part 4.

71 15 2
                                    

Ara p.o.v.

"Ra ke kantin aja yuk!" Ajak Nadya, aku hanya meliriknya sekilas lalu kembali fokus ke novel ku lagi.

"Lo aja sana! Gue mau ke perpus" tolakku halus agar Nadya tidak tersinggung.

"Ga mau...maunya sama Ara"

"Isshh,gue ga mau nadya"

"Harus mau! ayo!"

Nadya menarik tanganku yang membuat aku seketika berdiri mengikutinya menuju kantin. Aku hanya bisa mendengus keras agar gadis polos yang merangkap sebagai sahabatku itu tau jika aku sedang kesal.

"Pelan-pelan aja Nad!" Ujarku sedikit berteriak karna Nadya menarikku lumayan keras. Ia tak merespon ku dan malah semakin kuat menrik tanganku agar mengikutinya, benar benar, anak ini sangat pemaksa.

"Udah, lo duduk aja biar gue yang mesenin." Nadya langsung berjalan menjauhiku untuk memesan makanan.

Sepeninggalnya Nadya Yang bisa kulakukan hanya duduk tenang dengan kepala ditekuk membaca kata demi kata yang membentuk suatu kalimat indah yang dapat membuat hatiku goyah, apalagi kalo bukan buku karangan Boy candra.

Namun belum genap lima menit aku membaca, mangkuk yang berisi batagor sudah mendarat mulus di atas bukuku,aku menatap Nadya tajam yang hanya dibalas dengan cengirannya.

"Dimakan, jangan baca buku aja nak" nasehatnya yang membuatku rasanya ingin menendang bokongnya jauh jauh. 'emangnya gue anak lo' namun sayang cibiran itu hanya bisa ku pendam saja, terlalu malas untukku utarakan padanya. Aku memilih memakan batagorku sambil membolak balik halaman buku, mengabaikan Nadya dengan seribu celotehannya.

Baru saja aku memasukkan dua suapan batagor ke mulutku, seseorang menggebrak meja yang membuat ku dan Nadya terlonjak kaget.

"Anjrit, kak alfa apa apaan sih, kaget tau" ujar Nadya marah, bukan tanpa alasan ia membentak Alfa tadi, karna aslinya ia marah karna baru saja ia menyuapkan baksonya kemulut dan langsung tersesak gegara ulah Alfa.

"Hehe...sorry sorry" ujar Alfa disertai cengirn khas nya.

Nadya menatapnya tajam "Sorry apa? air anget, dingin ato comberan?" ketus nadya yang terlihat kesal pada Alfa, aku menghela napas lelah dan memilih kembali melanjutkan makan.

"Air dari cintamu aja boleh?" Nadya mendelik kaget mendapat gombalan dari alfa.

"Receh"

"Biarin, oh ya gue mau ngenalin sepupu gue, mana tuh anak" Alfa menoleh kepalanya kesegala arah. Mungkin mencari sepupunya, pikir ku.

"Nah tu dia woy yas sini broh" teriak Alfa. Cowok yang dipanggil 'yas' itu mendekat dan berdiri tepat di depan tempatku duduk, aku tak berniat untuk melihat wajahnya, karna batagor dan buku yang ada di depanku lebih menggoda dari pada sosok orang yang berdiri didepanku.

"Nih kenalin sepupu gue, Ardiaz Maurer."

Deg.

Aku segera mendongakkan wajahku, dan apa yang kulihat ini, tubuhku sempat menegang kala melihat wajah cowok yang bernama 'Ardiaz Maurer' bukan karna terpesona dengan wajahnya yang menurutku memang sangat tampan, tapi bukan itu alasannya.

"Kenalin ini Ara sama Nadya"

Cowok itu menatapku dan saat itulah mataku dan matanya saling bertubrukan, aku sempat melihat bahwa ekspresi wajahnya seperti...

Kaget?

Entah apa itu yang jelas sekarang sekelebat memori bermunculan dipikiranku, baru saja aku ingin mengalihkan pandanganku, cowok bermata tajam itu terlebih dulu melakukannya dan dengan santainya menormalkan wajahnya kembali datar kala menatap Nadya.

"Hai, kak Diaz kok ganteng banget sih? Pindah dari mana? terus sekarang kelas berapa?" Tanya Nadya berturut turut yang sama sekali tak digubris oleh Diaz.

Diaz hanya menatap Nadya datar seolah tak tertarik menjawabi pertanyaan tersebut. Ia memilih menjatuhkan tubuhnya untuk duduk di kursi yang persis ada di depanku. Ia menatapku datar membuatku seketika salah tingkah.

Tak di sahuti pertanyaan panjangnya membuat Nadya mengerucutkan bibirnya "salah gue apaan sih? Tanya baik baik malah nggak di jawab, nggak bisa ngomong apa?"

Alfa yang melihat Nadya seperti bebek di buat gemas sendiri di buatnya "Tenang aja Nad, Diaz emang gitu kebanyakan makan micin" kemudian ia hanya terkekeh geli mendengar perkataannya sendiri disambung oleh Nadya yang kembali melanjutkan makannya.

Bahkan aku hampir melupakan kalau masih ada Alfa yang sekarang duduk disebelahku, mungkin karna aku terlalu fokus menatap cowok berwajah datar yang ada didepanku yang sedang memainkan permainan rubik.

'Sumpah, ini asli. dia kembali lagi'

————————————————

Hai.... alhamdulillah bisa up juga. Jadi, bagi kalian yang udah baca jangan lupa kasih vote and komennya ya....

Next ga??

MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang