"Ra, lo mau pesen apa biar sekalian gue yang pesenin nya"
Saat ini dua gadis itu sedang berada di kantin karna Nadya yang mengajak,ops lebih tepatnya memaksa ara untuk ikut dengan nya kekantin.
Ara yang merasa diajak bicara pun melirik sekilas pada Nadya yang saat ini juga sedang menatapnya dengan alis terangkat.
"Samain punya lo aja"
"Wokeh.."
Sedetik kemudian Nadya sudah pergi mengantri makanan meninggalkan Ara yang terlihat sedang menyibukkan diri dengan membuka aplikasi instagramnya sebelum sebuah pembicaraan membuat fokusnya teralihkan untuk sesaat.
"Ih..kok jago banget sih main rubik nya!gue ajarin juga dong"
Deg.
Ara menghentikan aktifitasnya sejenak karna topik pembicaraan yang dilontarkan oleh siswi disebelah mejanya.
Seketika kenangan yamg sudah susah payah di hilangkanya terlintas begitu saja dibenaknya.
"Kak,ajarin ara main rubik dong" pinta Ara kecil pada laki laki yang duduk disebelahnya.
Merasa dipanggil laki laki itu pun melirik sekilas pada Ara kacil dan kembali menggeluti permainan rubiknya yang sempat tertunda.
"Nanti aja kalo ara udah bisa ngerti warna" jawab laki laki itu tanpa mengalihkan pandangannya barang sedetikpun pada rubiknya.
Ara kecil merenggut kesal dan lebih memilih memperhatika permainan itu siapa tau dia bisa tau sendiri tanpa butuh bantuannya.
Ara menghela napas beratnya sembari memejamkan matanya agar memori tentang percakapannya dengan sosok itu segera hilang dari benaknya.
Namun saat ara membuka matanya setelah satu tarikan napas panjang, matanya membelalak kaget karna didepannya sudah ada sosok cowok tampan yang kemarin sempat mengganggu ara.
"Hai..."sapa alfa , cowok yang duduk didepan ara itu hanya mengeluarkan cengiran khas nya.
Ara yang mendapat sapaan dari Alfa hanya menatapnya datar tak berniat untuk menjawab sapaannya, alfa yang merasa diabaikan hanya mengela nafas beratnya, saat ia ingin membuka mulut lagi perkataannya terhenti karna sebuah suara mengintrupsikannya untuk diam.
"Eh ada kak..alfa kan?" Tanya Nadya yang baru saja datang membawa pesanan makanan, sedetik kemudian ia duduk disebelah alfa dan meletakkan makanannya.
"Iya,masih inget juga lo"
"Inget lah kak. Kak alfa kan yang kemarin bentak aku"ujar polos Nadya dengan memasukkan batagornya kedalam mulut.
Alfa hanya bisa tersenyum tipis menatap Nadya, kemudian tatapannya teralihkan kepada gadis yang sudah membuatnya penasaran.
"Oh ya, gue kesini cuma mau minta maaf soal yang kemarin"
Ara mentap Alfa sejenak "Gue maafin" ujar ara datar.
Alfa menganggukkan kepalanya,entah kenapa ia merasa bingung mencari topik pembicaraan apa agar ia tetap bisa mengajak Ara bicara padanya, dan setelah hening yang lumayan lama ia memilih untuk menatap Ara makan, mengabaikan Nadya yang hanya bisa mencuri curi pandang lewat ekor matanya saja.
"Enak banget ya ra?"tanya Alfa
Ara yang merasa diajak bicara hanya melirik sekilas dan kembali memakan batagornya kembali.
"Kalo kakak mau. Kakak beli sendiri lah, kakak dikasih uang jajan kan sama ortu" sahut nadya dengan mulut penuh batagor.
Alfa yang mendengar jawaban dari Nadya hanya mampu menatapnya tajam, ia tak suka jika pertanyaan yang diperuntukkan untuk Ara malah Nadya yang menjawabnya,ia tak suka.
"Yaudah gue pergi dulu ya, ada urusan"
Alfa segera beranjak pergi dengan hati yang dongkol karna jawaban Nadya yang sedikit mencubit hatinya .
Nadya memajukan tubuhnya mendekati Ara "Kak alfa kenapa ya ra?" Tanya Nadya polos, Ara memutar kedua bola matanya 'jelas-jelas ini salah lo bego'
Namun sayangnya ucapan itu hanya bisa ia ucapkan di hatinya, ia merasa Nadya terlalu baik jika mendengar ucapannya tadi yang mungkin saja akan melukai hati gadis polos seperti Nadya.
Ia kembali menyantap batagornya, mengabaikan Nadya yang dengan asyiknya berceloteh ria dengan Ara yang hanya mampu menjadi pendengar yang setia tanpa berkomentar, pikirannya masih tertuju dengan percakapan yang sedikit membuatnya mengingat kembali masa lalu nya.
'Huh,kemana aja sih lo kak'
————————————————
Hayyy... maaf kalo ceritanya jelek dan nggak menarik, maklumlah saya masih pemula, hehehe.
Tapi saya harap kalian tetep ikutin ceritanya sampai akhir dan tetep kasih vote dan komennya untuk cerita ini. Karna satu vote dari kalian sangat berarti bagi saya, dan bisa ngebuat saya jadi lebih giat lagi nulisnya.
Next ga??
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe
Teen Fiction"Sampai kapan kau akan melupakannya?" "Entahlah" "Mungkin selamanya..." ****** Kesepian yang sesungguhnya adalah ketika kau hidup ditengah orang-orang yang menyuruhmu untuk berpura-pura.