●●19●●

33 3 0
                                    

Bagian dari sembilan belas

''Ternyata dunia memang sempit"●●INGGIL●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Ternyata dunia memang sempit"
●●INGGIL●●


🌹●●Liquid●●🌹

"Cila, kamu kenapa?" Arta mencium bau-bau tidak enak dan adiknya di karenakan wajahnya murung, tidak secerah biasanya.

"Emangnya aku kenapa?"

"Wajah kamu murung, abang mencium bau-bau mencurigakan. Pasti ada hubungannya dengan si kutil Hanoman itu."

"Namanya Ganta, abang." Koreksi Sila dengan lesu.

"Kamu kenapa sih Cila? Nggak mau cerita sama abang?"

Ponsel yang berada di celana abu-abu Arta berbunyi, dengan terpaksa Arta mengeluarkan ponsel itu dan mengangkat panggilan telepon yang masuk, "hallo?"

"Apa?rapat OSIS? Mendadak amat sih."

"Semuanya? Aelah, yaudah gue kesana." Arta segera memutus teleponnya dengan wajah kecewa. Ia menatap muka Sila tak tega, "Decil.."

"Nggak apa kok, nanti aku pulang naik taksi aja." Sila tersenyum manis agar Arta percaya bahwa Sila bisa pulang sendirian.

Shani yang juga berada di antara dua kakak beradik itu menatap keduanya bingung, "terus gue gimana?"

Mata Arta memincing ke arah sekitar parkiran sampai akhirnya ia melihat Inggil tengah berjalan menuju motor besarnya yang parkir tak jauh dari Minul. Arta memanggil Inggil.

"Kenapa?" Tanya Inggil.

"Tolong anter Sila pulang dong, gue ada rapat OSIS nih."

"Nggak, gue sibuk." Dengan cepat Inggil memakai helmnya ,tapi Arta tak tinggal diam. "Oh gitu lo ya rontokan jigong sama gue."

"Ck! Pacar lo itu emang harus banget ya di anter, manja banget jadi orang." Cetus lelaki itu sambil melirik Sila.

"Dih ,aku bisa ya pulang sendiri!"

Shani angkat suara, "biar Sila sama gue aja, gue kan bawa mobil."

"Enak aja, gue agak ragu sama titisan ibu sihir kayak lo. Gue takut lo ugal-ugalan dan sim salabim mobil lo sudah ringsek semua."

Mata Shani melotot, kepalanya di penuhi asap saking emosinya. "Lo sumpahin gue kecelakaan?!"

"Gue nggak bicara begitu kok."

LIQUIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang