Twenty Four [End]

477 66 28
                                    

Gadis berambut sebahu dengan poni pendeknya menatap nanar ke arah langit dari balik jendela. Pikirannya melayang pada sesosok gadis yang selama ini menjadi kekasihnya. Siapa lagi kalau bukan Shani. Pikirannya mengganjal. Entah mengapa banyak pikiran negatif yang menggerayangi tubuhnya. *Plak*

Maksudnya ... menggerayangi otaknya.

Ting!

Dengan gerakan cepat, Viny membuka aplikasi berwarna hijau tersebut.

Seketika senyumnya merekah. Seseorang yang sejak tadi ia tunggu akhirnya membalas pesannya.

ShaniLuv :*

Kak Viny

Iya, sayang?

Aku mau ngomong

Ngomong aja

Aku mau kita udahan

Ha? Kenapa?

Maafin aku kak

Aku gak mau, Shan

Kenapa?

Aku cinta kamu

Kita belum pernah ketemu, kenapa kamu bisa cinta sama aku?

Gak ada alasan untuk cinta sama kamu

Maafin aku kak, kita harus udahan

Aku gak bisa, kenapa kamu minta putus?

Mama jodohin aku sama Mario

Bagaikan tersambar petir di malam bolong(?). Viny membeku, tak menyangka dengan apa yang ia baca. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya, hingga ia tersadar dan segera membalas chat Shani.

Kamu serius?

Maaf kak :((

Viny seolah kehilangan kata-kata. Jarinya bergetar tak mampu membalas chat Shani. Ia menarik napas dalam.

Baik-baik terus ya :)

Kakak, maaf :(

Tak mampu lagi menahan air matanya, Viny memilih mengabaikan chat terakhir Shani. Ia menyimpan ponselnya lalu merebahkan diri di atas ranjang. Viny meringkuk di balik selimut, ia menangis sejadi-jadinya.

Disela tangisannya, ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk.

"Ih berisik, siapa sih tengah malem nelpon. Gak tau apa gue lagi patah hati," ucapnya dengan suara parau.

Viny memilih mengabaikan panggilan masuk yang entah dari siapa. Tapi deringnya tak juga berhenti, cukup membuat Viny frustasi.

"Babik! Gue lagi masa-masa galau, kenapa ada aja yang ganggu." Viny mengusap kasar air matanya sebelum mengangkat telpon.

"Hallo!"

"Eh buset! Judes amat, Mbak." Tak lain dan tak bukan yang menelpon Viny adalah si Melati.

Viny mendengus kesal. "Ngapain lu nelpon tengah malem gini?" tanyanya dengan suara serak.

"Gue cuma mau nanya, PR udah belum?"

Kerutan samar terlihat di kening Viny saat ia berusaha mengingat PR apa yang dimaksud sahabatnya ini. "PR?"

"Iya, PR matematika buku paket halaman 48. Yang ada 50 soal itu."

Dunia MayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang