Waktu masih menunjukan jam empat pagi. Chris sempat tertidur sebentar namun kembali terjaga, hingga saat ini ia tidak bisa tertidur lagi. Sudah sejak tadi ia mencoba memejamkan matanya, namun tak berhasil membuatnya terlelap. Yah paling tidak, ia bisa mengistirahatkan matanya, walaupun tidak pada pikirannya.
Sharon masih bergelung di pelukannya. Wanita itu tidur dengan pulas mengadap kepadanya. Suara nafasnya teratur, bahkan tampaknya ia tidak merasa terganggu karena Chris sesekali mengecup puncak kepalanya sejak tadi.
Dilihatnya wajah damai yang sedang tertidur itu. Membawanya ke memori pikirannya dan tidak akan pernah melupakannya.
Chris langsung terjaga, ketika merasa Sharon mulai merasa tidak nyaman dalam tidurnya. Ia membuka matanya cepat, bahkan sebelum Sharon membuka matanya secara perlahan. Sekarang mata mereka bertemu, saling memandang.
"Selamat pagi," sapaan lembut menyapa Sharon ketika membuka matanya. Keningnya berkerut ketika mencoba mencerna ketika melihat pria yang kini tengah menatapnya intens.
Setelah berhasil mengingat semuanya, mengingat apa yang baru saja terjadi tadi malam, membuat pipi Sharon memerah. Ia benar benar malu. Tingkahnya sangat sangat memalukan. Begitu mudahnya ia memberikan hal yang begitu penting baginya. Pasti Chris akan menganggapnya sebagai wanita murahan sekarang. Dan lebih parahnya adalah kenyataan bahwa ia baru saja kehilangan kehormatannya. Ada sedikit penyesalan jauh dilubuk hatinya. Haruskah ia menyesali semua ini? Semua sudah terjadi dan sekeras apapun Sharon berupaya untuk mengembalikannya seperti awal lagi, itu tidak akan bisa karena hal itu adalah sesuatu yang mustahil. Ia bertekad jika Chris berubah, maka ia akan menjauh dari pria itu dan melupakan kejadian ini. Entah ia bisa melakukannya atau tidak.
"Kau sudah bangun ?" Sharon berusaha menutupi kegugupannya. Ia mencoba untuk bersikap biasa saat ini, tidak mau terlihat aneh.
Bukannya menjawab Chris malah terus menatap Sharon. Tepat di manik matanya, dengan tatapan yang tidak terbaca. Sharon tidak tau apa yang sedang dipikirkan pria itu.
"Atau kau sudah bangun ?" Tambahnya dengan cepat. Suaranya terdengar pelan. Karena pria itu belum juga menjawab pertanyaan nya.
"Sharon..." Chris memanggil namanya. Dan pria itu memberikan jeda beberapa detik. "Maafkan aku. Aku minta maaf, aku tidak bermaksut mengambilnya darimu. Aku sendiri tidak tau kenapa aku bisa lepas kendali terhadapmu. Semua karena aku menginginkanmu sehingga aku menjadi gelap mata. Sharon aku sudah memikirkannya.."
Sharon berhenti bernafas mendengar kalimat terakhir Chris. Apa ia akan mengatakan bahwa kedekatan mereka akan berakhir sampai disini?
Ia harus siap menerima apapun itu konsekuensinya. Ia sendiri yang bertindak terlalu jauh, sehingga membuatnya menjadi tidak mudah. Seharusnya ia tidak terhanyut dengan perasaannya sendiri. Sharon merutuki sikapnya.
"Setelah ini, tetaplah disisiku apapun keadaannya."
Ya Tuhan ? Chris baru saja mengatakan apa ? Pria itu meminta kepadanya untuk tetap berada disampingnya. Apa ia tidak salah dengar?
Ia merasa sangat senang. Namun pikiran negatifnya tiba tiba saja muncul. Ah pasti pria itu hanya merasa bersalah dan merasa kasian padanya. Ya pasti seperti itu.
"Chris aku baik baik saja, kau tidak perlu merasa bersalah karena melakukannya. Lebih baik kita melupakan kejadian malam ini. Ini semua tidak sepenuhnya karena kesalahan mu," Sharon tersenyum dan membalikan badannya memunggungi Chris.
Entah bagaimana pria itu menariknya dan mengembalikan tubuhnya untuk menghadap ke arahnya seperti semula.
"Kau ingin aku melupakan semuanya? Sementara aku tidak akan bisa melakukannya? Melupakan semua yang terjadi di antara kita malam ini? Mungkin kau bisa tapi aku tidak," Chris mengucapkannya dengan tegas. Membuat Sharon tidak bisa menahan air matanya lagi. Air mata itu mengalir pelan membasahi pipinya. Chris terlalu sweet. Bagaimana ia bisa melupakan nya?
KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE
Romance'Ketika melepaskan lebih menyakitkan daripada mempertahankan' - Empat orang manusia yang saling mengorbankan apapun demi kebahagiaan orang yang dicintainya . Apakah sepadan ? Nyatanya semua itu hanya menghancurkan diri sendiri hingga titik terendah...