Chapter 29

209 22 7
                                    

Gadis itu tengah sibuk dengan dirinya sendiri di kamar, wajahnya menunjukkan kebimbangan.

Kenapa juga gue nerima ajakan itu?, batinnya dengan gemas.

Karna pasalnya, ia tengah bingung dengan apa yang akan di pakainya malam ini.
Setelah melihat beberapa gaun yang ia miliki, gadis itu memilih gaun sederhana berwarna merah tua tanpa lengan, ia menggigit bibirnya sendiri.
Apakah dirinya tampak cantik?
Ah, sepertinya belum.

Apakah dirinya tampak cantik? Ah, sepertinya belum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Author note: abaikan wajahnya)

Ia menatap dirinya sendiri di cermin, dahinya nampak mengerut.
Oh sial, Autumn tengah kehilangan kepercayaan dirinya malam ini.

"Wow, you look hot as hell!" Seru Summer yang tengah menjulurkan kepalanya lewat celah pintu.

Autumn menoleh, "Really?"

"Really really" Adiknya mengangguk antusias lalu menjulurkan satu jempolnya.

"Ok then, balik badan, tutup pintu, bilang jangan ada yang ganggu Autumn untuk satu jam kedepan. Understand?"

"Aye aye Sir!"

Lalu terdengar bunyi pintu tertutup yang diikuti dengan gelak tawa sang musim panas.

Autumn mendengus lalu mendudukan dirinya di meja rias, ia segera membuka pouch make up yang jarang sekali ia sentuh.

Dan selama 45 menit kedepan, gadis itu sibuk dengan dirinya sendiri hingga tak menyadari bahwa adiknya, Summer, masih mengintip sembari mengulas senyumnya.

Dan beberapa saat kemudian, akhirnya Summer benar-benar menutup pintu dan memberi sang kakak privasi.

Beberapa menit kemudian, Autumn sudah selesai dengan riasannya. Gadis itu sengaja memakai make up natural dan tak terlalu tebal. Rambutnya yang sudah memanjang pun ia buat bergelombang di bagian bawah. Tak lupa juga ia menyemprotkan parfume ke arah pergelangan tangannya dan menggosok-gosokannya di area leher.

Ia segera membuka lemari sepatunya dan mengambil heels berwarna senada sebelum akhirnya sebuah teriakan ditangkap oleh telinganya.

"Autumn? Pangeran lo datang nih, tapi bawa porsche hitam bukan kuda putih!"

Autumn terkesiap ketika mendengar teriakan lantang Elang, tak bisakah pria itu sehari saja tidak mengajaknya untuk bergelut?.

Dengan gerakan cepat, ia segera melangkah keluar kamar dan menuruni tangga dengan gerakkan lamban yang nampak anggun.

Mereka-Elang, Rendra, Nasha juga Winter, menatap kagum kearah Autumn.
Bagaimana tidak, gadis itu nampak seperti seorang putri yang ada di dongeng-dongeng.

Nyatanya, Autumn berjalan menuruni tangga dengan perlahan karna ia tidak mau menjatuhkan harga dirinya jika tiba-tiba ia tergelincir dan jatuh. Karna pasalnya, ia tidak terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi.

WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang