TRAP

50 28 92
                                    

Sean Rex POV

Berdasarkan hasil diskusi kemarin,aku akhirnya mendaftarkan diri untuk bergabung sebagai anggota Shadow. Jadi untuk berjaga-jaga,aku pun menyewa sebuah kamar apartemen dan ini adalah hari ketigaku tinggal di sini. Karena Rashlee bilang anggota Shadow akan menghampiriku jika aku sesuai dengan kriteria mereka.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Aku segera beranjak dari sofa tanpa gugup sedikit pun. Karena aku tahu siapa orang yang ada di balik pintu ini.

"Ola!" Aku tersenyum tipis mendengar sapaan gadis ini. Tanpa menunggu jawabanku dia langsung menerobos masuk ke dalam apartemenku.

"Kau mau kopi?" Tawarku sambil menutup pintu.

"Boleh." Ucapnya sambil tersenyum. Ternyata dia memang masih menarik di mataku. Walaupun kami sudah menghadapi banyak masalah dalam hubungan kami. Aku menatapnya yang kini sedang berdiri di depanku. Tubuh kurusnya terbalut gaun hitam selutut yang sangat cantik. Baru saja aku ingin bertanya darimana dia. Tapi tiba-tiba aku menangkap noda merah di gaunnya.

"Kau dapat misi? Bukankah kau sudah tidak berada di Shadow lagi?" Ucapku sambil mengernyitkan dahi.

"Aku pergi berpesta." Ucapnya santai menyadari kebingunganku dengan penampilannya. Pesta? Pesta apa? Dan siapa orang gila yang sudah mengundang seorang psikopat?

"Apa rencanamu?" Tanyaku sambil menuangkan kopi.

"Aku harus punya akses masuk ke Shadow lagi." Ucapnya. Aku pun menatapnya tajam sambil membawakan dua cangkir kopi.

"Kau tidak percaya padaku?" Ucapku sarkas. Dia pun menggeleng dengan cepat.

"Bukan begitu,tapi bagaimana aku bisa membiarkan kau sendiri di sana." Balasnya cepat. Aku menghembuskan nafas kasar sebelum menanyakan sesuatu yang terlintas di kepalaku.

"Jadi kau membunuh seseorang?" Tanyaku penuh keyakinan. Tanpa basa-basi dia langsung menganggukkan kepalanya untuk mengakui perbuatannya.

"Wajahmu tidak memperlihatkan rasa bersalah." Balasku sarkas sambil tersenyum meremehkan.

"Seharusnya aku merasa begitu. Tapi mereka memang brengsek. Jadi sudah sewajarnya mereka dilenyapkan." Ucapnya dengan sorot mata tajam. Seketika aku merasa raut wajahnya berubah. Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana cara berpikir gadis ini. Dia membuatku penasaran,bahkan ketika kami sudah menjadi sekutu.

"Aku tidak mengerti. Kau sudah bilang padaku bahwa kau membunuh karena terpaksa oleh Shadow." Balasku sambil menatapnya tajam.

"Berhenti membunuh orang tak berdosa lebih tepatnya. Lagi pula ini adalah sebagian dari rencana." Ucapnya sungguh-sungguh. Ternyata dia tak mengatakan semuanya padaku. Dia menjalankan rencana yang lain. Entah ini akan merugikanku atau sebaliknya. Tapi yang bisa kulakukan sekarang adalah mencoba untuk mempercayainya.

"Kau mengerikan Rashlee." Sahutku sambil menggeleng. Tapi dia hanya tersenyum sambil menyeruput kopinya.

Tok... Tok... Tok...

Mataku langsung bertatapan dengan mata tajam milik Rashlee. Dia menatapku dengan tatapan yang sama denganku. Sorot mata itu mengatakan dia bingung dan tidak tahu apa-apa. Aku memejamkan mata perlahan sambil menghembuskan nafas kasar. Apa ini mereka? Apa mereka datang untukku? Aku harus segera membuka pintunya agar aku tahu jawabannya. Aku pun menatap Rashlee dan mengisyaratkannya untuk bersembunyi di balkon. Dia pun menurutinya dengan hati-hati.

Tok... Tok... Tok...

Ketukan itu membuyarkan lamunanku. Aku pun segera beranjak menuju pintu. Aku berusaha tenang walaupun jantungku rasanya ingin lepas. Aku tak tahu kenapa aku merasa sangat gugup.

Krek!

"Selamat malam tuan Sean Gale." Sapa pria misterius itu. Aku hanya mengangguk untuk menjawab sapaannya. Penampilan pria ini sama persis seperti yang di gambarkan oleh Rashlee. Mulai dari mantel hitam panjang yang dikenakannya sampai topi bundar berwarna hitamnya.

"Kau pasti tahu apa tujuanku kemari." Sambungnya. Ck,orang-orang ini tidak tahu sopan santun. Aku pun tergelak kecil sambil tersenyum sinis padanya.

"Begitukah cara kalian menyapa seseorang?" Ucapku sarkas. Dia tidak menjawab pertanyaanku dan malah menyodorkan koper hitam di tangannya.

"Kau mendaftarkan diri secara anonim. Seluruh berkas yang kau berikan tidak menunjukkan siapa dirimu. Tapi kau bisa tahu secara pasti letak markas kami. Sebenarnya siapa yang mengirimmu? Kau harusnya direkomendasikan seseorang untuk bisa masuk. Tapi kenyataannya orang itu tak ada." Sialan,orang ini! Dia memberikan tuduhan dengan bertubi-tubi. Bagaimana bisa dia mengatakan itu secara terang-terangan? Aku berusaha menatapnya dengan tenang. Aku tidak boleh gegabah sekarang. Aku harus mengelak.

"Bukankah aku boleh tidak menjawab pertanyaan pribadi seperti itu?" Balasku sarkas sambil mencoba tetap tenang.

"Jika kau adalah tikus yang menyusup ke dalam lubang ular ketahuilah kau akan mati saat itu juga." Ancamnya dengan penuh penekanan. Aku pun tersenyum tipis mendengar perkataannya.

"Benarkah? Lalu kenapa tidak kau bunuh saja tikus di depanmu ini?" Tantangku. Entah kenapa aku sangat yakin dia tidak akan menyakitiku.

"Apapun rencanamu Master akan selalu berada selangkah di depanmu."  Ucapnya datar dengan sorot mata tajam. Aku pun terkekeh kecil mendengar perkataannya

"Kau berkata seolah-olah aku melakukan kesalahan. Aku bahkan belum resmi masuk ke dalam organisasi itu." Balasku santai.

"Aku mengawasimu Sean Gale." Ucapnya dengan nada dingin dan sorot mata tajam.

"Silahkan saja,aku bahkan tidak melakukan apapun." Sanggahku sambil tersenyum sinis. Mendengar jawabanku dia pun menatapku tajam. Aku pun membalas tatapannya. Kami bertatapan selama beberapa saat. Hingga akhirnya dia membuka suara.

"Baiklah,selamat datang di Shadow. Besok pagi kau akan di jemput." Ucapnya cepat. Aku pun menarik nafas lega sambil mencoba menetralkan detak jantungku.

"Kau tinggal bersama orang lain?" Tanyanya. Aku pun menggeleng santai.

"Tidak." Jawabku. Tiba-tiba dia menerobos masuk ke dalam apartemenku.

"Hei! Bukankah menerobos masuk ke rumah orang lain itu tidak sopan!" Ucapku memperingatkan. Sial,bagaimana jika dia melihat Rashlee!

"Ada seseorang di sini." Ucapnya setelah melihat dua cangkir di atas meja.

"Itu tidak mengartikan seseorang tinggal bersamakukan? Jelas-jelas itu adalah cangkir tamuku." Sanggahku. Tapi dia terlihat tidak mendengarkan perkataanku. Dia malah mengambil salah satu cangkir dan mencium aromanya

"Bau biji kopi ini sangat familiar dengan seseorang." Glek! Aku meneguk salivaku mendengar perkataan.

"Benarkah?" Ucapku sambil berusaha tenang.

"Kurasa dia masih berada di sekitar sini." Sambungnya dengan seringai licik. Sorot matanya mengatakan dia sangat berharap menemukan sesuatu yang menarik di sini. Agar dia bisa menendangku keluar dari organisasi itu bahkan sebelum aku benar-benar masuk ke dalamnya.

"Kau bicara apa?" Ucapku berusaha menyembunyikan rasa gugupku. Dia menatapku beberapa saat dan mengalihkan pandangannya. Tiba-tiba dia berjalan menuju balkon. Aku meneguk salivaku sambil berusaha menenangkan detak jantungku. Sial,bagaimana ini! Jika aku menghentikannya dia akan semakin curiga!

Tap... Tap... Tap...

Setiap suara langkah sepatunya mendekati balkon membuat dadaku sesak secara perlahan. Aku menutup mataku sambil berjalan mengikutinya. Kuharap ada keajaiban!

Grek!

Suara pintu balkon yang digeser membuat nafasku tercekat. Pikiranku mulai melayang saat kami melangkah ke balkon. Mataku terbelalak dan keringat dingin keluar dari keningku. Rasanya aku akan pingsan.
  

##
Tbc?
-Life For Dance
.COLD.

DESIRE TO SAVE 1- THE CRUEL WORLD (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang