Hunted: Chapter 42 (Putus)

601 57 2
                                    

DRAAKK!!!

Sebuah dinding tanah yang begitu tebal berhasil melindungi Beby dari serangan Lidya.

“Kau pikir Aku akan menggunakan trik yang sama?” ujar Lidya yang tiba-tiba saja berada tepat di belakang Beby yang terbuka tanpa pertahanan.

DRAAKK!!!

“Sial! Bagaimana bisa dia tiba-tiba berada di belakangku?!” seru Beby yang langsung melindungi bagian belakangnya dengan dinding yang sama yang berada di hadapannya sekarang.

“Ceroboh.” Gumam Lidya sambil langsung melompat tinggi melebihi dinding pelindung Beby.

“Nah, skak!” geram Beby.

SRAKK!!!

Mengetahui rencananya sukses dengan menggiring Lidya untuk menyerangnya dari atas, Beby langsung menambah ketinggian kedua dinding yang mengapit melindunginya. Merubah ujung dinding tersebut menjadi kerucut tajam. Meluncur dengan cepat ke arah Lidya yang masih berada di udara tanpa pijakan.

“Kau lupa?” cibir Lidya.

Dengan gerakan memutar tubuhnya, ia memanfaatkan angin yang merupakan elemen dari auranya untuk menghindari serangan Beby sementara ia masih menggantung di udara. Dan dengan kelenturan tubuhnya, juga kecepatan gerakannya, ia berhasil berpijak di dinding yang meluncur cepat ke arahnya.

“Astaga! Bodohnya Aku. Elemennya kan angin!” seru Beby panik.

Tanpa membuang waktu, ia langsung memacu kakinya. Berlari dengan cepat berkat bantuan angin dan gaya gravitasi, dalam waktu kurang dari satu detik, ia kembali berada di hadapan Beby. Kali ini ia berada di dalam dinding pelindung, saling berhadapan begitu dekat dengan Beby.

“Hai.” Sapa keduanya bersamaan.

SLASH!!!
DRUAK!!!

Tebasan Lidya berhasil menyayat kedua pergelangan tangan Beby, sementara Beby sukses menghantamkan tendangannya di perut Lidya. Tepat di tempat di mana ia menghantamkan serangan pilar sebelumnya.

Beby terjatuh di atas kedua lututnya dengan kedua tangannya yang terkulai lemas mengeluarkan darah. Lidya terlempar cukup jauh setelah ia menghantam dinding pelindung Beby hingga menghancurkan dinding tersebut menjadi pecahan-pecahan kecil layaknya kaca.

“Kurang ajar! Kurasa bukan kebetulan ia menyayat saluran aura di kedua tanganku ini!” geram Beby sambil meringis menahan sakit.

“Sial! Perutku!” ujar Lidya tertatih. Ia masih berusaha untuk kembali berdiri meski kedua kakinya gemetar menahan sakit juga menahan beban tubuhnya.

Untuk sesaat, keadaan hening. Mereka berdua hanya saling pandang setelah Beby kembali berdiri. Begitu juga Lidya. Sesekali hanya terdengar gemerisik daun kering yang dihembus angin malam. Gelapnya keadaan sekitar membuat mereka lebih fokus menatap satu sama lain.

JRASSH!!!
DRAP!!!

Keduanya menyeruakkan aura putih mereka yang dengan liar menari di sekitar pemiliknya masing-masing. Dan bersamaan, mereka berlari menyerbu satu sama lain. Lidya kembali menghiasi kedua tangannya dengan pusaran angin berbentuk mata bor, sementara Beby dengan saluran auranya yang tersayat, tidak dapat membuat apapun untuk dijadikannya senjata.

Meski begitu, ia tidak habis pikir. Ketika jarak mereka hanya tinggal beberapa meter, Beby menghantamkan kakinya ke permukaan tanah. Membuat bumi berguncang sesaat lalu kemudian diikuti dengan retaknya permukaan tanah yang membuat Lidya tersandung. Laju larinya yang begitu kencang tidak lantas membuatnya terjatuh melainkan terlempar melayang ke arah Beby.

DRAKK!!!

