☔
Enjoy!
☔
Deburan angin menghampiri lembut kearah pria yang sedang tertidur nyenyak disana.
Kedua mata 10 lewat 10 milik pria itu masih terpejam erat sampai-sampai ia tak tahu kalau yang ada disana tidak cuma dirinya.
Seorang pria kecil, berambut hitam legam, juga berpartisipasi disana. Tak ada yang tahu. Yang sekarang ia hadapi adalah pria bersurai merah muda seperti permen kapas itu tertidur di atas pangkuannya dengan damai. Tidak menolak juga, apalagi tidak menyuruh pria jangkung itu pergi.
Pria kecil itu masih memandang dari awal betapa damainya pria yang dibawah sana, dimana kepalanya ada diatas pangkuannya. Senyuman terulas perlahan dibibir kecilnya. Ia tak berani untuk membangunkannya.
Deburan angin lembut serta cahaya matahari siang yang tidak terlalu teriklah yang masih membuat mereka semakin nyaman dan tenang disana. Dibawah pohon besar yang cukup rindang dan tanpa ada bising kendaraan yang berlalu lalang.
Pria dengan berambut warna hitam itu, akhirnya menyerahkan dirinya. Menyenderkan tubuhnya di pohon yang besar. Hembusan napas miliknya terlepaskan dengan diikuti angin lembut yang menerpanya terakhir kali. Tangan gempalnya perlahan mengusap kepala merah muda kapas itu dan membiarkan dirinya terlelap disana.
Suara erangan terjadi. Empunya yaitu si pria berjaket putih itu seraya terbangun perlahan disana. Kedua mata khas sipitnya terbuka perlahan seraya cahaya masuk kematanya perlahan.
Setelah beberapa menit terjaga, kejanggalan yang ia tangkap mulai membuatnya tertegun.
"...A-ah...."
Kedua mata sipitnya mulai terbuka dan mengobservasi keadaan sekitar.
'Tenang sekali disini...'
Senyum cerahnya terulas, sekarang pemandangan dihadapannya kini seperti apa yang pernah ia harapkan selama hidupnya.
Tenang.
Tentram.
Damai.
Angin lembut akhirnya menyambut si pria berambut merah muda kapas itu, helaian demi helaian terurai dan tersisir kasar karena angin yang menerpanya. Para dahan pohon yang rindang diatasnya juga turut disisiri, membuat suara gesekan hingga suaranya sampai kebawah mereka. Beberapa indra miliknya menjadi peka karena sekitarnya mendukung jelas, ia menjadi semangat.
Suara erangan pelan terdengar di telinga si rambut pink itu. Sangat dekat dengannya. Akhirnya mencari dimana empunya.
Kedua mata sipit itu terbuka lebar. Bagaimana tidak kaget, selama dari tadi itu ia bersama orang yang ia sukai!
"Jihoon-ah....." Panggil si pria sipit 10 lewat 10 dengan pelan. Ia masih tak percaya apa yang ada dihadapannya saat ini. Ya, selama ini ia menyukainya.
'Apakah ini hanya mimpi?' pertanyaan itu terlintas seketika di benak.
Pria yang dipanggil perlahan terbangun, ia hanya mengistirahatkan dirinya sejenak.
"Bagaimana tidurmu?" Tanya si surai hitam itu singkat, diakhiri senyuman cukup lembut (dari yang Soonyoung lihat) yang membuat lawan bicaranya mengalihkan pandangannya perlahan.
"A-aku.... Baik-baik saja." Balas si rambut merah muda itu yang terbata-bata. Walau begitu, ia merasa malu dengan apa yang telah terjadi sebelumnya.
"Hmmm... Tak menyangka kita bertemu." Ucap sengaja si rambut hitam legam itu.
"Yah... Aku juga tak menyangka." Terulaslah senyuman senang yang menghiasi bibir Soonyoung itu. Bagaimana tidak, bertemu dengan orang yang disukai itu memanglah anugrah!
"Sejak kapan... Kau disini?" Akhirnya Soonyoung membuka pertanyaan setelah silent awkward terjadi.
".....Soonyoung..."
"Ya, Jihoon-ah?"
"Kamu meniduri pahaku."Diam kembali terjadi. Namun pipi semi gembil milik Soonyoung memerah juga memproses kata-kata dari lawan bicaranya. Bibirnya seakan tak bisa menjawab dan kepalanya hanya bisa menunduk karena malu sekali. Menatap si Lee Jihoon saja tak berani.
"....Maafkan aku." Akhirnya Soonyoung mengucap sesuatu. Ia semakin tak mau menatap karena yang ia temui itu crushnya. Jarang sekali bertemu dengannya. Saling sapa saja sudah senang, apalagi bertemu seperti ini. Tapi sekarang Soonyoung benar-benar mati gaya. Bagaimana tidak? Lee Jihoon itu pria yang disukai banyak orang. Bakatnya yang bisa memainkan piano, gitar dan lainnya, suaranya juga enak didengar. Lawan-lawannya bukanlah gampang untuk mengambil hatinya.
"Tak apa." Dijawab singkat oleh lawan bicaranya. Yang mendengar langsung mengangkat wajahnya dan melihat si lawan sedang ikut membuang mukanya. Bagaimana tidak, kedua mata Soonyoung menangkap kedua telinga Jihoon memerah lembut disana. Membuat Soonyoung semakin berkutat dan juga bingung. Tapi diam-diam Soonyoung menangkat kedua ujung garis bibirnya. Bisa menatap makhluk indah dihadapannya.
"Dan asal kau tahu saja, kita sedang tidak didalam mimpi. Ingat? Kita... Sedang berisitirahat."
Katanya seperti ajaib. Kedua mata Soonyoung membulat setelah mendengar pernyataan dari Jihoon sendiri.
ーfin.
A/N: Akhirnya bisa nulis dan selesai juga :')))
oh ya untuk visualisasi, gambarnya ada dibawah, credit udah ada di gambar~
btw ini ff pertama saya di wattpad ini :') maaf kalau ada sedikit OOC dan rada ga nyambung dan sengaja gantung
tolong untuk vote dan comment nya setelah baca ini. Saya butuh masukan dan respon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Is it just a dream?
FanfictionSoonyoung dan Jihoon sebenarnya saling suka. Tapi mereka tak saling tahu tentang itu. Mereka dipertemukan di dunia dimana mimpi dan kenyataan beda tipis. Title: Is it just a dream? Type: One Shoot Language: Bahasa Indonesia Casts: Kwon Soonyoung aka...