.
.
Masih tergambar dengan jelas di benak Hinata saat Naruto melingkarkan sebuah cincin putih berhiaskan permata putih di jari manis Hinata, disaksikan oleh kedua keluarga sebagai tanda ikatan manis bernama pertunangan sedang berlangsung secara sederhana di rumah kediamannya.
Saat itu beragam ekspresi kebahagiaan terpancar jelas di wajah kedua ingsan yang tengah dimabuk kasih. Tak hentinya mereka memasang senyum merekah selama proses itu berlangsung dengan khidmat dan romantis.
Namun saat Hinata kembali ke realita yang sekarang, senyumannya lenyap tergantikan air mata yang mengalir di pipinya sebagai tanda kandasnya perjalanan cinta antara Hinata dengan Naruto di tengah jalan.
.
Sudah seminggu sejak Naruto memilih mengakhiri hubungan mereka karena alasan yang bisa dikatakan sepele. Padahal tinggal 3 bulan lagi acara pernikahan mereka akan diadakan.
Diusapnya air mata kesedihan itu, biasanya saat kesedihan melanda hatinya, Hinata akan memetik gitar tua berwarna putih kesayangannya sambil bersenandung kecil. Gitar itu sangat berharga bagi Hinata karena merupakan hadiah ulang tahun dari almarhum kakaknya, Neji.
Sayangnya gitar itu kini berada di rumah mantan tunangannya Naruto. Kini ia merindukan gitar tuanya.
Ditengah pergerumulan hatinya, Hinata membulatkan tekadnya untuk menahan malu dan berkunjung ke rumah Naruto untuk meminta gitarnya kembali.
.
.
.
Hinata kembali menyusuri jalan yang sudah dua minggu terakhir ini tidak ditapakinya. Dia sudah hafal betul rute jalan ini. Setelah sampai dikediaman Naruto, ragu-ragu Hinata mengetuk pintu rumah itu.
"E- eh, Hinata-chan, sudah lama sekali ya kita tidak bertemu." kata Kushina tergagap begitu melihat seseorang yang ada di depan pintu.
"A- ano Okaa- emm... Oba-san, apa Naruto-kun ano maksudku Naruto-san ada?" tanya Hinata berbelit karena tidak biasa dengan panggilan barunya.
"Em, mm, di- dia sedang perg-" belum sempat Kushina mengatakan pergi, Naruto keluar dari kamarnya bersama seorang wanita yang tidak asing bagi Hinata.
Wanita itu adalah Sakura, wanita yang menurut Naruto adalah sahabat terdekatnya. Namun terlihat dari tatapan mereka terhadap satu sama lain, ada perbedaan mencolok yang membuat Hinata mengerti kalau status mereka kini bukan hanya sekedar sahabat lagi.
Hanya seminggu setelah perpisahannya dengan Hinata dan kini Naruto dengan cepat memiliki pengganti dirinya. Hebat!
.
"Okaa-san, siapa yang data-" Naruto terkejut melihat kedatangan Hinata.
"A- ano, aku kemari hanya untuk mengambil gitarku." kata Hinata segera menjelaskan maksud kunjungannya. Ia tidak ingin mereka mengira jika Hinata masih menyukai Naruto, walau sebenarnya dilubuk hatinya masih tersimpan rasa itu.
"Gitar? Aku tidak melihat ada gitar di kamarmu tadi." kata Sakura dengan angkuhnya merangkul lengan Naruto, seperti tidak ingin Narutonya kembali pada Hinata.
"Sayang sekali, gitar jelek, usang dan semua barang-barangmu sudah kubuang!" kata Naruto sama angkuhnya. Hinata membelalakan matanya tidak percaya.
"Ta- tapi kau kan tau kalau gitar itu -"
"Ia aku tau, itu gitar kesayanganmu, pemberian kakakmu neji yang sudah mati kan? Tapi sekarang, gitar itu sudah tidak berarti apa-apa bagiku!"
Hinata menahan airmatanya tidak percaya kalau Naruto begitu tega membuang barang kesayangannya. Ia menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasuhina...Serendipity [Completed]
FanfictionPerjuangan Hinata mencari kembali gitar tua kesayangannya yang ternyata dibuang oleh mantan tunangannya sendiri dapatkah Hinata menemukannya??