Kembali, Beby memunculkan pilar tanah dengan hentakan kakinya yang tepat menghantam punggung Lidya yang tidak sempat memutar tubuhnya untuk menghindar. Membuat Lidya terlempar ke atas.

SRASHH!!!

Dan lagi, Lidya tidak membiarkan serangan lawannya tersebut mendarat di tubuhya dengan percuma. Kali ini ia berhasil memutar tubuhnya untuk mengayunkan kedua lengannya. Membentuk dua buah sabit angin yang saling-silang. Kedua sabit tersebut meluncur dengan kecepatan yang sangat mengerikan. Membuat Beby kembali harus melindungi dirinya di balik dinding yang ia ciptakan dengan hentakan kakinya.

“Bagaimana rasanya bertarung tanpa tangan?” ledek Lidya yang berada tepat di balik dinding yang melindungi Beby.

“Repot.” Geram Beby.

BRAKK!!!

Satu tendangan dari Beby membuat dinding yang melindunginya meluncur. Melaju kencang ke depan. Ia memperhitungkan bahwa Lidya akan terhantam dindingnya tersebut. Tapi ternyata, perhitungannya tersebut melenceng jauh karena tepat sebelum Beby menendang, Lidya telah melompat melewati dinding tersebut. Dan sekarang, ia kembali berada di belakang Beby.

“Lagi-lagi ceroboh.” Gumam Lidya.

“Hobi banget sih kamu diem di belakang orang lain?” ledek Beby tanpa menoleh sedikitpun ke arah belakang.

BUAKK!!!

Satu pukulan yang sangat keras mendarat dengan indah di rusuk Lidya. Pukulan yang dilayangkan oleh Beby yang lain tidak dapat ia tahan. Bahkan mengetahui bahwa ada Beby yang lain yang berada tepat di belakangnya membuatnya terkejut hingga tidak sempat mempersiapkan diri.

“Perkenalkan! Diriku yang lain.” Ujar Beby dengan angkuh. Menatap rendah Lidya yang terjatuh.

“Apa-apaan itu? Bagaimana bisa--- ah! Tanah?!” seru Lidya ketika mendapati salah satu tangan Beby yang lain remuk hancur jadi debu.

“Yap! Diriku ini terbuat dari tanah.” Jelas Beby memecah tanda tanya yang melayang di atas kepala Lidya.

DRRGGG!!!

Bumi kembali bergetar ketika Beby memutar telapak kakinya.

“Meskipun tanganku tidak bisa kugunakan, tapi tangannya, tangan mereka akan dengan mudah menghajarmu habis-habisan.” Ujar Beby ketika kembali, salah satu Beby yang lain yang terbuat dari tanah, muncul di belakang Lidya dengan kepalan tangannya yang sudah siap dihantamkan.

BRAKK!!!

Tepat pada waktunya, Lidya menghindari bogem yang dilayangkan Beby imitasi. Dan melihat bahwa kedua tangan Beby imitasi tersebut langsung hancur ketika menghantam permukaan tanah, Lidya memiliki pemikiran yang kemudian ia coba menjadi sebuah rencana yang sekelebat terlintas olehnya.

Dalam waktu sekejap, rencana yang juga ia buat dalam waktu sebentar, ia realisasiskan.

“Baiklah, kita coba!” seru Lidya sambil memutar seluruh tubuhnya.

FWOOSSHH!!!

Hembusan angin berbentuk cincin yang semakin melebar dengan Lidya sebagai titik pusatnya, juga dengan tekanan kuat dan memiliki sentuhan tajam, menyapu bersih dua Beby imitasi. Membuat semua boneka tiruan itu hancur menjadi debu, menjadi bentuk asal mereka.

Sementara Beby lagi-lagi berlindung di balik dindingnya ketika mengetahui bahwa serangan Lidya itu tidak dapat ia tahan atau hindari.

“Lagi-lagi bersembunyi di balik dinding.”

SLASH!!!

“AARRGGHH!!!”

Tebasan Lidya yang berhasil menyusup ke sisi lain dinding tersebut berhasil memotong kedua lengan Beby. Membuat Beby menjerit kesakitan.

-

-

-

-

-

TBC...

Season 2 Hunted (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang