi seriosa sedikit."

Bu Dinda menatap Nada menyelidik. Membuat Nada gemetar, susah meneguk ludah.

"Lalala..." Nada membuka suara dan mulai bernyanyi.

Suara Nada yang bagus mampu membuat orang-orang yang mendengarnya bertepuk tangan. Ito juga turut berdecak kagum, karena ia baru tahu jika Nada memiliki suara yang indah.

"Ok. Jadi, Nada nanti sepulang sekolah temui saya di kantor guru!" perintah Dinda pada Nada, dan yang diperintah membalas dengan anggukan kecil.

Nada kembali menaiki anak tangga dan menuju kursinya tadi, atau bisa dibilang ia menghampiri Ito karena Ito masih duduk di sana. Dan lagi, itu membuat Sybil merasa sangat marah.

Lalu dari arah lain, tanpa Nada sadari, ada seseorang yang menangkap gerak-geriknya sedari tadi. Entah saat ia angkat bicara, ataupun turun ke panggung.

"Ternyata, lo sekolah di sini juga Nad!" ujar Kevin seraya tersenyum miring.

***TBC***

Vote dan Komen!

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang