“Eh?! Kenapa?! A---Aku gak bisa gerak!” seru Shania panik.
“Nah, ini yang sebelumnya Aku maksud ‘repot’. Kalo udah gini, susah deh.” Ujar Devi mengambil beberapa langkah mundur.
Kedua tangannya masih gemetar akibat menahan serangan-serangan Shania sebelumnya. Ditambah pundaknya yang masih terluka, membuat gemetarnya itu terlihat begitu jelas.
“Cih! Ternyata Kakak yang satu ini bener-bener diluar dugaan.” Gumam Devi
“Dev! Hajar!” seru Michelle.
KRAAKK!!!
Satu pukulan dari salah tangannya yang gelap, mendarat dengan telak di perut Shania. Membuat tulang rusuk lawannya tersebut retak hingga memuntahkan darah. Tidak hanya satu serangan, Devi benar-benar memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menghujani Shania dengan serangan-serangannya. Pukulan dari kedua tangannya yang diselimuti kegelapan dengan mudah mendarat di titik-titik vital Shania hingga membuat lawannya tersebut terbaring tak berdaya.
“Udah Aku bilang, Kak. Jangan main terang-terangan. Gini jadinya.” Ujar Devi.
Cahaya yang bersinar dari kedua tangan Shania, cahaya yang menerangi pertempuran mereka, perlahan mulai meredup seiring dengan melemahnya nafas yang dihembuskan Shania.
“Kak Shania---“
“Nah, yang satu ini juga.” Ujar Michelle santai.
Gracia yang berlari menghampiri Shania, tiba-tiba saja berhenti. Ia sendiri tidak dapat menggerakkan tubuhnya sesuai dengan keinginannya.
“Dev! Satu lagi!” seru Michelle.
“Halo, Kak. Tangan yang satu lagi belum hancur, kan?”
BUAK!!!
“AAARRGGH!!!”
Jeritan Gracia kembali terdengar. Kali ini, buku jari tangan kirinya bernasib sama seperti buku jari tangan kanan yang retak.
“Cepetan Dev!” sahut Michelle.
Kedua tangannya terangkat, mengarah kepada Shania dan Gracia yang gerakannya terhenti.
“Sial! Betapa bodohnya Aku…” keluh Shania saat mendapati sebuah bayangan panjang yang lain.
Syyuush~
Keadaan sekitar kembali gelap gulita. Tidak ada lagi penerangan dari cahaya yang berpendar dari kedua tangan Shania.
“Kurang ajar!!!” geram Gracia
BUAKK!!!
Tepat saat Gracia berontak, tubuhnya berhasil kembali ia gerakkan. Ia langsung melayangkan tendangan yang benar-benar di luar perkiraan Devi. Tendangan yang berhasil mendarat tepat di dagu lawannya.
“Kak Shania!” seru Gracia berlari menghampiri Shania yang terbaring penuh luka meski ia tidak mengetahuinya karena tidak dapat melihat dengan jelas di tengah kegelapan yang kembali menyelimutinya, namun langkahnya begitu mantap menuntunnya tepat ke tempat Shania berada.
DRRRG!!!
Segera setelah ia tiba di samping Shania, kubah perisai yang terbuat dari lapisan tanah yang sangat keras muncul menyelimuti mereka, melindungi mereka dari serangan Michelle yang langsung menghujani mereka dengan pukulan dan tendangan, namun sama seperti sebelumnya, serangan-serangan Michelle hanya membuat perisainya bergetar.
“Kak…” ucap Gracia lirih ketika ia memegang pergelangan tangan Shania. Merasakan denyut nadinya yang melemah.
“Nah… gini sedikit lebih keliatan. Hehe.” Canda Shania dengan sinar redup yang berpendar dari sebelah tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Season 2 Hunted (Completed)
FanfictionCerita ini lanjutan dari season 1 nya yaitu "TOP HUNTER". Disarankan untuk membaca season 1 nya agar jalan ceritanya tidak membingungkan untuk anda.