Hunted: Chapter 47 (Dua - Penghambat)

604 59 15
                                    




BUAK!!!

Terlalu sibuk dengan Ve yang bergeming ketika menerima serangannya, Natalia lengah terhadap Ve yang lain yang berhasil mendaratkan pukulannya tepat di punggungnya hingga ia terjerembab begitu keras.

“Kurang ajar!” seru Natalia langsung berdiri sambil memunculkan kembali kedua Harpy-nya yang telah siap dalam posisinya masing-masing.

“Percuma.” Gumam Ve.

Satu tebasan dari pedang anginnya berhasil melibas kedua Harpy yang dianggapnya pengganggu dengan mudah. Tidak terlihat sedikitpun raut kesulitan dari wajah Ve selain ekspresinya yang masih dingin.

“Kau lengah.” Geram Natalia ketika melihat celah yang diberikan oleh Ve ketika menyerang kedua Harpy-nya.

SLASH!

“AARRGGHH!!!”

Bukannya berteriak kegirangan, Natalia malah menjerit ketika sebelah tangannya terputus karena tanpa ia sadari, Ve yang lain berhasil melayangkan tebasannya dengan mudah.

“Sialan!” seru Natalia tidak tinggal diam. Ia langsung menyerang Ve dengan bola-bola api dari jarak dekat. Namun sama seperti tadi, tidak ada reaksi ataupun ekspresi yang ditunjukkan Ve terhadap serangannya tersebut.

“Kenapa? Apa seranganku tidak menyakitinya? Mustahil!”

“Seberapa hebatnya seranganmu, Aku yang disana tidak akan merasa sakit.” Ujar Ve yang lain, yang tidak mendapatkan perhatian Natalia.

SRASHH!

“AAARGGHH!!!” kembali, Natalia menjerit setelah tebasan Ve berhasil dengan mudahnya memutus lengannya yang lain hingga membuatnya kini tanpa lengan.

“Kak Ve yang asli… yang mana?” gumam Yuriva yang semenjak kedatangannya, matanya yang lelah disuguhkan oleh pemandangan yang membuatnya bingung.

“Aku… gak tau.” Sahut Sinka sepintas karena memang, sepenglihatannya, juga apa yang dikatakan sensor di tubuhnya sebagai elemen air berkata bahwa tidak ada perbedaan yang mencolok yang membuatnya dapat mengatakan dengan yakin yang mana Veranda yang sebenarnya.

“Yang asli yang sebelah kiri.” Gumam Kyla.

“Kyla!” seru Yuriva ketika mendapati sahabatnya tersebut akhirnya kembali tersadar meski dengan suara lemah.

“Kalau yang asli yang kiri, terus yang kanan itu siapa?” tanya Sinka tanpa melirik sedikitpun ke arah Kyla.

“Aku juga gak yakin sih. Tapi kayaknya itu cuman aura Kak Ve doang.” Sahut Kyla.

“Benarkah? Tapi… kenapa auranya berbentuk sama sepertinya?” gumam Sinka heran.

Namun, fokus mereka bertiga pada pertarungan antara Ve dan Natalia sedikit terganggu ketika Ve kembali menebas Natalia. Kali ini kedua kakinya hingga kini, Natalia hanya tingga benar-benar tubuh saja. Tanpa kedua tangan maupun kaki.

“Balasan.” Ujar dua Ve bersamaan sambil menghujamkan angin yang berputar begitu kencang di telapak tangan mereka masing-masing yang membuat tubuh Natalia hancur berantakan. Terpecah ke segala arah.

“Hueekk!” Kyla dan Yuriva muntah bersamaan sementara Sinka melepaskan mereka dari bahunya.

Srrsshh…
BRUG!

“Kak Ve!” seru Sinka langsung berlari menghampiri Ve yang tiba-tiba terjatuh tidak sadarkan diri.

“Ya ampun. Kenapa ini?!” ujar Sinka panik ketika mendapati nafas Ve yang memburu juga suhu tubuhnya yang naik begitu Sinka menyentuh dahinya.

Dengan cekatan, Sinka memapah Ve. Bergabung dengan Yuriva dan Kyla yang telah selesai memuntahkan apa yang mereka perlu muntahkan ketika melihat ceceran tubuh Natalia.

“Kak Ve kenapa?” tanya Yuriva sambil menyandarkan dirinya pada batang pohon yang masih berdiri di sana diantara puluhan pohon yang lain yang telah tumbang bahkan ada juga yang terpotong.

“Kayaknya kecapean deh.” Jawab Sinka.

Ia membaringkan Ve di samping Kyla. Membuat bola-bola air yang mengapung di atas telapak tangannya, lalu menaruhnya tepat di dahi Veranda. Bola air yang berfungsi sebagai kompres. Selesai memberi Ve kompres, ia beranjak dari tempatnya, membuat pelindung dari air yang ia serap dari pepohonan yang sudah tumbang, lalu kemudian melingkarkan pelindung tersebut di sekitar mereka berlima.

“Sementara kita istirahat dulu di sini.” Ujar Sinka. Ia duduk di samping Ve yang membutuhkan perawatan.

Tidak ada penolakan dari Yuriva maupun Kyla mengingat  kondisi merekapun belum sepenuhnya fit. Alhasil, di bawah naungan tenda air, mereka beristirahat sejenak sementara Sinka masih berjaga karena hanya dirinyalah yang masih memiliki tenaga dan stamina untuk menghadapi sesuatu yang tidak ia inginkan. Penghuni atas.

-

Sementara itu, Michelle dan Devi yang telah berjalan cukup jauh, mulai menemui kebosanan selama perjalanan mereka. Tidak ada sesuatu yang mampu menarik perhatian mereka. Setelah tidak lagi ada bahan obrolan di antara mereka, kesunyian menemani selama perjalanan.

Begitupun dengan Ayana dan Beby. Setelah Ayana kembali ke alam sadarnya dan personifikasi auranya menghilang, hanya beberapa pertanyaan Beby yang ditanggapi Ayana. Selebihnya, Ayana tidak menjawabnya. Ia terkesan menghindari rentetan pertanyaan yang dilayangkan Beby mengenai seperti apa perwujudan aura Melody yang sebenarnya.

“Kenapa kamu gak mau ngejawab pertanyaan Aku, Ay?” tanya Beby akhirnya memecah kesunyian di antara mereka.

Season 2 Hunted (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang