4 | Peduli

1.5K 79 6
                                    

Sekalinya peduli dia mampu meluluhkan hati.

-Audrey Shaletta-

***

Untuk kesekian kalinya Audrey menundukkan kepalanya, ia takut. Ia berada di Lab IPA sekarang. Di depannya sudah ada Eljuan yang menatapnya tajam. Ia pasti akan mendapatkan kemarahan Eljuan karena telat 30 menit. Yah, ini memang salahnya.

Audrey lupa jika hari ini dia akan praktek, padahal tadi malam ia sudah rela tidur tengah malam hanya untuk membaca buku. Namun, ia malah bangun kesiangan, dan sialnya tidak ada materi yang menyangkut di otaknya. Oh, atau mungkin materinya saja yang enggan singgah ke otak Audrey yang penuh debu?

"Kenapa telat?" Eljuan terlihat membenarkan kacamatanya.

Pertanyaan Eljuan membuat Audrey menatap cowok itu sejenak. "Huh? Eum.. Kesiangan. Gue begadang baca buku Kimia." cicitnya dengan sesekali melirik wajah Eljuan dan kembali menunduk. Eljuan jelas melihat kantung mata Audrey, ucapan cewek itu tidak mengada-ada. Ah, saat ini Audrey terlihat seperti siswi yang tertangkap basah oleh guru karena ketahuan menyontek saat ujian.

"Berarti lo udah siap." tanyanya kembali, ah itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan. Tatapan tajamnya seakan bisa memecahkan kacamatanya sendiri.

"Eum... eh i-itu El, gue lupa," bodoh. Kenapa harus jujur?! Tamatlah riwayat Audrey. Ia memejamkan matanya dengan kuat.

Hening. Ia tidak mendengar suara apapun selain deru napasnya. Ia membuka matanya perlahan dan melirik ke depan yang ternyata Eljuan masih di hadapannya.

Ia kembali memejamkan mata, ia sudah tau akan apa yang terjadi, jadi ia menguatkan dirinya agar siap mendapat amukan cowok itu. Padahal ini nilai Audrey, tapi cewek itu tau jika Eljuan juga bertanggung jawab.

"Ok. Berarti praktek lo gagal." Eljuan berbicara dengan tenang, ia sudah tahu jika kejadiannya akan seperti ini.

Audrey mengangkat kepalanya, ia membulatkan matanya terkejut, ah bukan ini yang dia mau. Dia hanya berpikir akan dimarahi, bukan gagal dengan sia-sia. "Y-yah El, apa nggak bisa besok aja? Serius gue bakal ingetin semua materinya."

"Nggak bisa. Kemarin udah gue ingetin." Eljuan terdiam sejenak, ia menatap Audrey yang terlihat ingin menangis. "-waktunya nggak cukup. Lebih baik nggak usah praktek."

Tidak. Itu nilai Audrey. Eljuan tidak berhak berkata seperti itu. "T-tapi gue nggak mau nilai gue kosong. Gue mohon El, adain praktek ulang." Audrey menangkup kedua telapak tangannya, ia menatap Eljuan dengan pandangan memohon.

Eljuan bergeming, tidak tahu harus berkata apa.

"El, kali ini aja." ah, matanya sudah berkaca-kaca. Ia tidak ingin di semester awal ini membuat kekacauan dengan nilai buruknya. Dan jujur saja ia benci terlihat lemah, apalagi dihadapan Eljuan.

"Liat nanti." Eljuan pergi begitu saja meninggalkan Audrey yang ia yakini menangis di ruangan itu.

***

"Udah dong jangan nangis." Salsa berusaha menenangkan Audrey. Ia bingung ketika melihat Audrey tiba-tiba datang menghampirinya dengan air mata di pipinya.

"Gimana nasib nilai gue... hiks.... " Audrey sesegukan. Saat ini mereka ada di kelas, terlihat sepi memang karena hanya beberapa temannya saja yang berada di kelas.

"Gue yakin dia nggak sejahat itu, Drey. Jangan nangis dong," ia memeluk Audrey.

Sudah tak asing melihat Audrey seperti ini. Salsa selalu melihat berbagai sifat pada diri cewek itu. Di rumahnya Audrey akan terlihat manja dan heboh, di tempat umum ia akan terlihat mudah gugup, di hadapan teman-temannya ia akan terlihat sok dewasa bahkan sok asik. Tapi semua itu membuat Salsa nyaman, jujur saja ia gemas melihat wajah Audrey saat menangis.

Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang