16. CINTA TULUS

697 97 6
                                    


Di sebuah taman seorang gadis dengan celana jeans, jaket kulit dan bertopi sedang duduk sendirian memandang kolam ikan dan menikmati tawa anak kecil yang bermain di sekitarnya.

Ia tampak tersenyum. meski sebagian besar wajahnya tertutup topi tetap tak mampu menutupi separuh paras cantiknya. Beberapa anak kecil yang melihatnya pun tampak terpesona. Bahkan ada anak kecil yang mengaku bernama Boy Ganteng mengajak kenalan, menggoda dan mengajak bermain.

"Maaf adik Boy Ganteng, kakak lagi nggak pengen main, liat aja dari sini ya?" tolak gadis itu mengusap lembut rambutnya.

"Baiklah.... Kakak cantik jangan kemana-mana ya? Habis ini Boy Ganteng temenin makan es klim," ucap bocah itu senang dan segera berlari menjauh.

Gadis itu terkekeh dan geleng-geleng kepala hingga sentuhan di pundak yang mengusap pelan menghentikan tawanya.

Ia menarik badannya sedikit bergidik.
"Eh, Elo Raf!" ucapnya lirih, menggeser duduknya dan menjauh dari tangan Rafi.
Berhasil.

Rafi menarik tangannya dan duduk di sebelahnya.
"Lo takut amat sama Gue Ray?"

Gadis itu yang ternyata Raya hanya menggeleng.

"Bukan takut. Lo jangan salah paham. Gue cuman gak suka aja." lirih Raya mengurungkan niat menggeser posisi duduknya. Ia tak ingin Rafi tersinggung. Jadilah mereka duduk amat berdekatan.

Raya mencoba biasa saja. "Sebenarnya siapa sih yang berusaha mencelakai gue dan keluarga gue? Gue gak ngerasa ada yang bahaya. Dan kenapa gue harus pindah ke rumah Lo! Sumpah ini aneh ya? Lo pasti tahu sesuatu... Pliss Lo cerita ke gue Raf?" Raya memohon.
Ia bahkan menangkupkan kedua tangan didada dan menatap sayu Rafi.

Rafi pun tak melewatkan menikmati wajah ayu gadis yang selama ini telah membuatnya begitu terobsesi. Ia benar-benar jatuh cinta pada Raya. Entah sejak kapan? Tak perduli dia 2 tahun lebih muda dari Raya.

Sejak kecil mereka sudah sering bertemu dan bermain bersama. Hingga usia 7 tahun ayahnya pindah ke Surabaya dan kembali lagi ke Jakarta saat SMP dan bersekolah di sekolah yang sama dengan Raya.

Baginya tak ada yang tidak menarik pada diri Raya.
Apalagi saat dekat menatap fokus padanya.

"Cantik." batinnya dan bahkan sempat disuarakannya.

Raya merengut segera memalingkan muka.

Dia sudah kenyang dengan segala pujian dan gombalan Rafi.
Entah kenapa tak ada rasa senang atau bahkan melayang layaknya seorang cewek dipuji.

"Lo gemesin tau!" Rafi tak tahan untuk tak menoel hidungnya. Lalu menarik rahang Raya menghadapnya.

"Raf.... Pliss...." Raya menepis tangan Rafi.
"Gue serius Raf, jangan mengalihkan pembicaraan!" ucapnya tegas.

Raya benar-benar tak suka dengan gombalan Rafi.

"Kalo gue tahu sesuatu pasti gue bilang Ray. Gak percayaan amat sama gue?" jelas Rafi cepat.

Raya mengesah, memalingkan muka dan dengan cepat Rafi menarik wajahnya kembali. "Apa sih yang nggak buat Lo!" Rafi kembali menggoda dengan menaik turunkan alis.

Raya segera menggeser duduknya menjauh dari Rafi dan ogah menatapnya lagi.

"Sori Ray. Jangan marah dong yank!" ucap Rafi.

"Ih. Yank yank pala Lo peyang?" umpat Raya dalam hati tapi tak berani disuarakannya.

"Jujur deh Raf, Lo boleh marah. Tapi kok Gue ngerasa Lo dan bokap Lo nyekap gue ya?" ucap Raya serius.

"Gue Berasa di penjara! Tau gak sih Lo!" ketus Raya.

"Kalo ada ancaman dari rival papa kenapa juga harus tinggal di rumah Lo! Dan Lo gak pernah bisa jelasin kan ancaman macam apa dan dari mana?"
Raya menumpahkan kekesalannya, langsung bangkit berdiri dan melangkah pergi.

ANTARA CINTA dan PAPA  (sudah CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang